"Neng nelengnengkung,geura gede gera jangkung,geura sakola ka Bandung,geura makayakeun indung ". Bait nyanyian rakyak Jawa Barat ini amat mengesankan sehingga bagi orang tua selalu ingin menyekolahkan anaknya ke Bandung. Itulah daya tarik Bandung.
Bandung yang menurut " Cacandran " : Heuring kutangtung,benar adanya,sebab Kota Bandung yang memiliki luas 17.000 Ha,pada tahun 1991 dihuni oleh 2.0056.215 jiwa,padahal pada mulanya Bandung sekitar tahun 1906 saat ditetapkan oleh Gubernur Jenderal J.B.van Heutz sebagai Gemeente pada tanggal 1 April 1906,penduduknya terdiri dari :
- Belanda .... 2.199 orang
- Cina
.... 3.703 orang
- Pribumi .... 41.493 orang
- lainya ... 95 orang
Jumlah .... 47.490
Saat itu yang menjadi Residen Priangan adalah F.J. Oosthout dan Asisten Residen Bandung R.S.A. Martanagara.
Sejak tanggal 1
Juli 1917 Gemeente Bandung dipimpin oleh Bergermeester (Walikota) yang pertama
kali menjabatnya adalah B.Coops.
Mulai tanggal 1 Oktober 1926 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal 27 Agustus 192,No.3 (staadblad 1926 No.236)status Kota Bandung berubah menjadi " Stadgemeente.
Sejak saat itu keberadaan Kota Bandung semakin
diperhitungkan terbukti dengan menjelang penyerahan kedaulatan Pemerintahan
Belanda ke Jepang,Pemerintahan Belanda baik Sipil (Gubernur Jenderal),maupun
Militer (Panglima tertinggi Angkatan Perang Hindia Belanda) berada di Kota
Bandung,bahkan upacara penyerahan kedaulatan dari fihak Belanda kepada
Jepang,hasil perundingan 8 Maret 1942 di Kalijati-Subang dilaksanakan di Kota
Bandung,tepatnya di Hotel Homann.
Pada masa penjajahan Jepang Kota Bandung sebutan Kota Bandung berubah menjadi Bandung dan dikepalai oleh Sityo yang dijabat oleh Walikota Bandung saat itu ialah R.A. Atmadinata,yang kemudian sesuai dengan perkembangannya. kemudian diangkat Walikota Sityo (wakil walikota) Ir.Oekaar Bratakusuma.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 Pemerintah Republik Indonesia mengangkat R.Syamsurizal sebagai Walikota Bandung, yang secara resmi pengambilalihan kekuasaanya dari tangan pemerintahan Jepang ke tangan Pemerintah republik indonesia yang terjadi pada hari Jum'at tanggal 2 September 1945.
Pada tanggal 15 oktober 1945 tentara Sekutu atau Inggeris tiba di Bandung,akibatnya timbul kerusuhan sebagai partisipasi warga Bandung terhadap kemerdekaan dan sebagai puncaknya Wilayah Kota Bandung di bagi Dua,yaitu Bandung Utara dan Bandung Selatan,hal ini terjadi pada pada tanggal 29 November 1945 jam 12.00.
Hallo hallo Bandung....sekarang telah menjadi
Bandung lautan api.
Begitulah peristiwa
sejarah yang terjadi terhadap Kota Bandung,terukir dalam syair,memang akibat
tekanan dari Komandan Pasukan Inggeris di Bandung,akhirnya demi kepentingan
diplomasi terpaksa Bandung harus ditinggalkan oleh tentara dan rakyatnya sejauh
radius 11 Km dari pusat Kota Bandung.
Dengan demikian terpaksa pula Pemerintahan
Kota Bandung berpindah-pindah,mulai dari Soreang,pindah ke
Ciparay,Garut,kemudian ke Tasikmalaya dan terakhir ke Cisayong. Pada
pemerintahan berada di Kota Garut Walikota R.Syamsurizal diganti oleh Ir.Oekar
Bratakoesoema.
Alangkah pilunya memang,tetapi ada hal yang tak dapat dilupakan yang bertalian dengan pengosongan Bandung itu,rakyat tidak rela bila " Bali geusan Ngajadi (tempat kelahiran) " diserahkan begitu saja kepada orang lain,mereka bersatu tekad untuk membumi hanguskan Bandung.
Pada tanggal 24 Maret 1946 berkobarlah "
Seuneu Bandung ",peristiwa ini dikenal dengan sebutan " Bandung
Lautan Api ".
Setelah Kota Bandung kembali menjadi Stadsgemeente pada masa berlakunya Negara pasundan (24 April 1948-1950),kemudian dengan berakhirnya Negara Pasundan tanggal 13 Maret 1950,berubahlah sebutan Stadgemeente menjadi Kota Bandung,yang mulai berlaku pada tanggal 15 Agustus 1950.
Setelah Ir. Oemar Bratakoesoema,Wali Kota Bandung dijabat oleh E.Cores (1949).kemudian sejak tanggal 1 Desember 1949 sampai dengan 2 April 1957 Wali Kota Bandung dijabat oleh R.Enoch,pada masa jabatannya,tepatnya pada tahun 1955 Kota Bandung menjadi perhatian dunia dengan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika yang terkenal dengan Dasa Sila Bandung.Sumber:Bunga Rampai Jawa-Barat. Manispal Marhun 1991
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.