Showing posts with label Bandung Tempo Dulu. Show all posts
Showing posts with label Bandung Tempo Dulu. Show all posts

Kisah Tewasnya Perwira Kesayangan Daendels di Batavia

           

Jalan Raya Pos Cianjur 1925



Kisah Tewasnya Perwira Belanda.    
Meskipun di Pulau Jawa tempo doeloe sudah ada Jalan Raya Pos (Jalan Raya Daendels 1808-1811) pengangkutan dengan kereta kuda,tak kurang sengsaranya.Pada tahun 1836 Luitenant Du Bus, perwira dari *Koninklijk Nederlandsche Indische Leger*(KNIL)yang di tempatkan di Garnisun Semarang,mengambil cuti untuk pergi ke Cirebon.

Entah apa sebabnya,di Kota itu ia mengalami musibah terkena tembak yang cukup serius. Di Cirebon tempo doloe tak ada Dokter Bedah untuk mengeluarkan pelor dari tubuh si "Leknan" Du Bus musti diangkut selekasnya ke Batavia.  

Satu-satunya kendaraan yang cepat adalah Kereta Pos,yang harus ganti kuda di beberapa tempat (Baca:Sejarah Pos Telekomunikasa Indonesia 1980). Si Nyonyah Suyling istri pemilik warung Belanda di Cirebon ikut mengantarkanya ke Batavia. Dengan cepat si pasien dilarikan memakai Kereta Pos carteran,dari Cirebon ke Batavia,lewat daerah pegunungan Priangan yang jelita. Karena luka tembak merobek lambung,selama perjalanan Du Bus tak diperkenankan makan-minum.

Dari cerita K.Gritter(1948)itu, kita bisa tahu bahwa Bandung di kala itu hanya " een kleini bergdessa " (desa pegunungan)desa kecil) yang cuma dilewati begitu saja oleh Kereta Pos.

Berangkat pagi dari Cirebon,malamnya baru sampai di Sumedang. Istirahat sebentar buat ganti Kuda,perjalanan diteruskan ke Cianjur dengan menyebrangi sungai Citarum memakai rakit bambu. Lewat tengah hari baru sampai di Cianjur.


TEWASNYA PERWIRA KESAYANGAN DAENDELS
Untuk meneruskan perjalanan,kereta dan kuda harus dipersiapkan dengan baik. Sebab tanjakan Puncak,antara Cianjur-Bogor tempo doeloe,payah sekali untuk dilalui kereta pos. Terkadang memerlukan bantuan penghela kerbau. Siang hari baru sampai Bogor. disini terpaksa harus istirahat, dan bermalam di pasangrahan,karena kondisi si pasien bertambah gawat. Du Bus yang tergolek lemas di bale-bale mengerang minta-minum.

Besok paginya dengan cepat perjalanan dilanjutkan ke Batavia. Sepuluh pal lagi menjelang Kota Batavia,
tiba-tiba si Nyonyah Suyling berteriak...Stop..!!!. Rupanya *titis tulis* Luitnant Du bus cuma sampai disana,meninggal dipangkuan Nyonyah Suyling,(si ibu warung). Namun sebelum meninggalkan Hindia-Belanda yang fana ini untuk selama-lamanya,si Luitenant sempat mengucapkan kata-kata terakhirnya: " Dank.... voor   alies...groot moeder..(Terima kasih atas segala-galanya...salam buat ibu...).

Demikianlah nasib " Luitnant Du Bus ",perwira kesayangan Daendels,yang ikut membangun Jalan Raya Pos di Pulau Jawa. Meskipun jalan itu telah dapat memperpendek waktu perjalanan,namun masih kurang cepat untuk menyelamatkan jiwanya..!! (Baca:K.Gritter,"De Toverlantaarn",1948).
Daendels berencana...Tuhanlah yang menentukan......





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Tempat Wisata Ilmiah Di Bandung




BERFOTO BERSAMA KELUARGA 
DI AREA OBSERVATORIUM BOSSCHA
(PENEROPONGAN BINTANG)LEMBANG
   FOTO DIBUAT 3 MARET 1929.
       

Sejak pertemuan ilmiah " Fourth Pacific Science Congress " yang berlangsung di Bandung pada bulan Mei-Juni 1929, kemudian banyak ilmuwan dari luar negeri yang berkunjung ke kota ini.

Beberapa tahun sebelum Kongres Ilmuwan Pasific dilangsungkan,di Bandung pernah juga diselenggarakan Natuur Wetenschappelijk Congres II pada tahun 1924.Kemudian juga kongres Teh Dunia yang terjadi  pada tahun 1924.

Di Bandung pada musim sebelum perang,ada beberapa lembaga,pusat penyelidikan ilmiah dan obyek ilmu pengetahuan lainnya seperti: Balai Penyelidikan Teh dan Kina ('S Lands Kina en Thee Proefstation) di Pangalengan,Labolaturium PTT, Bandoengsch Botanisch Park (Jubileumpark),Bosscha-Sterrenwacht-Peneropongan Bintang yang terkemuka di belahan bumi bagian selatan. Institut Pasteur dengan labolaturium pemberantasan penyakit cacar paling besar di Asia waktu itu.

Kemudian di Bandung terdapat pula Museum Geologi dan Situs Purba di Dago atas (Pakar) yang sering dikunjungi geologiwan maupun para sejarawan.
Namun sayang sekali " Situs Purbakala " di Dago yang begitu memikat perhatian para sarjana terkemuka seperti; Prof.van Bemmelen dan Dr.Koenigswald,sekarang ini mengalami pengrusakan total.

Pada tahun 1950,Dr.W.Rothpletz,seorang sarjana geologi berkebangsaan Swiss,telah mendirikan tugu prasasti pada " Historical Site " Pakar Dago Atas,dekat pilar Kadaster KQ 380. Sebagai peringatan,agar orang kemudian tidak merusak atau mendirikan bangunan pada lokasi bersejarah,sisa-sisa kebudayaan Jaman Sangkuriang.

Patut disesalkan,kealpaan dan kurangnya pengetahuan akan arti nilai historis dari situs bersejarah,sekarang di tempat itu telah didirikan sebuah gedung SD.Inpres. mau dibilang apa..? (bangsa aing ku teu ngalalarti pisan kanu sejarah ..!!)
"Nah,jadi pada pada masa lalu jaya-jayanya Kota Bandung " Parijs van Java " pernah jadi daerah tujuan wisata bagi para turis Intelektual,di samping fungsi kota ini sebagai " Kota Konperensi ".
Bagi wisatawan yang cari hiburan rekreasi di Kota Bandung tempo doeloe,mereka tidak bakal mendapat kesulitan cari obyek kesenangan. Mau yang agak mewah...?

Sejak awal tahun 1930'an di Bandung orang sudah bisa main golf dan nonton pertandingan cricket yang asal-muasalnya dari Britania. Semua bentuk hiburan tersedia.

Demikianlah macam-macam obyek tujuan wisata dari para turis dalam maupun luar negeri yang membanjiri Kota Bandung pada masa Voor de Oorlor.Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.Haryoto Kunto





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Perubahan Nama Jalan Di Bandung


gedung merdeka tempo dulu
GEDUNG MERDEKA DI JLN RAYA POS
SEKARANG JLN ASIA-AFRIKA



PERUBAHAN NAMA JALAN DI BANDUNG
Penggantian nama Jalan Raya Pos (Groote Postweg) menjadi Jl.Asia Afrika ,untuk mengabdikan peristiwa Konfrensi Asia Afrika yang bersejarah ditahun 1955,tentu saja sangat tepat dan relevan.

Namun bila ada ide,untuk mengganti nama jalan Braga yang sudah kesohor ke mancanegara dengan nama seorang pengusaha yang berhasil,tentu harus dipertimbangkan dulu dengan baik atau dibuang jauh-jauh.

Beberapa nama jalan atau tempat di Kota Bandung yang mempunyai makna sejarah antara lain: Tamansari,Dago,Merdeka, Merdeka Lio,Braga,Suniaraja, Bojonagara,Telukbuyung,Gedong Dalapan/ salapan, Pasirkaliki, Regol,Balonggede,Situsaeur, Kosambi, Pajagalan,Tamlong,Kaca-Kaca Wetan/Kulon,Naripan dan nama dengan " Kebon " dan " Ci " di depannya, nama-nama itu sebaiknya dilestarikan. 

Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian nama jalan atau daerah di kota Bandung, sebaiknya disesuaikan dengan Ketetapan  Sidang Perwakilan Rakyat Kota Bandung tgl.3 Maret 1950 dan 28 April 1950, perihal " Perubahan Nama jalan-jalan di Bandung.  

Dari 102 nama jalan memakai sebutan nama Orang atau Tokoh, Sebagai mana dalam " Almanak Voor Bandoeng ",1941. semuanya ditetapkan oleh Gemeente Bandoeng dengan cukup alasan, dan sejauh itu selalu dihindarkan penggantian-  penggantian nama asli jalan maupun daerah yang telah ada.

Dari uraian panjang lebar di atas tadi dapatlah disimpulkan bahwa,banyak sekali hasil karya dari puncak kreasi dan prestasi para "peletak dasar" Bangunan Kota Bandung di masa lalu tanpa usaha yang cukup berarti untuk menyelamatkannya,kini secara berangsur-angsur namun pasti,banyak yang hilang atau tidak utuh lagi.

Sikap berdiam diri atau berpangku tangan,tanpa berusaha untuk menyelamatkan " Bangunan-bangunan,Monumen,pertamanan dan segala macam obyek yang mengandung nilai sejarah di kota Bandung,adalah kealpaan dan kecerobohan yang sulit dimaafkan oleh generasi mendatang."
Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.Haryoto Kunto




DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Love Story
Di Tengah Bandung Lautan Api




 Bandung Lautan Api
KISAH ASMARA 
DITENGAH BANDUNG LAUTAN API

Oleh:Tarlen Handayani.
Didi David Affandy sering bercerita soal pengalamannya kepada anak-anak muda seperti yang dilakukannya di Museum Mandala Wangi.

Setiap tanggal 24 Maret datang,ingatan Didi David Affandy selalu terlempar ke masa dia kecil.Lelaki berusia 76 tahun itu ingat betul saat dia masih berusia 9 tahun, dia harus ikut merasakan pahitnya meninggalkan Bandung bersama ribuan pengungsi lainnya.

Pada tanggal 24 Maret 67 tahun yang lalu,Bandung nyaris jadi abu.

Waktu itu,Didi sedang bermain kelereng bersama teman-temannya, sembari ngabuburit menunggu waktu berbuka. Tetapi sekejap waktu berbuka tiba, permainan harus disudahi. Sang ayah, Didi Sukardi, menyuruh seluruh keluarga bersiap mengungsi — sesuai permintaan Komandan Divisi III Tentara Republik Indonesia Kol. Abdul Haris Nasution.

“Kelereng saya masih tertinggal satu kala itu,” ujar Didi mengenang.

Ayahnya membawa mereka sekeluarga pergi ke arah selatan Bandung. Dengan matanya sendiri ia melihat ayahnya sempat membakar dahulu rumah mereka,sebagaimana puluhan tetangga mereka. Sebuah perintah yang meluncur dari mulut ke mulut, atas permintaan petinggi militer agar aset-aset warga tidak bisa digunakan penjajah.

Didi kecil pun lantas berjalan sembari menangis. Bersama ayah, ibu dan kakak perempuannya ia meninggalkan harta keluarga yang paling berharga. Sesekali mereka melirik ke belakang,menangisi Bandung yang kian benderang dilahap api.
 

"Tapi bukan hanya itu yang sering membuat saya sedih,ada cerita cinta yang hingga kini masih membekas di ingatan,” kata Didi.
Cerita cinta yang dimaksud adalah asmara antara seorang gadis bernama Uun Ratnaningsih (kakak Didi) dan Khoe Tjandra,bosnya di rumah makan “Pantja Warna”di alun-alun Bandung.

Mereka sudah saling menaruh hati jauh sebelum peristiwa Bandung Lautan Api. Namun sayang, kala itu Khoe yang keturunan Tiong Hoa belum punya nyali untuk menyatakan cinta kepada Uun yang warga pribumi. Tanda cinta mereka kala itu terwujud dalam selembar kain. Jarik yang diberikan Uun untuk sang pria tercinta yang kemudia dipajang Khoe di restoran miliknya. Sebuah tanda mereka saling setia.

Singkat cerita,kembali ke hari di mana Bandung jadi lautan api, Uun manut keluarga pergi meninggalkan kota. Tapi tidak dengan Khoe. Pemuda itu memilih berada di dalam kota,bersama tentara Inggris dan NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda). Sejak hari bersejarah itu, cinta mereka terbelah. Uun berada di selatan Bandung, sedang Khoe memilih mengungsi ke utara. Rel kereta yang tepat membelah kota,ikut-ikutan membelah cinta mereka.

Terpisahnya cinta mereka diperparah dengan adanya konflik antara warga pribumi dan Tiong Hoa, dua tahun setelah kejadian Bandung Lautan Api. Masalah ini juga diceritakan dalam buku "Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan",yang ditulis Ratnayu Sitaresmi, Aan Abdurachman, Ristadi Widodo Kinartojo,dan Ummy Latifah.

Dalam buku itu,konflik terpicu saat para pengungsi yang membakar rumahnya saat Bandung Lautan Api,kembali ke tempat tinggal mereka. Mereka kaget karena rumah mereka sudah ditempati orang lain.

“Ada anggapan,orang Tionghoa merebut atau mengambil tempat tinggal mereka,kala itu,”kata Sekretaris Eksekutif Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung,Frances B.Affandy,yang juga istri Didi.

Walau amuk konflik mendera kota,tidak serupa dengan cinta Khoe terhadap Uun. Dua tahun,pemuda Tionghoa itu tetap berharap cinta si gadis pribumi.Dua tahun ia menjelajahi setiap pengungsian di Bandung selatan, namun Uun tak pernah ditemukan.

Sampai pada suatu hari datang keajaiban. Sekitar dua tahun lebih setelah mengungsi,Khoe mendapat kabar soal keberadaan Uun dan keluarga. Maka dengan cepat ia perintahkan anak buahnya untuk menemui keluarganya. Pucuk dicinta ulam tiba, sang utusan tak salah jalan.

“Mang Pii [sang utusan] datang sembari membawa timbel,tapi begitu dibuka di dalam timbel yang cukup besar gulungannya itu ada kain pemberian Uun buat Tjandra. Itu sangat mengharukan," kata Didi.

Kain itu adalah kode bagi Uun kalau Khoe mencarinya. Setelah itu, Uun dan Didi diboyong Khoe kembali ke kota dan diajak tinggal dirumahnya. “Bukan hanya itu, ternyata Khoe menjagakan puing-puing rumah kami selama kami mengungsi,ia sungguh-sungguh  bersetia, melintasi konflik antara pribumi dan Tionghoa kala itu,” tambah Didi.

Enam bulan setelah itu, seluruh keluarga Didi kembali ke Bandung. Uun dan Tjandra kemudian menikah. Pada tahun 1985, Uun meninggal dunia akibat kanker. Dua minggu kemudian, Khoe menyusul cinta sejatinya ke alam baka.

"Cerita cinta Uun dan Khoe adalah bukti bahwa tidak semua orang Tionghoa kala itu berkonflik dengan warga pribumi setelah kejadian," kata Frances. Masih ada cerita cinta setia, yang melintasi semua batasan etnis,dalam peristiwa Bandung Lautan Api. 

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Hilangnya Monumen Bersejarah Di Kota Bandung




MINIATUR MOBIL KUNO 
YANG BERADA DISALAHSATU STAND DI JAARBEURS 
(PASAR MALAM TAHUNAN). 
MINIATUR MOBIL INI RASANYA MANIS
KARENA TERBUAT DARI KEMBANG GULA 
FOTO DIBUAT ANTARA TAHUN 1920-1926.

Dalam rangka memperingati hari Jadi "Staats Spoorwegen" (sekarang PJKA) yang ke 50 (5 juni 1926), Ir. E.H. de Roo, seorang Insinyur Bangunan dari Gemeente Bandung,ditugaskan membangun sebuah tugu peringatan,yang lokasinya tepat di depan stasion Kereta Api Bandung.

Tugu Peringatan yang terbuat dalam kontruksi baja dengan hiasan dari besi cor,berbentuk pilar segi delapan, dengan lentera kaca dipuncaknya, adalah hasil karya murid-murid Sekolah Pertukangan (Gemeentelijk Ambobachtscool) di Bandung.

Tugu peringatan yang dipersembahkan oleh Tuan B.Coops, Burgermeester van Bandung(Walikota Bandung) atas nama warga kotanya, sebenarnya bukan sekedar prasasti sejarah.
Tugu Peringatan berfungsi juga sebuah sebuah pusat titik Triangulasi di Kota Bandung,yang penting artinya sebagai titik orientasi dalam pengukuran dan pemetaan kota. 

Sayang sekali karena kepicikan sejarah,tugu Peringatan yang sangat penting itu,beberapa tahun yang lalu telah dibongkar, diganti dengan sebuah taman yang tak bermakna sejarah samasekali.

Peristiwa itu adalah kecerobohan kedua kalinya,setelah pembongkaran Tugu Triangulasi di depan istana Bogor,di awal tahun 1960. Hal semacam itu bukanlah kejadian yang luar biasa di Indonesia. Sedangkan Tugu Proklamasi di Peganggsaan saja pernah dibongkar,apalagi sebuah tugu cuma buat memperingati Kereta Api.

Tugu "Lentera Listrik" dengan daya penerangan 1000 lilin itu, membuat " si-Lamsijan budak kampung " terbengong-bengong dan menyebutnya " rapang damar teu diminyakan" (lentera bersinar terang tanpa diminyaki!),maklumlah listrik.

Sedangkan Majalah "Mooi Bandoeng",Juni 1934,menulis teks di bawah potret tugu peringatan itu,dengan kata puitis ; " Aan het Licht Wordt kenbaar wat eigeinlijk...Du isteeernis is" (Di sinar terang bisa dikenali,apa sebenarnya...kegelapan itu).

Dibongkarnya Tugu "Lentera Terang" di depan stasion Kereta Api Bandung,mengantar warga Kota Bandung memasuki " Alam Kegelapan-Khasanah Sejarah Kotanya ...!!!
                                           


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Turis Eropa Di Bandung Tempo Dulu




braga tempo dulu
BRAGA TEMPO DULU


Tiap tahun ada saja di antara orang Belanda yang datang berziarah ke Bandung. Kampung halaman mereka yang kedua,
sebagai wisatawan. Berbahagialah mereka yang masih kuat dan sehat dan cukup biaya perjalanan,sehingga kunjungan pemuas nostalgia ke Bandung bisa terwujud.

Namun bagi Oudeheer (Sesepuh) Van den Munchof yang telah uzur ditelan usia,cuma bisa mengenangnya lewat puisi.
  
    " Weer hoor ik de tokkeh roepen
      die mij veel geluk voorspel
      toch zie ik dat schone Java nooit weer
      want mijn jaren zijn geteld "

    ( Kudengar toke memanggil
      yang memberikan banyak ramalan kebahagiaan
      namun takkan pernah lagi menyaksikan Jawa nan jelita
      karena tahun-tahun usiaku tinggal dihitung)

                       - Moesson..15 Juni 1979 -


Sekali tempo Meneer Kunto pernah bertanya kepada para wisatawan Belanda yang notabene pituin asli orang Sunda :
"kenangan apa sih yang masih tersimpan dalam ingatan kalian tentang Bandung tempo dulu...?"

Margareet Farret Jentink, putri seorang Penerbang Belanda yang dulu pernah tinggal di Litsonlaan( Jl.Marjuk,Kebon Kawung sekarang) memberi penjelasan : Buat kami yang tinggal di negeri yang bertanah datar seperti Nederland, maka Kota Bandung yang dikepung gunung membiru,bukit dan lembah menghijau dengan jalan-jalannya yang menanjak dan berkelok-kelok,sungguh memukau dan mempesona.

"Aku jadi mengerti sekarang,mengapa Papie dan Mamieku tak pernah hilang kenangan kepada " Veere-Vaderland ",tanah air mereka yang kedua-Hindia-Belanda (Indonesia). Sungguh benar apa yang pernah mereka katakan,bahwa Alam Priangan (Tanah Sunda) adalah 'Paradijs op Aarde'(sorga di bumi). Aku merasa beruntung,sempat berziarah ke Bandung kampung halaman batiniah kedua orang tuaku," tutur Margareet dengan berlinang air mata.

Bila sempat-membalik-balikan lembaran sejarah Bandung tempo dulu,memang suatu kenyataan dan bukan isapan jempol belaka,Bahwa Di Nusantara tak ada kota lain,begitu banyak memiliki sanjungan seperti Kota Kembang ini.Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.Haryoto Kunto


                                              
 
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Kehidupan Imigran Indonesia di Belanda Tempo Dulu





bandung-tempo-dulu
ORANG-ORANG EROPA 
SAAT BERBELANJA DI PASAR BARU BANDUNG
FOTO DIBUAT ANTARA TAHUN 1920-1921

         
          " Ik woon ni in he sombere Holland
     maar mijn hart is in de Oost
     waar de kembang sepatoes bloein
    en de krontjong mij vertroost. "

     ( Kini aku tinggal di Holland nan muram
      namun hatiku terpaku di negeri Timur
      di mana kembang sepatu bermekaran
      dan bagiku lagu kroncong jadi penghibur).
      
                P.ven den Munchof
   " Dromen,Mijmeren,weemoed", 1979."

Sejak tanggal 29 Desember 1949,tatkala peralihan kedaulatan berlangsung di Indonesia,hampir seperempat juta orang Belanda (Nederlanders)terutama dari golongan berdarah campuran atau lebih di sebut Indo (Indo-Eurepeane) pada ngungsi ke Negeri Belanda. Mereka kini hidup bertebaran membentuk koloni-koloni kecil dibeberapa kota di Holland.

Hampir 60.000 orang Belanda Indonesia(Indische Nederland) berdesakan tinggal di kota Denhaag. Koloni pemukiman mereka sering di sebut orang Kampong van Nederland atau Weduwe van Indie (janda dari Nusantara).

Namanya saja Belanda Indonesia,jadi perilaku kehidupan mereka tak ubahnya seperti orang Indonesia asli.
Dari soal menata rumah,acara hidup sehari-hari,cara memasak dan memilih menu makanan,sampai cara mandi dan buang air besarpun, masih tetap bertahan adat seperti orang Indonesia.

Kalau buang hajat,mereka tidak biasa menggunakan kertas tissue buat lap pembersih. Sehingga closet mereka dikengkapi dengan kran penyemprot otomatis dari bawah. Entah kalau musim salju,dingin membeku,apakah mereka masih suka main air seperti di Indonesia ???
  
Kehidupan para transmigran dari Indonesia tempo dulu itu,sempat mewarnai kota Denhaag,sehingga harian "Haagsche Courant" yang terbit di kota itu,berturut-turut setiap senin selama 10 minggu, membuka Rublik khusus " Indische Den Haag En Zijn...." sungguh menarik isinya.
  
Di antra orang-orang Belanda yang hatinya masih terpaut di Hindia-Belanda(Nusantara),banyak terdapat Bandoengrs (mereka yang dilahirkan dan dibesarkan di Bandung).

Seperti Opa Van de Munchof  mantan Polisi di Hindia-Belanda yang tak kuasa memupus kenangan indah masa lalunya,demikian pun para "Bandoengers" mereka tak lekang mengenang Bandung. 
   
(Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto)

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu
kota Kembang





Bandung Tempo Dulu
SUASANA DI BANDUNG TEMPO DULLU
TAHUN 1920-1932



          SEKARGAMBIR
    Angsana ligar ku mangsa
    malati lingsir ku wanci
    ganda puspita ermawar
    sesekaring tamansari
    mun teu seungit mo sari
    lamun laju moal luyu
    ligar teu maruragan
    seungitna teu daek leungit
    sapaosna seungitna angin-anginan.

                  (tina:Kandaga-1957)

Bagaimana mungkin Bloemhandel(Toko Kembang) Abundatia di jalan Braga bisa menjadi langganan,yang musti mengirim bunga segar setiap pagi ke istana Gubernur Jendral Hindia-Belanda di Batavia, kalau Bandung kala itu memang bukan lautan kembang.

Tak mungkin seorang George Clemence,perdana menteri Prancis atau bintang film Charlie Chaplin dan Paulette Goddard bisa terpukau oleh pesona indah Taman kota Bandung,kalau memang karena taman bunganya yang cantik menarik itu!?.

Bandung Tempo Dulu banyak memiliki jenis bunga yang langka. Pada tahun 1915,Dr.W.D. van Leewen menemukan sejenis bunga anggrek yang langka di wilayah Kota Bandung,sehingga bunga temuannya itu dinamakan "Micristylis Bandongensis". 

Selain bunga tadi,kota Bandung tempo doeloe dihiasi pula oleh jenis anggrek "Nervilles Aragona" yang sekarang tidak semua pekarangan rumah memilikinya.

Data sejarah cukuplah membuktikan, bahwa sekali tempo kota ini memang pantas disebut sebagai "Kota Kembang". Bukanlah sebuah ilusi atau upaya memutar balik roda sejarah, bila masa kini terlintas keinginan pada sebagian warga Bandung untuk mengembalikan citra kota ini sebagai "Kota Kembang".

Mustahil Bandung tempo dulu mendapat julukan "Kota Kembang", kalau tidak ada kembangnya yang berserakan tumbuh subur di segenap penjuru kota.

Bagaimana kita bisa menyebut Bandung "Kota Kembang", bila kesan kembang,yang memukau para pengunjung kota tidak bisa ditemukan?. Tanpa semerbak mewangi bunga disegenap pelosok kota Bandung,maka julukan "Kota Kembang akan terasa hampa.

Nah,jadi kalau warga Bandung beserta aparat pengelola kotanya masih berhasrat untuk menyandang gelar Bandung "Kota Kembang" kambali, mari kita kobarkan semangat menanam bunga di seluruh kalangan warga kota. Sehingga pekarangan rumah kita, lahan tepi jalan, apalagi taman-taman kota Bandung yang tersia-siakan tanpa ditanami aneka macam bunga-bungaan

sumber:wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu
Sejarah Danau Purba Bandung
Bagian 2



Bandung tempo dulu
 SEJARAH DANAU PURBA BANDUNG
Bagian 1 nya klik disini ...
Pada akhir Pliosen(Dua juta tahun yang lalu) terjadi lagi periode revolusioner berupa tekanan dari sedimen,hingga terjadi proses pembentukan gunung,disusul menghilangnya Selacau.

Pada permulaan periode Plestosen (1 juta tahun yang lalu),beberapa kegiatan vulkanik di daerah Utara Bandung sempat membentuk kumpulan gunung api,ukuran dasarnya sebesar 20 km dengan ketinggian antara 2000-3000 meter. gunung ini dikenal sebagai Gunung Sunda,sebuah gunung raksasa  dengan kaldera di puncaknya. Sedangkan Gunung Burangrang hanya merupakan parasit dari itu.(Prof.Dr.Th.H.F.Klompe,The Geology of Bandung",1956)

Masih pada priode Pletosen itu juga,Gn.Sunda runtuh diikuti oleh terjadinya Patahan Lembang. Sebuah rekaman Pletosen geologi dari periode itu,dapat dilihat dalam bentuk endapan binatang Vertebrata di penyayatan sungai Citarum sebelah barat Batujajar,seperti yang ditemukan oleh Stehn dan Umbgrove(1929).

Nah,sekarang sampailah kita pada kejadian alam yang patut diingat-ingat !
Pada jaman Holosen,11  ribu tahun yang lalu,lahirlah Gn.Tangkubanparahu sebagai anak dari kaldera Gn.Sunda,dan gunung api itu menutupi bagian timur sisa gunung api lama. Paling tidak gunung itu telah mengalami 3 kali erupsi besar yang mengeluarkan lava dan abu yang menimpa daerah sebelah utara Bandung.


Erupsi besar kedua dari Gn.Tangkubanparahu,yang menurut Cerita Rakyat(Legenda)adalah perahu yang tertelungkup di tendang Sangkuriang kesiangan,terjadi 6000 tahun yang lalu.

Adapun muntahan dari erupsi besar kedua itu,tersebar di sebelah barat Ciumbuleuit(Bandung)dan sebagian lagi sempat menyumbat sungai Citarum yang mengalir di lembah Cimeta(utara Padalarang),sehingga terbentuklah Danau Bandung. Sebuah danau yang sering juga disebut oleh manusia jaman baheula sebagai Situ Hiang. 

Baru sekitar 3-4.000 tahun yang lewat,Danau Bandung mulai surut airnya,muncullah Dataran Tinggi Bandung . Danau itu mulai kering menyusut,tatkala sungai Citarum yang tersumbat muntahan Gn.Tangkubanparahu atau Gn.Burangrang(?)bisa bebas mengalir kembali,dengan menembus bukit Rajamandala (sebelah barat Batujajar),melewati terowongan alam Sanghiang Tikoro.
Dataran tinggi Bandung yang terkenal akan kesuburannya, sekarang terletak kurang-lebih 725 Mtr dari atas permukaan laut ,dikepung gunung api dan di sebelah barat terdapat bukit-bukit batu gamping. Endapan batu kapur yang membentuk bukit-bukit batu kapur Padalarang adalah bukti,bahwa daerah tersebut pernah terbenam di dasar laut.

Luas dataran tinggi yang di masa silam pernah jadi Situ Hiang (Danau Bandung),membentang dari Cicalengka di timur sampai Padalarang di arah barat,sejauh kurang lebih 50 Km. Dari bukit Dago di utara sampai ke batas Soreang-Ciwidey di selatan,berjarak 30 km. Kalau dihitung luas danau Bandung keseluruhan,hampir tiga kali lipat DKI Jakarta. Suatu wilayah yang Bakal menjadi daerah Bandung Raya dikemudian hari. Selesai ...  

Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe,1984.Haryoto Kunto

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu :
Konferensi Federal Di Bandung 1948



Bandung Tempo Dulu 001
SUASANA KONFERENSI FEDERAL 
DI BANDUNG TEMPO DULU 29 MEI 1948.



Bandung Tempo Dulu 002
PARA ANGGOTA BFO

Pada tanggal 29 Mei 1948 diselenggarakan Konferensi Federal di Bandung, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari "negara-negara" di luar Republik yang diciptakan dan dikuasai Belanda. Konferensi dipimpin oleh Mr. Adil Puradiredja, Perdana Menteri "Negara Pasundan". Hasil konferensi tersebut adalah terbentuknya BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), semacam badan permusyawaratan federal di luar Republik, yang oleh van Mook dimaksudkan menjadi Badan Federasi yang di dalamnya nanti diharapkan Republik Indonesia juga akan bergabung. Sebagai Ketua BFO  dipilih Sultan Hamid II dari Pontianak.

Dalam konferensi berikutnya, yang diselenggarakan mulai tanggal 12 juli 1948 dan dihadiri Wali- Negara/Kepala Daerah dan Perdana Menteri "negara-negara" yang diciptakan Belanda, dikeluarkan suatu resolusi yang dikenal sebagai "Resolusi Bandung". Pokok resolusi tersebut adalah agar Negara Indonesia Serikat sedapatnya telah berdiri pada tanggal 1 Januari 1949, termasuk pembentukan Pemerintah Interim (sementara) Federal dengan sebuah direktorium sebagai pucuk pimpinan. Sumber:30 Tahun Indonesia Merdeka.

KONFERENSI PEMBENTUKAN NEGARA PASUNDAN 1947.klik disini
DONGENG SUNDA SI KABAYAN klik disini ...
SEJARAH KOPI PRIANGAN. klik disini ...
JALAN-JALAN DI BANDUNG UTARA TEMPO DULU.klik disini
TUAN TANAH PRIANGAN.klik disini ...

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu
Alun-Alun Bandung

      



masjid agung bandung
MASJID AGUNG BANDUNG TEMPO DULU 
TAHUN 1929

Sebetulnya kalau wilayah Alun-Alun Bandung masih utuh dan belum mengalami perubahan seperti sekarang,patut mendapat prioritas untuk dipugar secara keseluruhan sebab, Kompleks alun-alun dengan perlengkapan bangunan-bangunan seperti: Pendopo Kabupaten,Mesjid,penjara,Pasar,berikut kampung saudagar (Bazaar/Kauman) dan kemudian Kantor Pos (ada,setelah kolonial Belanda) yang terletak di sekeliling alun-alun,merupakan tipe pusat kota-kota tradisionil di Pulau Jawa(Baca Buku: "The Indonesian Town" kumpulan tulisan sarjana Belanda,tahun 1958).

Dalam mengukur wajah Kota Bandung tempo doeloe akan terlihat perpaduan antara gaya arsitektur Indonesia asli dengan arsitektur barat (Eropa/belanda),dan dibumbui dengan pengaruh arsitektur islam(Arab)dan Cina. Sehingga menjelmalah "Wajah Kota" dalam bentuk koloniaal Stad ", yang mencerminkan multi rasial dari penduduknya dengan selera gado-gado dalam gaya arsitektur bangunan kotanya sebagaimana telah diungkapkan oleh Dr.J.M. van der Kroef(1954)dan prof W.F. Wertheim (1956).

Bangunan-bangunan yang terdapat di sekeliling alun-alun, mencerminkan azas " Tiga kekuasaan " (Trias-Politika) dalam tata- negara yang demokkratis. Kabupaten (kraton) melambangkan eksekutip, Mesjid mencerminkan legislatip dan penjara melambangkan judikatip,-ini adalah lambang fisik dari pusat kota tradisional,yang telah mendapat pengaruh barat.

Dua pohon Beringin di alun-alun,melambangkan tugas kewajiban Pamong Praja(Kata Jawa-Momong-mengayomi)yang harus mengasuh dan mengayomi/melindungi rakyat.
Pada jaman dulu,alun-alun juga menjadi tempat rakyat kecil menyampaikan protes damai,duduk memakai pakaian serba putih bersama anak isrinya,untuk menarik perhatian Raja atau Bupati,sehingga pengaduannya mendapat tanggapan.

Di alun-alun Bandung sebelah utara, dulu terdapat sebuah pohon Beringin "Juliana boom",yang ditanam pada tanggal 1 Mei 1909, sebagai peringatan hari lahir Puteri Juliana, pohon itu tumbang beberap saat sebelum Jepang masuk, mengantar kepergian Kolonial Belanda dari Hindia-Belanda.

Sayang sekali,alun-alun Bandung yang seusia dengan kota,telah memudar wajahnya,membawa sekelumit kenangan Indah bagi Oude-garde (angkatan tua)atau Angkot(angkatan kolot) yang lebih beruntung, karena mereka pernah mengenyam hidup tenteram di kota Parijs van Java.

sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.1984.Haryoto Kunto  
              
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Telekomunikasi di Bandung



JALAN BRAGA TEMPO DULU


Pada tanggal 23 Mei 1923 Mei dengan resmi di buka hubungan Radio Telepon dari kepulaun Nusantara ke Belanda. Hubungan lewat udara antara dua negeri,dipisahkan oleh jarak yang membentang lebih dari 12.000 Km.Fantastik buat ukuran jamannya.
Ini benar-benar merupakan peristiwa bersejarah dalam bidang telekomunikasi yang mencengangkan pada saat itu.
"verbinding INDIE -HOLLAND door de Lucht" ( Hubungan Indie-Holland lewat udara). telah berhasil mendekatkan kedua negeri.

Sebelum  hubungan Radio-Telepon terjalin antara Hindie-Holand, pengiriman lewat surat yang diangkut dengan kapal laut,memakan waktu sampai 1 bulan. Karena hubungan dengan pesawat terbang antara kedua negara belum ada pada waktu itu.

Dengan Radio-Telepon,orang cukup menunggu barang satu jam,maka pembicaraan cas cis cus antara sanak keluarga yang telah lama tak bersua, satu di Indonesia yang lain di Negeri Belanda, dapat dilangsungkan.
Tentu saja dalam peristiwa emosionil semacam ini,isak tangis tak bisa dicegah,deraian air mata tak bisa dibendung.
Adapun orang yang berjasa dalam merintis dan merancang Instalasi Radio-telepon itu adalah Ir.G.J.de Groot (groot dalam Bahasa Belanda berarti " besar"). Begitu besar jasa Insinyur elektro itu hingga namanya diabadikan oleh Gemeente Bandoeng sebagai nama jalan di kota ini-Dr.de Grootweg(Jalan siliwangi sekarang).

Hampir 5 tahun waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan instalasi Pemancar Radio Telepon usaha yang tak sia-sia bagi Ir.G.J. de Groot,karena proyek itu kemudian menjadi bahan Desertasi untuk mengambil gelar Doctor di Delf,Negeri Belanda.
Stasion Pemancar Radio dibangun pada lereng Gunung Malabar,Studio Pemancar itu kemudian dinamakan " Radio Malabar ".

Untuk hubungan Radio Telepon didalam negeri,sebutan stasion pemancar didirikan di Rancaekek.
Peristiwa besar itu tidak berlalu begitu saja.
Bertepatan dengan peresmian hubungan Radio Telepon antara Indonesia dengan Negeri Belanda tanggal 5 Mei 1923 itu,sebuah upacara telah dilakukan di Tjitarum Plain (Taman Citarum).

Untuk mengabdikan peristiwa bersejarah itu,Gemeente Bandoeng telah mendirikan sebuah Monumen Peringatan berupa sebuah kolam air dengan setengah bulatan bola dunia (Globe) ditengahnya.

Pada kedua belah sisi bola dunia berdiri berhadapan dua patung laki-laki bugil.Sebuah patung menggambarkan orang lagi berteriak dengan telapak tangan disisi mulutnya. Sedangkan patung lainnya, memperlihatkan orang yang lagi mendengarkan suara dari arah kejauhan. Patung-patung itu sangat realistis dan mengesankan. Dilihat dari jauh,bagian patung yang paling menonjol adalah...pantatnya yang bugil.

Itulah sebabnya kata Opa Buitenweg (1976),taman tempat monumen itu berada,dijuluki orang "Bloote Billen Plain" alias "Taman Pantat Bugil". 





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Berdirinya Bank Di Bandung



escomto_bank
SERTIFIKAT BANK ESCOMTO
                         

BANK PERTAMA DI NEDERLANDSCE-INDISCHE
Bank yang mula pertama didirikan di Kota Bandung tempo dulu jauh sebelum Gemeente Bandung berdiri adalah " N.I. Escomto My " yang kantornya terletak di Jalan Merdeka Lio,di bawah penilikan Notaris P.Vellema. hampir semua perkebunan di Priangan menjadi nasabah 'Escomto Bank',sehingga semua perusahaan itu cepat berkembang,lalu pada tanggal 1 Mei 1900 pindah tempat ke jalan Braga(Balai Wartawan sekarang).

Maka sejak saat itulah lahir ungkapan dikalangan Para planters(Pengusaha Perkebunan) " naar beneden geld halen ( ke bawah mengambil uang) atau (ka lebak nyokot duit).
Baru pada tanggal 29 Januari 1912,"Escomto Bank" menempati gedungnya yang baru, dipojokan alun-alun utara,
bersebrangan dengan Kantor Pos.

Masih ada dua Bank lainya yang baru didirikan di Jalan Braga.
Pertama,"De Erste Nederlandsche-Indische Spaarkas en Hypotheekbank" disingkat D.E.N.I.S.
Memang benar,DENIS adalah Bank tabungan dan hipotik yang pertama didirikan di Nederlansche-Indische (Indonesia) pada tahun 1915 di Braga Weg No.14 (jalan Braga).
Denis bergerak pula dalam berbagai bidang asuransi,di samping memberikan jasa perbankan.
Usaha DENIS dalam bidang perbankan cukup sukses dan bisa dilihat dari angka tabungan para nasabahnya yang terus meningkat.

Jumlah tabungan yang di simpan DENIS tahun 1925-f.504,500,-; tahun 1927 f.2.668.500,-: tahun 1928 f.2.888.500,-; tahun 1929 f.3.728.500,-; tahun 1930 f.4.718.500,-;(semua dalam uang gulden(f) yang sangat berharga). Jadi dalam jangka lima tahun,uang tabungan nasabah D.E.N.I.S di tahun 1925,meningkat sampai 900 persen lebih di tahun 1930. 

Tatkala Pemerintah Belanda mengalami kesulitan karena " maleise" di tahun 1930'an dan menghadapi perang Dunia II,maka DENIS lah sumber pembiayaan satu-satunya yang menanggulangi kemacetan pembangunan di kota Bandung.

Jumlah uang tabungan nasabah DENIS yang meningkat lebih dari 900 persen dalam waktu 5 tahun(1925-1930)mencerminkan kemakmuran yang dialami Kota Bandung tempo doeloe.sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.1884.Haryoto Kunto
          



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Bangunan Di Bandung Tempo Dulu Dan Tempat Wisata



bandung_tempo_dulu-Photos
HOTEL SAVOY HOMANN TEMPO DULU

.

      SEJARAH TAMAN LALU LINTAS BANDUNG           

Taman Lalu lintas " Taman Ade Irma Suryani Nasution " merupakan taman pendidikan dan rekreasi bagi anak-anak. Taman ini dulu digunakan sebagai tempat upacara dan latihan militer Belanda.

Lapangan ini kemudian pada tahun 1915-1919 ditanami berbagai pohon seperti angsana,ki hujan,sosis,dan tanaman hias lainnya. Taman lalu Lintas ini direncanakan pada tahun 1954 oleh Badan Keamanan Lalu Lintas dan mulai dibangun pada tanggal 23 Maret 1958.

.

  SEJARAH KEBON BINATANG BANDUNG 

Kebun Binatang Bandung didirikan pada tahun 1930 oleh badan yang bernama Bandoengsche Zoologist Park (BZP) dan mendapat pengesahaan dari Gubernur Hindia Belanda tanggal 12 April 1933 No.32. Yang menjadi sponsor sekaligus ketua perkumpulan itu adalah salah seorang Belanda bernama Hooland,Drirektur Cigenar Bank DENIS (sekarang Bank Jabar).

Pada zaman pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan RI,kebun binatang ini porakporanda,binatang-binatang yang ada dibunuh oleh tentara Jepang. Kemudian pada tahun 1948 kebun binatang ini direhabilitasi kembali,pada tahun 1956 BZP dibubarkan, kemudian perkumpulan ini diserahkan kepada salah seorang pengurusnya yaitu R.Ema Bratakoesoema,luas kebun binatang ini mencapai 13,6 Hektar.

.

  SEJARAH GEDUNG GEOLOGI BANDUNG 

Gedung ini terletak tidak jauh dari Sedung Sate. Didirikan pada tanggal 16 Juli 1928,ditangani oleh Asrsitek Ir.Menalda van Schouwenberg dengan Liem a boh selaku pelaksana(pemborong). Peresmian gedung ini dilakukan pada tanggal 16 Mei 1929 bertepatan dengan Kongres Ilmu Pengetahuan Pacifik IV yang diselenggarakan di gedung ini.

Koleksi Gedung Museum geologi pada tahun 1990an terdiri atas 3.894 buah benda jenis batu-batuan,mineral, fosil, lengkap dengan maket,model,peta,peralatan geologi dsb. Isi museum Geologi 95% berasal dari Indonesia dan 5% dari luar Indonesia.
.

 SEJARAH GEDUNG DWIWARNA BANDUNG 

Gedung ini berada disebelah kanan Museum Geologi Jalan Diponogoro Bandung. Dirancang dan dibangun di bawah pengawasan " Techninishen Dienst der Stadsgemeent " Bandung pada tanggal 12 Oktober 1940. Pelaksananya adalah De Arneming Maatschappiy de Cender NV.

Pada mulanya gedung ini digunakan sebagai gedung Dana Pensiun Seluruh Indonesia (Indishe Pensionfondensen). Pada waktu Pendudukan Jepang,gedung ini digunakan sebagai gedung Kempetai,kemudian Gedung Recomba. Pada masa Federal dijadikan sebagai gedung DPR Negara Pasundan dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh Presiden Soekarno,gedung ini dinamakan Gedung Dwiwarna.

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Singkat Gedung Merdeka Bandung



gedung_merdeka_bandung_tempo_dulu
GEDUNG MERDEKA BANDUNG
Gedung Merdeka mulai dibangun pada tahun 1895. Ditangani oleh arsitek Van Gallen Last dan C.P. Shoemaker. Gedung ini semula digunakan sebagai gedung pertemuan orang-orang Belanda yang berkedudukan tinggi,para perwira Belanda,dan para pengusaha perkebunan Belanda di wilayah Priangan dengan nama " Societeit Concordia.

Pada awal berdirinya gedung ini terdiri atas dua ruangan besar utama yang disebut ruang Schoberg dan " Societeit. Secara berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut dibangun kembali sehingga menjadi gedung dalam bentuk sekarang ini. Pada masa pendudukan Jepang gedung ini diberi nama "Dai Toa Kaikan",dan digunakan sebagai pusat kebudayaan. 

Menjelang konperensi Asia Afrika (1955),gedung ini diubah namanya oleh Presiden RI pertama,Ir.Soekarno menjadi Gedung Merdeka. Itu sebabnya,jalan yang membentang di depannya dinamai Jalan Asia Afrika.

Gedung Merdeka pernah pula  digunakan untuk kegiatan-kegiatan Konstituante RI (1957),Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (1961),Konperensi Islam Asia Afrika (1966),dan lain-lain. BACA BERIKUTNYA >>



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Braga Pusat Belanja
Di Bandung Tempo Dulu




 
 SUASANA DI JALAN BRAGA TEMPO DULU 1938

Mungkin ada yang bertanya,buat apa menceritakan pemilik toko di jalan Braga...?
Apa pula hubungannya dengan kepentingan kita jaman sekarang...?

Begini,tulisan ini hanya ingin membuktikan,bahwa para pengusaha di jalan Braga tempo doeloe (Karrenweg). itu, memang benar-benar mengusai bidangnya. Sehingga para konsumen yang berbelanja itu akan mendapat "jaminan Mutu" . memang bukan omong kosong bila di masa silam Jalan Braga disebut "De meest Eureesche winkelstraat van Indie".

TOKO DI BRAGA TEMPO DOELOE
Ya,pokoknya segala macam kebutuhan bisa anda beli di jalan Braga pada jaman Bandoeng Parijs van Java. Buat mereka yang sehat dan suka merokok cigaret cerutu dari segala merk dan mengisap pipa (Cangklong). Datanglah ke Toko "Tabaksplant" di Braga yang menyediakan segala-galanya.

Bila anda "haus dan lapar" maka restaurant"Firma Kuyl en vesteeg","Maison Bergerijen","Maison Boin" atau Het Snoephuislah yang punya kelebihan dalam"Cuisiners"-patissiers"-"Glascier",yang bisa menolong perut anda.

Mau beli jam tangan dengan kualitet tinggi,silahkan mampir ke Toko Hologerie Stoker. Toko yang punya spesilisasi jual macam-macam arloji. pemiliknya adalah H.P.Stocker dan P.E.Hubeer. Dua orang berkebangsaan Swiss. Toko arloji Hologerie Stoker didirikan di jalan Braga pada tahun 1926.
Toko kedua yang tertua di jalan Braga setelah "Hallermann (1894),adalah toko milik "N.V. Handelmy-CM.Luyks" yang didirikan tahun 1898. Toko itu semula importir merk Studebaker dan Seexon,lalu berjualan alat potret,alat kantor,gramophones,meja bilyar,agen penjual " his Master's Voice " dan akhirnya menjadi Toko " Provisien en Dranken" ( P.en D) terbesar di Bandung tempo doeloe.

Kembali ke jalan Braga,yang dimasa lalu sempat dijuluki " De meest Europeesche winkelstraat van Indie ( Komplek pertokoan Eropa yang terkemuka di Hindai belanda).

Tercatat " Toko (Winkels) yang pertama didirikan di jalan Braga adalah sebuah toko senjata api milik tuan C.A. Hellerman. Selain jual senjata,toko yang didirikan oleh Hellerman pada tahun 1894 itu,juga berjualan bermacam-macam kereta kuda,sepeda dan sekalian jadi bengkel reparasi senjata.

Di kala itu tanah di jalan Braga masih murah,sehingga Hellerman sempat membangun beberapa toko yang dijualnya kepada para pengusaha Eropa yang mulai membanjiri " Parijs van Java ".

Toko yang tergolong serba ada dan paling besar di Braga adalah "Onderling Belang" (" O.B"),dengan esialisasinya mode pakaian. 'OB' yang terkenal sebagai " mode centra " di Amsterdam,membuka cabang pertama di Surabaya.
Tuan K.Van Doodenweerd,Kepala Cabang di Surabaya, berspekulasi mendirikan cabang "OB" di Kota Bandung.

Di bawah pimpinan H.J.M. Koch,ternyata Cabang " OB " di Bandung berhasil mendatangkan laba yang besar,meskipun mendapat saingan berat dari toko sejenis yang ada di jalan Braga.

Saingan 'OB' terletak di depan hidung,yaitu toko mode dan pakaian,Modemagazijn " Au Bon Marche " yang tenar dengan gaun-gaun wanita Mode Paris yang selalu " up to date ".

 Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.1984..Haryoto Kunto




DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Penerangan Lampu Di Bandung

        
                       
Bandung Tempo Dulu
SUASANA DISEBUAH RUMAH 
DI BANDUNG TEMPO DULU 

Atas upaya Pieter Sij thoff,jalan-jalan Kota Bandung di akhir Abad-19 mendapat penerangan "lentera minyak tanah".
Sebelum digantikan oleh penerangan Lampu Listrik di tahun 1926,orang Bandung tempo doeloe masih sempat mengalami lampu gas sebagai penerangan jalan sejak tanggal 17 Pebruari 1921.

Perusahaan Nederlansche - Indische Gas Maatschappiy mendapat konsersi di Kota Bandung pada tahun 1919,dengan pabriknya yang terletak di Kiaracondong. Sedangkan kantornya terletak di jalan Braga mendekati konsumennya,para kaum ibu rumah gedongan yang sering berbelanja di kompek itu.

Pendirian Pabrik gas di Kota Bandung,seperti telah diungkapkan di depan,adalah atas usul dan upaya " "Vereeninging tot nut van Bandoeng en Omstreken" yang didirikan oleh Residen Priangan Mr.C.W. Kist pada tahun 1898,dimana kemudian tuan Pieter F.Sijthoff menjadi pengurus aktiv dari perkumpulan itu.sumber :Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.1984 Haryoto Kunto






DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu - Toko Kembang Paling Terkenal Di Hindia - Belanda




ABUNDATIA (lihat tanda panah)

Toko Kembang paling Top di Bandung tempo doeloe adalah Bloemenhandel "ABUNDATIA" di jalan Braga 28.A, milik tuan G.J. Boom.

Untuk memenuhi kebutuhannya,ABUNDATIA bertanam bunga seluas 6 bahu(ukuran tanah jaman dulu) di Boumanlaan (sekarang jalan Kidang Pananjung - Dago).

Setiap hari toko kembang ABUNDATIA harus menyediakan dan mengirim bunga mawar dan anggrek yang masih segar,lewat kereta api atau pesawat terbang,untuk menghiasi Istana Gubernur Jenderal Hindia-Belanda di Weltevreden (Gambir) Batavia.

Tugas melever(mengirim) bunga ke istana dilakukan oleh ABUNDATIA dengan setia,dari tahun 1925 sampai tahun 1941.
Usaha mereka untuk bertanam TULLIP dengan bibit dari Negeri Belanda belum dapat dilaksanankan,akibat pecahnya Perang Dunia II.


  Sumber:Wajah Bandoeng tempo Doeloe.1984.Haryoto Kunto.


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!