MASJID AGUNG BANDUNG TEMPO DULU TAHUN 1929 |
Dalam mengukur wajah Kota Bandung tempo doeloe akan terlihat perpaduan antara gaya arsitektur Indonesia asli dengan arsitektur barat (Eropa/belanda),dan dibumbui dengan pengaruh arsitektur islam(Arab)dan Cina. Sehingga menjelmalah "Wajah Kota" dalam bentuk koloniaal Stad ", yang mencerminkan multi rasial dari penduduknya dengan selera gado-gado dalam gaya arsitektur bangunan kotanya sebagaimana telah diungkapkan oleh Dr.J.M. van der Kroef(1954)dan prof W.F. Wertheim (1956).
Bangunan-bangunan yang terdapat di sekeliling alun-alun, mencerminkan azas " Tiga kekuasaan " (Trias-Politika) dalam tata- negara yang demokkratis. Kabupaten (kraton) melambangkan eksekutip, Mesjid mencerminkan legislatip dan penjara melambangkan judikatip,-ini adalah lambang fisik dari pusat kota tradisional,yang telah mendapat pengaruh barat.
Dua pohon Beringin di alun-alun,melambangkan tugas kewajiban Pamong Praja(Kata Jawa-Momong-mengayomi)yang harus mengasuh dan mengayomi/melindungi rakyat.
Pada jaman dulu,alun-alun juga menjadi tempat rakyat kecil menyampaikan protes damai,duduk memakai pakaian serba putih bersama anak isrinya,untuk menarik perhatian Raja atau Bupati,sehingga pengaduannya mendapat tanggapan.
Di alun-alun Bandung sebelah utara, dulu terdapat sebuah pohon Beringin "Juliana boom",yang ditanam pada tanggal 1 Mei 1909, sebagai peringatan hari lahir Puteri Juliana, pohon itu tumbang beberap saat sebelum Jepang masuk, mengantar kepergian Kolonial Belanda dari Hindia-Belanda.
Sayang sekali,alun-alun Bandung yang seusia dengan kota,telah memudar wajahnya,membawa sekelumit kenangan Indah bagi Oude-garde (angkatan tua)atau Angkot(angkatan kolot) yang lebih beruntung, karena mereka pernah mengenyam hidup tenteram di kota Parijs van Java.
sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.1984.Haryoto Kunto
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.