Kisah Tewasnya Perwira Kesayangan Daendels di Batavia

           

Jalan Raya Pos Cianjur 1925



Kisah Tewasnya Perwira Belanda.    
Meskipun di Pulau Jawa tempo doeloe sudah ada Jalan Raya Pos (Jalan Raya Daendels 1808-1811) pengangkutan dengan kereta kuda,tak kurang sengsaranya.Pada tahun 1836 Luitenant Du Bus, perwira dari *Koninklijk Nederlandsche Indische Leger*(KNIL)yang di tempatkan di Garnisun Semarang,mengambil cuti untuk pergi ke Cirebon.

Entah apa sebabnya,di Kota itu ia mengalami musibah terkena tembak yang cukup serius. Di Cirebon tempo doloe tak ada Dokter Bedah untuk mengeluarkan pelor dari tubuh si "Leknan" Du Bus musti diangkut selekasnya ke Batavia.  

Satu-satunya kendaraan yang cepat adalah Kereta Pos,yang harus ganti kuda di beberapa tempat (Baca:Sejarah Pos Telekomunikasa Indonesia 1980). Si Nyonyah Suyling istri pemilik warung Belanda di Cirebon ikut mengantarkanya ke Batavia. Dengan cepat si pasien dilarikan memakai Kereta Pos carteran,dari Cirebon ke Batavia,lewat daerah pegunungan Priangan yang jelita. Karena luka tembak merobek lambung,selama perjalanan Du Bus tak diperkenankan makan-minum.

Dari cerita K.Gritter(1948)itu, kita bisa tahu bahwa Bandung di kala itu hanya " een kleini bergdessa " (desa pegunungan)desa kecil) yang cuma dilewati begitu saja oleh Kereta Pos.

Berangkat pagi dari Cirebon,malamnya baru sampai di Sumedang. Istirahat sebentar buat ganti Kuda,perjalanan diteruskan ke Cianjur dengan menyebrangi sungai Citarum memakai rakit bambu. Lewat tengah hari baru sampai di Cianjur.


TEWASNYA PERWIRA KESAYANGAN DAENDELS
Untuk meneruskan perjalanan,kereta dan kuda harus dipersiapkan dengan baik. Sebab tanjakan Puncak,antara Cianjur-Bogor tempo doeloe,payah sekali untuk dilalui kereta pos. Terkadang memerlukan bantuan penghela kerbau. Siang hari baru sampai Bogor. disini terpaksa harus istirahat, dan bermalam di pasangrahan,karena kondisi si pasien bertambah gawat. Du Bus yang tergolek lemas di bale-bale mengerang minta-minum.

Besok paginya dengan cepat perjalanan dilanjutkan ke Batavia. Sepuluh pal lagi menjelang Kota Batavia,
tiba-tiba si Nyonyah Suyling berteriak...Stop..!!!. Rupanya *titis tulis* Luitnant Du bus cuma sampai disana,meninggal dipangkuan Nyonyah Suyling,(si ibu warung). Namun sebelum meninggalkan Hindia-Belanda yang fana ini untuk selama-lamanya,si Luitenant sempat mengucapkan kata-kata terakhirnya: " Dank.... voor   alies...groot moeder..(Terima kasih atas segala-galanya...salam buat ibu...).

Demikianlah nasib " Luitnant Du Bus ",perwira kesayangan Daendels,yang ikut membangun Jalan Raya Pos di Pulau Jawa. Meskipun jalan itu telah dapat memperpendek waktu perjalanan,namun masih kurang cepat untuk menyelamatkan jiwanya..!! (Baca:K.Gritter,"De Toverlantaarn",1948).
Daendels berencana...Tuhanlah yang menentukan......





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.