Sejarah Pelelangan Kopi Indonesia 1834 Oleh Nederlansche Handel Maatschappiy



Kantor NHM
KANTOR NHM DI SEMARANG TEMPO DULU

Dengan akal bulus dan dengan semangat yang sama pula Belanda berusaha memperbaiki dan memperkuat pasaran bagi produksi kolonial di negara itu.
sistem tanam paksa sendiri semula tak punya tujuan lain kecuali mengirimkan dengan paksa hasil bumi jawa ke pasaran Belanda. Ketika pendiri tanam paksa,Van den Bosch,tahun 1834 kembali ke tanah air,ia mendesak NHM agar segera bertindak. Disepakati bahwa melalui penjualan produk impor dengan harga berapa saja,di negeri ini akan didirikan pasar kolonial paling rendah. Di samping itu NHM mengurus penjualan secara nyata produk-produk pemerintah tentu dengan menerima imbalan.

Dimusim gugur tahun 1834 NHM memprakarsai lelang kopi besar-besaran di Amsterdam,Rotterdam,dan Middleburg. Lelang kopi itu merupakan yang paling besar yang pernah terjadi di dunia. NHM mempropagandakan penawaran kopi besar-besaran di seluruh Eropa. Akibatnya ialah 'rasa murung di mana-mana.' Dikhawatirkan pasaran perdagangan kopi akan hancur sama sekali.

Memang itulah yang dimaksudkan. NHM mengumumkan kemana-mana bahwa hanya dia,melalui kerjasama dengan pemerintah Hindi-Belanda dan Pemerintah Belanda,mampu menjaga kesinambungan penjualan atas produk-produk Jawa. 'NHM bertekad untuk' menjadikan Belanda gudang barang bagi produk Hindia Belanda Timur,dan pasar kopi utama di Eropa. 'itu berhasil,sebab pukulan itu pertama-tama sangat dirasakan oleh pasar-pasar eropa lain. Dan demikian pula halnya dengan barang-barang koloni lainnya.Sekitar tahun 1840,seperti dahulu,Belanda me-monopoli seluruh impor dan ekspor Hindia Belanda.

Oleh karena monopoli itu,kedudukan Belanda dalam perdagangan Indonesia begitu kuat,sehingga sekitar tahun 1850 dapat dimulai dengan hati-hati penghapusan perlakuan yang menguntungkan,baik yang resmi maupun yang rahasia, yang diterima di bidang usaha. Seperempat abad kemudian, perlakuan khusus itu tak ada lagi. Untuk pertamakali dalam sejarah, libelarisme dan perdagangan-bebas mewarnai perniagaan. Perniagaan luar negeri Hindia Belanda mencerminkan prosedur itu. Di segi  impor,di antara tahun 1840 dan 1860,tampak jelas bertambahnya kekayaan dan kemakmuran orang Belanda di Indonesia. 

Impor barang-barang komsumsi,seperti minuman keras dan cerutu manila yang halus cepat sekali bertambah. Di segi eksport,perdagangan swasta semakin maju,khususnya ekpor gula. sebab itu,perdagangan produk-produk pemerintah,yang dipegang oleh NHM,mulai sangat mundur,bahkan sudah sebelum penghapusan sistem tanam-paksa. Jadi,masa depan terletak pada perdagangan swasta. Dan memang,perdagangan swasta berani menghadapi persaingan Inggris,juga setelah pembebasan politik perdagangan Hindia-Belanda. 

Sekarang kopi bukan lagi barang dagangan yang paling laku. Sudah di tahun-tahun 70an gula tebu tidak kurang lagi.
Tetapi pengiriman yang utama bukan ke Belanda,karena sementara itu di sana dibuat gula ubi (bietsuiker). Sebab itu,dengan,dengan melampaui Belanda,Indonesia langsung mengarahkan perhatian kepada pasar dunia.

Inggris Raya, Amerika Serikat,dan pelabuhan transito Singapura,yakni Malaka Kuno dalam wujud yang baru,menjadi mitra dagang yang penting bagi Indonesia. selain itu, dengan dibukanya Terusan Suez ditahun 1896,biaya pengiriman  menjadi jauh berkurang,sehingga terbuka kemungkinan untuk lebih kuat melibatkan bukan saja Jawa tetapi juga daerah-daerah lain di Indonesia dengan ekonomi dunia.

Berbagai produk baru seperti  kopra dan tembakau mulai sangat laku. Indonesia semakin banyak mengimpor mesin dan alat produksi lain,dan itu menunjukan bahwa modernisasi ekonomi sedang digalakan.

Namun untuk sementara waktu semua itu belum begitu tersa menguntungkan bagi penduduk pribumi. Sebaliknya: Indonesia,salah satu produsen beras yang paling terbesar di dunia,sejak tahun 1873 hanya bisa mencukupi kebutuhan pangan penduduknya dengan mengimpor beras. jadi,perkembangan budidaya produk perdagangan untuk lalu-lintas dunia,yang dilakukan secara paksaan maupun tidak,terlaksana dengan mengorbankan beras.


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.