TANDU SARANA ANGKUTAN TEMPO DOELOE |
Sebuah catatan perjalanan dari Heeren Medici(1786) mengungkapkan: "Di sini (Rajamandala) saya mendapat setengah botol susu dari Bandung untuk sarapan. Karena diangkut kuda,susu sapi terkocok berbusa menjadi keju dan mentega. Dalam botol kudapati 17 bulatan mentega,yang terbesar sebesar peluru dan terkecil seukuran kacang hijau".
Perjalanan dengan menunggang kuda pada jalur jalan itu,tidak terlalu menyenangkan. Jalan pegunungan yang naik turun,membuat penunggang kuda terguncang-guncang melelahkan badan.
Oleh
karena itu,pada abad ke-18 dan 19 orang masih suka menggunakan tandu
(Pelangkin) yang dipikul empat orang koeli. Untuk perjalan jauh keluar kota.
Naik tandu,biar lambat tapi lebih enak.Tidak digojlog selama dalam perjalanan.
Orang baru menggunakan kereta beroda,setelah terdapat jaringan jalan yang diperkeras dengan batu alam.
Sungguh menarik bila kita telusuri
kembali,sejarah perkembangan angkutan jalan raya (darat) di wilayah Bumi
Priangan,sebelum ada pemasangan jalur kereta api.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.