Biografi Taufiq Ismail

                  
biografi taufiq ismail
TAUFIQ ISMAIL

Penyair yang dilahirkan di Bukittinggi (25 Juni 1937) dan sejak berumur 6 bulan dibesarkan di Pekalongan ini mendapat pendidikan formil sebagai dokter-hewan, pernah aktif di sebgai agggota Dewan kesenian Jakarta dan redaktur majalah sastra HORISON. Dia terpilih sebagai " Trustee Member " dari badan beasiswa American Field Service Internasional Scholarships yang berkedudukan di New York, pada tahun 1974.

Sajak-sajak Taufiq ismail mulai disiarkan majalah-majalah kebudayaan sejak tahun 1954, seperti Gelanggang Siasat, Mimbar Indonesia, kisah dll. Di samping giat menulis, semasa studinya aktif dalam organisasi pelajar dan mahasiswa. Penyair ini pernah menjadi ketua Senat Mahasiswa Fakultas kedokteran Hewan UI di Bogor dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 1960-1962.

Kebangkitan generasi muda di tahun 1966 diabadikan dalam dua kumpulan puisi Tirani dan Banteng. Sebelum itu Tintamas telah menerbitkan sajak-sajak Taufiq Ismail dalam antologi Manifestasi di tahun 1963. Bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad dia menterjemahkan karya Muhammad Iqbal : 
The Recoconstruction of Religious Thought in Islam. Pada tahun 1970 Litera menerbitkan kumpulan puisinya. Puisi Puisi Sepi dan di tahun 1971 Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin dan langit
 
SAJAK KARYA TAUFIQ ISMAIL
                    SETASIUN TUGU 

Tahun empat puluh tujuh, suatu malam di bulan Mei
Ketika kota menderai dalam gerimis yang renyai
Di tiang barat lenetra merah mengerjap dalam basah
Menunggu perlahan naiknya tanda penghabisan

Kleneng andong terputus di jalan berlinangan
Suram ruang setasiun Tugu, beranda dan tempat menunggu
Truk menderu dan laskar berlagu-lagu perjuangan
Di Tugu seorang ibu menunggu dua anak dipangku

Berhentikah waktu di setasiun Tugu, malam ini 
Di suatu malam yang renyai, tahun empatpuluh tujuh
Para penjemput kereta Jakarta yang penghabisan
Hujanpun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh

Di tiang barat lentera mengerjap dalam dalam basah
Anak perempuan itu dua tahun, melekap dalam pangkuan
Malam makin lembab, kuning gemetar lampu setasiun
Kakaknya masih menyanyi " Satu Tujuh Delapan Tahun "

Udara telah larut ketika tanda naik pelan-pelan
Seluruh penjemput sama tegak, menmandang ke arah barat
Ibu muda menjagakan anaknya yang kantuk dalam lena
Berkata : Lambaikan tanganmu dan panggillah bapa

Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah!
Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender
Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa dan resah
Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir.

                                 Taufiq Ismail.1963

SAJAK KARYA TAUFIQ ISMAIL
                   GERIMIS PUTIH

Malam Oktober yang panjang, dan turun pelahan
Merisik  dedahanan telanjang serta deru tertahan
Dadabumilah yang putih dan terlembut
Di pucuk-pucuk ranting keristal sama berpagut

Malam Oktober yang pucat, pergi perlahan
Pagi basah mengambang biru pipi danau
Bumi yang terlentang malas, pesolek berpupur salju
Lidahlogam berdentangan jauh lonceng gereja

Dan lengkunglangit mengucurkan gerimis putih
Perbukitan tepekur, di lerengnya deretan pohon pina
Tiupan angin tak lagi tajam tapi lembut menyuara
Seperti Emilie tak akan pergi. Seperti dada tak akan pedih
Lengkunglangit yang mengucurkan gerimis putih

                             Taufiq Ismail 1956
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.