PEREMPUAN DAYAK |
Bagian pertamanya klik disini ...
Motif Tatto pada suku Dayak senantiasa mengandung makna tertentu. Terdapat motif-motif khas yang memiliki arti untuk menangkal pengaruh roh jahat, sebagaimana terdapat pada suku Dayak Iban. Selain itu, terdapat pula motif-motif yang berfungsi sebagai penolak bala atau penyembuh penyakit. Namun pada hakekatnya,motif-motif termaksud di dalamnya terkandung makna sosio-religius.
Motif tatto pada suku Dayak Ngaju di kalimantan Tengah memiliki arti tentang simbolisasi alam semesta. Sedangkan pada orang Dayak Kenyah dan Kayan, motif tatto dikaitkan dengan kepercayaan mereka pada alam baka. Motif tatto pada suku Dayak pada umumnya berkisar pada gambar kepala naga (dragon) yang pada orang Punan dan Iban dirajahkan di leher sebagai lambang kejantanan. Sedangkan motif burung Enggang (Hornbil), juga lazim dirajahkan. Pada pada suku Dayak Aoheng, selain motif naga dan Enggartg juga terdapat motif binatang lain, seperti anjing dan kalajengking. Selain itu juga terdapat motif bunga bakung atau bunga terong. Sedangkan motif yang dirajahkaan pada perempuan Dayak Kenyah dan Aoheng, bermotif garis datar/lengkung dan motif bunga. Di mana motif itu merupakan manifestasi dari simbol kecantikan para dewa.
Tatto Kehilangan Makna
Realita yang tidak dapat dipungkiri,de facto saat ini seni merajah tubuh tak lagi diminati generasi muda Dayak. Meskipun mereka paham bahwa hal itu merupakan bagian dari tradisi mereka. Kalau toh masih tersisa, biasanya telah terjadi pergeseran makna. Motif gambarnya tak lagi khas Dayak, melainkan motif modern, seperti jantung hati, palang salib atau inisial nama kekasihnya, gambar jangkar, tengkorak yang menunjukkan motif kekinian. Itupun dilakukan untuk sekadar gagah-gagahan,ungkap Hipoq jaw (74), seorang kepala adat suku Dayak Bahau Busang Di Loong Hubung, Kecamatan Long Iram, Kutai,Ironisnya tradisi tatto itu telah tersebar sebagai bagian khas kehidupan suku Dayak. Untuk itu, tak jarang para turis manca negara mengungkapkan kekecewaannya, karena tak lagi menemukan sosok orang Dayak yang penuh tatto.
Hal yang sama,dengan kian sulitnya ditemukan orang Dayak bertelinga panjang, sebagaimana terdapat pada brosur-brosur pariwisata. Mereka kecewa, menurutnya orang Dayak yang tak bertatto telah kehilangan identitas ke-Dayak-annya. Sehubungan dengan pendapat sang turis manca negara ada pernyataan menarik dari seorang tetua adat Dayak Kenyah di Apo Kayan, Amai Pebilung (68), "Tatto pada suku Dayak tak perlu dilestarikan, bila semata-mata untuk keperluan menarik wisatawan". Ini sungguh pernyataan yang menarik.*** (Penulis adalah pekerja sosial pada Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Samarinda dan Koordinator Forum Aksi Solidaritas Untuk Masyarakat Adat Dayak (FASUMAD),tinggal di Samarinda.)
Selesai ...
Sumber : Bosud. No. 216 - Thn. XXIV- 1994
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.