SUKU DAYAK IBAN |
Dalam kata lain, seorang lelaki Dayak belum diperbolehkan merajah tubuhnya bila yang bersangkutan belum pernah ikut adat mengayau. Dengan demikian selain mengandung lambang kejantanan, tradisi tatto juga mengandung status sosial seseorang dalam lingkungannya.
Namun dalam tradisi orang Dayak Kenyah, Aoheng dan juga Kayan, alasan utama kaum perempuan merajah tubuhnya adalah untuk mempercantik Artinya, merupakan bagian dari seni kecantikan perempuan Dayak.
Maka biasanya tatto pada kaum perempuan Dayak dibuat pada jari tangan, pergelangan tangan dan juga kaki. Motif gambarnya pun berbeda dengan kaum lelaki. Motif rajahan perempuan Dayak selain dimaksud untuk bersolek, juga sekaligus menunjukkan status sosial yang bersangkutan.
"Dalam tradisi kami, seorang perempuan yang belum merajah tubuhnya, belum diperbolehkan menikah", ungkap Petrus Hanyeq Majai (56), tetua suku Dayak Aoheng di desa Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai, Kaltim. Untuk itu menurutnya aktivitas merajah tubuh pada perempuan Dayak Aoheng dilaksanakan dalam suatu upacara khusus untuk itu. Hal itu sekaligus membuktikan bahwa Tatto: simbol kejantanan semata-mata,ungkap Hanyeq lebih lanjut.
Mengomentari perkembangan seni tattto yang mulai surut, Hanyeq mengatakan, "Seharusnya motif-motif gambar tatto itu tetap dilestarikan, meski tidak lagi digunakan untuk merajah tubuh. Misalnya, motif itu digunakan sebagai salah satu hiasan pada ukiran atau lukisan Dayak". Tatto memang merupakan bagian dari tradisi seni budaya Dayak. Namun tradisi seni yang monumental itu tak lagi dapat ditemukan pada orang Dayak yang berumur 30 tahun ke bawah, saat Pengaruh masuknya budaya dan nilai-nilai baru hasil interaksi dengan dunia luar, menjadi pangkal sebab surutnya tradisi merajah tubuh di kalangan suku Dayak.
Bersabung ke bagian 2 klik disini ...
Sumber : Bosus.No. 216 -1994
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.