Jelita yang kurindu
tampilah,di manakah wajahmu
di pagi selalu memendam dendam
dimanakah wajahmu
di antara kabur
wangi musim kopi
dan selimut dingin gerimis
dan gemetar matahari
di manakah wajahmu
Tiga kota di pulau Jawa yang telah jauh mengambil langkah tindakan penyelamatan dan pemugaran bangunan bersejarah adalah: Kota jakarta,Malang, dan Surabaya.
Kota paling menonjol dalam usaha konsevarsi bangunan kuno yang punya nilai sejarah adalah Jakarta.
Dengan berat hati terpaksa kita musti mengakui bahwa langkah usaha Pemerintah DKI dalam bidang "pemugaran/pelestarian " kota,lebih cekatan ketimbang pemda Kodya bandung.
Bersenjatakan SK Gubernur DKI,sementara ini; di Kota jakarta terdapat 632 bangunan yang dilindungi dan termasuk dalam klasifikasi bangunan bersejarah,berumur lebih dari 50 tahun dan memiliki mutu seni/arsitektur.
Di samping itu usaha pemugaran yang mengarah pada pelestarian lingkungan,Kota jakarta,telah memilih dan menetapkan daerah-daerah Sunda kelapa,Tugu Glodok(Pecinan), Fatahilah,Menteng dan Condet sebagai wilayah yang terkena pemugaran dan dilindungi.
Sedangkan,yang baru selesai dipugar adalah daerah inti kota fatahilah : dikerjakan antara tahun 1973-1974,meliputi luas 250 Ha dan mencakup pemugaran jembatan,taman,sistem lalulintas-jalan;trotoar,lampu-lampu jalan saluran kanal. " Lalu bagaiman pula dengan kota Bandung tercinta ini ?
"Begini,meskipun agak ketinggalan kereta"; jauh-jauh hari; Pemda Kodya Bandung pun telah menyadari,betapa penting arti pemugaran dan perlindungan terhadap bangunan/monumen; lingkungan yang bersejarah di kota ini.
Sebab,pembangunan kota yang cepat dan kejam terkadang tidak punya rasa "belas kasihan' kepada banguan-banguanan kota yang tergolong" Antik,Tua dan Langka,tanpa ampun dirobohkan dan dihancurkan !!".
Berlindung di balik semboyan "Modernisasi Kota",tanpa disadari,seringkali penataan dan pembangunan kota telah memusnahkan bangunan Bersejarah yang erat kaitannya dengan Sejarah masa lalu itu sendiri.
Tak apalah,bila Kota Bandung tidak sempat menyisihkan barang seonggok reruntuhan bangunan ditengah kota,sebagai Monumen sejarah paling realistis dari peristiwa "Bandung Lautan Api".yang heroik dan penuh pengorbanan.
Namun kita berharap dimasa mendatang,warga kota tidak lagi berbuat alpa,berdiam diri tanpa berusaha mencegah punahnya beberapa bangunan sejarah,yang menjadi ciri dan saksi kemegahan Kota Bandung tempo Doeloe.
Mungkin orang tidak akan percaya,bahwa di Bandung "Kuriak" (membangun)dimasa damai sekarang ini,ternyata lebih banyak memakan korban rumah/gedung obyek dalam katagori DILINDUNGI,bila dibandingkan dengan yang musnah hancur selama Bandung Lautan Api. mau percaya atau tidak,pokoknya demikian kenyataanya.sumber:Wajah Bandung tempo Doeloe-alm.Haryoto Kunto.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.