Showing posts with label Bandung tempo doeloe. Show all posts
Showing posts with label Bandung tempo doeloe. Show all posts

Pendidikan Jaman Belanda di Bandung



 Bandung Tempo Dulu
GEDUNG OSVIA BANDUNG
FOTO DIBUAT TAHUN 1939

           
Pendidikan di Bandung Jaman Penjajahan Belanda 
Kota Bandung menjadi lebih semarak dan menarik setelah dibuka Opleidingsschool voor Indiansche Ambtenaren (OSVIA)pada tahun 1879. Di kalangan penduduk pribumi sekolah itu populer dengan Sakola Menak karena murid-murid sekolah ini adalah anak para Menak/priyayi seperti Bupati(Dalem) Patih,dan Wedana.
  
Murid OSVIA diambil dari lulusan Sekolah Dasar.
Baru kemudian pada tahun 1927 dibuka Middlebare OSVIA (MOSVIA)yang siswanya diambil dari lulusan Sekolah Menengah Pertama.

Pada penutup Abad ke-19,beberapa sekolah dasar dan kejuruan mulai dikembangkan di Kota Bandung,sehingga tanpa terasa kota mulai menemukan bentuknya sebagai pusat pendidikan.

Bandung sebagai kota pendidikan menjadi dambaan para orang tua di tatar Sunda,untuk bisa menyekolahkan putra-putrinya.
Angan-angan para Ayah-Bunda terlukiskan dalam lagu asuhan Penggugah anak-anak tempo doeloe di Jawa-Barat:
    
           Neleng neng tang
           Neleng neleng neng gung
           Geura gede geura jangkung
           Geura sakola ka Bandung
           Eukeur makayakeun indung
           Wayahnakeun beurat nanggung
           Sing inget waktu dikandung 
           Digelendeng ulah pundung
           Da jamakna munggah indung
           Mun ambek mudu di bendung

  (Baca:artikel Uit Pasoendan  dalam Majalah Indie,8 November 1922).

Arti dari lirik lagu diatas: Neleng neng tang/Neleng neleng neng gung/cepatlah besar cepatlah jangkung/Segera sekolah ke Bandung/Untuk memuliakan bunda/bersabarlah menanggung derita/harus ingat waktu dalam kandung/Dicaci jangan gusar/Maklumlah seorang ibu/Yang terasa telah mengandung/Bila murka harus dibenung.

Segera sekolah ke Bandung !! adalah cita-cita orang tua tempo doeloe yang diharapkan putra-putrinya.
Pengembangan sektor pendidikan di Bandung pada masa lalu benar-benar pragmatis. Jenis pendidikan yang mula diutamakan adalah sekolah guru. Untuk memenuhi tenaga trampil yang dibutuhkan dalam pembangunan,maka didirikanlah sekolah pertukangan.

Menurut Reitsma dan Hoogland (1921),gagasan untuk dijadikan Bandung sebagai kota intelektual dan pemerintahan di Hindia-Belanda(het intellectueele en staakundige centrum van Nederlandsch-India), rupanya telah diramalkan orang sejak Abad-19.

Bandung memang pantas disebut Kota Pendidikan(Intektuil). Belum lagi lewat seperempat awal abad ke-20,bermacam jenis Sekolah dari berbagai jenjang tingkatan,terdapat di kota ini.

Dari Taman kanak-Kanak (Frobelschool),Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (Opleidingschool voor Frobeloderwijzerssen),van Deventerschool (Sekolah Putri), Sekolah Dasar Belanda(H.I.S., Sekolah Dasar Pribumi(Inlandsche tweed Klasse Scolen) S.M.P (M.U.L.O) S.M.A (AMS),dan sekolah-sekolah swasta milik Zending Kristen dan Cina,semua terdapat di Bandung tempo doeloe.sumber:wajah Bandoeng Tempo Doeloe.alm.Haryoto Kunto.





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Kota Taman



bandung tempo dulu




Pada dasar Kota Bandung dari tahun 1897 menunjukan jalur jalan di kota,baru beberapa penggal saja,Paling juga Groote Posteweg (Jl.A.Yani - Jl.Sudirman - Jl. Braga - Jl. Pungkur - Jl Bungsu - Jl. Cibadak ).

Tapi ada yang menarik orientasi tempat atau alamat rumah pada jaman itu,hanya ditunjukan dengan nama jenis pepohonan atau obyek bangunan yang menonjol (Land Mark) yang ada di sekitar tempat yang dimaksud.
 

Nama-nama seperti itu antara lain Sekeloa,Kiara-condong, Pasir-kaliki,Awi-bitung,nangka-suni,Cukang jati, Pungkur, Regol(pintu samping)Balong Gede, Pangumbahan, Kabupaten, Kapatihan,Kaum,Sasak-gantung, dll.
 

Baru pada tahun 1870'an,menurut catatan Dr.Groneman(sahabat Junghuhn),penduduk Dayeuh Bandung pada 'bak bik buk' mengerjakan lahan kota menjadi kebun(kebon),sekalipun mereka bermukim ditempat itu.
Maka lahirlah paling sedikit 20 nama Kampung di Kota Bandung,yang menyandang kata 'Kebon' di depannya,antara lain: Kebon bibit,Kebon kawung,Kebon jahe(GOR Pajajaran),Kebon jati,Kebon karet,Kebon kalapa,Kebon ros(Haji Mesri) dll.
 

Kota Bandung yang terdiri dari beberapa kampung dengan nama kebun itu,sempat menarik perhatian Mr.Dr.W.Roosmale Nepveu,pensiunan Walikota Apeldoorn di Negeri Belanda. Sehingga dalam kunjungannya ke Bandung pada tahun 1936,menjuluki Bandung tempo doeloe sebagai 'Tuin Stad'(Kota Kebun).
 

Dari cerita itu dapat diketahui,bahwa ternyata nama-nama kampung/wilayah yang ada di Kota Bandung,mempunyai kaitan erat dengan sejarah kota.Paling tidak,bisa menunjukan perkembangan 'tata guna tanah' (land use) Kota Bandung.
 

Oleh sebab itu,sebuah himbauan perlu disampaikan kepada para pengelola Kota beserta Perangkat Legislatif yang mendapinginya,agar jangan kelewat bersemangat mengganti nama-nama jalan,tempat atau wilayah,tanpa mempertimbangkan kaitannya dengan Sejarah Kota yang bersangkutan.
 

Usaha untuk tetap melestarikan nama jalan dan Tempat,penting sekali artinya,karena bisa menjadi bahan penelitian,kata Dr.Yus Rusyana(PR,22 Juni 1983).
   



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Show Room Mobil Pertama
di Bandung Tempo Dulu




Bandung Tempo Dulu
MOBIL-MOBIL ANTIK 
PARA PENGUNJUNG JAARBEURS DI BANDUNG


SHOW ROOM PERTAMA DI BANDUNG.
Agen penjual mobil merangkap bengkel-esembling yang terhitung paling besar adalah perusahaan " Fuchs & Rens " yang didirikan di Jalan Braga pada tahun 1919. Perusahaan bengkel dan agen mobil adalah usaha patungan antara tuan F.J. Fuchs yang telah menjadi importir mobil di Hindia sejak tahun 1886,dengan Tuan Rens. Dibawah manager tuan E.Hilkers (1928), perusahaan itu merakit mobil merek Packard, Chrysler, De Soto,Plymouth, Renault,dan Vrach-auto merk Fargo. 

Show room "Fuchs & Rens" di jalan Braga tempo dulu adalah tempat para "Preangerplanters" saling berebut mengganti mobilnya dengan sedan paling baru. Maklumlah,mereka orang gunung paling berduit. Sayang lokasi dan tempat " Fuchs & Rens " sementara ini hanya dipakai sebagai tempat parkir. Sedangakan show room ,kantor dan bengkelnya yang luas,tidak dipakai lagi...kegemilangan yang telah berlalu.




DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu
Sejarah Gedung Merdeka




gedung merdeka bandung tempo dulu
GEDUNG MERDEKA BANDUNG TEMPO DULU


Sejarah Gedung Merdeka.
Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika Bandung,adalah bersejarah gedung yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia- Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955.

ARSITEKTUR BANGUNAN Bangunan ini dirancang pada tahun 1926 oleh Van Galen Last dan CP/ Wolff Schoemaker.Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hogeschool (Sekolah Teknik Tinggi),yaitu ITB sekarang,dua arsitektur Belanda yang terkenal pada masa itu,Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap,ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.

SEJARAH GEDUNG  MERDEKA
Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 1895 dan dinamakanSocieteit Concordia,dan pada tahun 1926 bangunan inidirenovasi seluruhnya oleh Wolff Schoemacher Aalbers dan VanGallen. Gedung Sociƫteit Concordia dipergunakan sebagai tempatrekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belandayang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalahpara pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dankalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malamhari, gedung ini dipenuhiatau oleh mereka untuk berdansa, menontonpertunjukan kesenian,makan malam.

Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kamandengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia padatanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia. Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk (1946 - 1950) yang ditandai oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum.disini biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya.

Dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yangmenetapkan Kota Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika,maka Gedung Concordia terpilih sebagai tempat konferensitersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah gedung tempat pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung Dan lokasi nya pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat dengan hotel terbaik di kota ini,yaitu Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger.

*** Kumpulan Dongeng Sunda Si Kabayan BACA DISINI >>
*** Dongeng Sunda Rusdi Jeung Misnem  BACA DISINI >>



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Jaarbeurs / Pasar Malam di Bandung



Bandung Tempo Dulu
PARA PENGUNJUNG JAARBEURS 1920'AN

SEJARAH JAARBEURS DI BANDUNG
Pasar Malam yang sukses menarik perhatian masyarakat Priangan pada awal abad ke-20 adalah Pasar Malam yang diselenggarakan di 'Sumedang'(Kabupaten Jabar). Ketika di Belanda telah diselenggarakan sebuah bursa tahunan yang bernama ' Jaarbeurs' maka menanggapi kegiatan bursa tahunan yang diselenggarakan di Belanda beberapa tokoh masyarakat di Hindia Belanda terlihat antusias untuk dapat  menyelanggarakan acara serupa di Hindia Belanda.

Seiring dengan hal itu maka dicarilah sebuah tempat penyelenggaraan kegiatan itu. Secara spesifik kemudian dipilihlah Kota Bandung yang saat itu sedang mengalami pembangunan besar-beasaran sebagai kota kolonial yang modern.

Iklim Bandung yang sejuk merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting lainnya bagi terlaksananya kegiatan ini,hal ini karena iklim yang sejuk ini dilihat akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang akan menghadiri acara tahun ini.

Rencana akan dipindahkannya Ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung tentu menjadi pertimbangan penting lainnya bagi pelaksanaan 'Jaarbeurs' pertama di Hindia Belanda ini,selain itu juga dikarenakan jumlah masyarakat Eropa di Kota Bandung saat itu masih termasuk yang paling tinggi maka diharapkan akan dapat mendukung kesuksesan acara ini.

KUMPULAN DONGENG SUNDA SI KABAYAN klik disini
KUMPULAN DONGENG SUNDA SI KABAYAN LAINNYA klik disini





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Jaarbeurs / Pasar Malam Di Pulau Jawa




GEDUNG JAARBEUR BANDUNG
FOTO DIBUAT ANTARA TAHUN 1920-1926


Pasar malam yang pertama kali diadakan di Indonesia dengan lingkup besar diperkirakan adalah sebuah pasar malam yang diadakan di Batavia dan terkenal dengan nama 'Pasar Malam Gambir'. Nama Pasar Gambir sendiri diambil dari nama seorang kapten Inggris yang tinggal di Batavia pada masa kolonial Inggris,ia mengusulkan agar diselenggarakan pasar malam yang besar dan terpusat. Saat itu Batavia merupakan Ibukota yang berada pada kepemimpinan ' Gubernur Jendral Raflles'.

Kegiatan pasar malam diselenggarakan dengan maksud untuk memperkenalkan hasil perdagangan dan industri yang ada dalam bentuk bursa dimana didalamnya dipamerkan dan dijual dalam 'Pasar Gambir' ini,namun barang dagangan penduduk lokal masuk didalamnya. Kegiatan ini dilakukan pada sebuah lapangan luas dengan maksud agar dapat menampung orang dengan jumlah banyak yang akan datang mengunjungi acara pasar malam tersebut.

setelah tentara Inggris tidak lagi menduduki Indonesia, kegiatan ' Pasar Malam Gambir' tidak lantas menjadi hilang. Pada tahun 1816 kegiatan ini dilanjutkan oleh 'Pemerintah Kolonial Belanda' dan selanjutnya diselenggarakan secara teratur satu tahun sekali dalam rangka memperingati hari ulang tahun Ratu. Pada acara penutupan diselenggarakan 'oranje Bal' secara besar-besaran yang menarik perhatian masyarakat 'Hindai belanda' saat itu. Selanjutnya kegiatan semacam ini dengan cepat menyebar ke wilayah Hindia Belanda lainnya terutama untuk wilayah Pulau jawa.

Beberapa pasar Malam kemudian disatukan dengan kegiatan lainnya seperti 'Pasar Malam Jogjakarta' dan 'Surakarta' yang waktu penyelanggaraannya diadakan bersamaan dengan kegiatan Sekaten.








PASAR MALAM DI PRIANGAN
Pasar Malam yang sukses menarik perhatian masyarakat Priangan pada awal abad ke-20 adalah Pasar Malam yang diselenggarakan di 'Sumedang'(Kabupaten Jabar).

Ketika di Belanda telah diselenggarakan sebuah bursa tahunan yang bernama ' Jaarbeurs' maka menanggapi kegiatan bursa tahunan yang diselenggarakan di Belanda beberapa tokoh masyarakat di Hindia Belanda terlihat antusias untuk dapat menyelanggarakan acara serupa di Hindia Belanda.

Seiring dengan hal itu maka dicarilah sebuah tempat penyelenggaraan kegiatan itu. Secara spesifik kemudian dipilihlah Kota Bandung yang saat itu sedang mengalami pembangunan besar-beasaran sebagai kota kolonial yang modern.

Iklim Bandung yang sejuk merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting lainnya bagi terlaksananya kegiatan ini,hal ini karena iklim yang sejuk ini dilihat akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang akan menghadiri acara tahun ini.

Rencana akan dipindahkannya Ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung tentu menjadi pertimbangan penting lainnya bagi pelaksanaan 'Jaarbeurs' pertama di Hindia Belanda ini,selain itu juga dikarenakan jumlah masyarakat Eropa di Kota Bandung saat itu masih termasuk yang paling tinggi maka diharapkan akan dapat mendukung kesuksesan acara ini.


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Pacuan Kuda
di Bandung Tempo Dulu





bandung tempo dulu
KUDA-KUDA DI PRIANGAN TEMPO DULU
                                    


Wisatawan ini khusus datang ke Bandung untuk menghadiri dan menyaksikan " event-wisata " yang secara periodik diadakan. Event wisata yang dimaksud adalah: Balap Kuda " yang mengambil tempat di Lapangan Tegallega dan " Bursa Tahunan " (Jaarbeurs) yang selalu diadakan tiap tahun pada tahun Juni-Juli. Sedangkan balap kuda dalam ukuran " perlombaan kecil " paling tidak,sebulan sekali diadakan dan diikuti oleh kuda dari dalam kota Bandung.

Namun Balap Kuda yang terbesar,biasanya dilakukan setahun dan diikuti oleh kuda dari daerah. Umumnya perlombaan dikaitkan dengan peringatan Ulang Tahun " Sri Ratu " nun jauh di Nederland sana,atau peringatan khusus lainnya.
  
Pada musim kuda semacam ini,secara tiba-tiba Kota Bandung menjadi gegap gempita ceria. karena orang sekota Bandung tumplek-biek di Lapang Tegallega. Dari pribumi udik,sampai Belanda totok gerot,ada di gelanggang pacuan kuda.
  
Yang paling menarik adalah kaum wanitanya,apakah itu wanita pribumi atau Eropa,mereka saling pamer mode baru pakaiannya,tak ketinggalan dandanan rambut,topi,patung,selop sampai kelom geulis,jadi bahan jorjoran.
  
Akiban jorjoran yang hidup konsumtif tempo doeloe itu,begitu pacuan kuda bubar,banyak rumah tangga ikut bubar pula.Istri-istri panas,ngadat minta dibelikan baju brokat dan perhiasan baru. Bahkan tidak jarang,pada waktu lomba pacuan kuda berlangsung,orang saring pelet-gaet istri orang.
  
Konkurensi di kalangan kaum pria lebih sederhana. Mereka cuma pamer topi " Borsalino ",saling menonjolkan keunikan pipa cangklongnya dan keantikan tongkat gadingnya. ya,meriah mewah pada saat itu.
 Kekenesan Kota Bandung semacam itu,mustahil bisa terulang kembali di jaman kiwari.


  (Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.alm.Haryoto Kunto)
                                  

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Doeloe
Asal - Usul Nama Gang
Asep Berlian di Cicadas





PASAR BARU BANDUNG TEMPO DULU

Di Bandung tempo doeloe saudagar pribumi yang terkenal sukses adalah orang-orang Palembang. Selain berniaga mereka banyak memilik tanah. Beberapa saudagar Palembang yang terkenal di Bandung antara lain Tamim (dipakai nama jalan di sekitar Pasar baru),Encek Azis (dipakai nama sebuah jalan di belakang Pasar Baru)Aschari dan Asep berlian (Dipakai nama sebuah gang di Cicadas).

Mengapa disebut Asep Berlian..? Konon karena saudagar Palembang itu,bila bepergian kondangan selalu memakai hiasan yang bertabutarkan berlian sebesar biji jagung. Terutama sebutir berlian yang mencorong menghiasi hulu kerisnya.

Asep berlian pernah menjadi topik omongan orang Bandung tempo doeloe,tatkala salah seorang istrinya yang kedapatan mati terbunuh oleh pembantunya. Geger seisi  Kota Bandung kala itu. Pembunuhan yang terjadi pada masa sebelum perang itu, diingat oleh para sesepuh Bandung sebagai 'Guyur Bandung' (Heboh Di Bandung).
KUMPULAN DONGENG SUNDA SI KABAYAN klik disini...
KUMPULAN BOBODORAN SUNDA klik disini ...
DONGENG SUNDA SI KABAYAN HAYANG NYUSu klik disini ...



KEBON KAWUNG TEMPO DOELOE

Pada jaman sebelum perang,di Kebon Kawung terdapat sebuah lorong dengan nama 'Rozenlaand' artinya jalan Mawar (Sekarang Jl.Haji Mesri),disebut jalan Mawar karena di Kebon Kawung ada sekitar satu hektar kebun bunga Mawar yang sengaja ditanam oleh penduduk.

JASA PIETER SITJHHOFF

Atas upaya Pieter Sijthoff (Asisten Residen Priangan), jalan- jalan Kota Bandung di akhir Abad-19 mendapat penerangan "lentera minyak tanah".yang sebelumnya menggunakan gas.

 GEDUNG SATE
Ir.J.Gerber, yang merencanakan bangunan Gedong Sate, sebuah "karya utama" bangunan arsitektur yang mewakili gaya Indo Europeeschen Architectuur Stijl". klik disini    
 
Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.alm.Haryoto Kunto

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Perusahaan Susu Di Bandung Tempo Doeloe



bandung tempo dulu
CIMAHI 1902


Menurut sejarah dunia susu di Tanah air kita,di wilayah Bandung ini ada tercatat 3 perusahaan pemerahan susu Boederij) terkemuka.
Disebut terkemuka,karena merekalah cikal-bakal usaha peternakan sapi perah dari jenis unggul yang didatangkan,negeri leluhur sapi-sapi perah di Negeri Belanda.

Model peternakan sapi perah yang paling terkenal adalah perusahaan "Generaal de wet hoeve" milik tuan Hirschland dan Van zijl di Cisarua,Lembang. Merekalah yang mula pertama mendatangkan sapi-sapi perah dari Friensland ke Hindia-Belanda pada awal abad ke-20. Kemudian tercatat pula Lembangsche Melkerij "Ursone". Sebuah perusahaan pemerahan susu di Lembang yang didirikan oleh tiga di antara empat Ursone bersaudara pada tahun 1895.

Keluarga Ursone yang berkebangsaan Itali ini,tempo doeloe terkenal dengan pemain musik gesek ulung di Bandung. merekalah yang telah menyelamatkan Wajah Bandung tempo doeloe,tatkala para Pengusaha Gula dari Jawa berkongres di kota ini.

Usaha keluarga Ursone yang dimulai dengan 30 ekor sapi dengan hasil hanya sekitar 100 botol perhari,kemudian pada tahun 1940 telah berkembang menjadi 250 ekor sapi dengan produksi ribuan leter susu perhari.

Selain kedua perusahaan ini,di Pangalengan(Priangan Selatan), sekitar danau Cileunca (Situ Cileunca) ratusan ekor sapi diternakan orang Eropa juga disana.

Begitu banyaknya sapi perah bibit luar negeri di lembah danau Cileunca ini,hingga majalah "Mooi Bandoeng"sering menyebut wilayah di Pangalengan ini sabagai Friesland Indie.
Selain minuman dengan bahan baku susu seperti Ice creams,susu coklat(Chocomelk)" B.M.C. mengolah susu jadi mentega,keju,dan cream untuk bahan kosmetik.



SUSU CAP NONA

Hampir seluruh produksi susu di Jawa-Barat tertampung oleh B.M.C. pada jaman sebelum perang. Hingga tak pernah ada cerita susu menjadi masam dan dibuang ke sungai.

Memang lucu juga setelah Indonesia merdeka,dimana Sang Merah Putih telah menggantikan Si Tiga Warna (Rood Wit Blouw) yang telah berkibar selama 3,5 abad di persada Bumi Pertiwi ini, ternyata bendera asing dan salah satu Wilayah di Negeri Belanda masih tetap langgeng berkibaran di negeri ini. Frissian Flag alias Bendera dari Friesland yang menempel pada kaleng susususu,tetap melambai-lambai di dapur rumah-tangga,warung,toko,restaurant disegenap pelosok Nusantara.

Begitupun Noniek-noniek Friesland yang potretnya terpampang pada susu-kaleng Cap Nona menjajakan menjajakan susunya kepada konsumen di Indonesia.

Sayang susu Bandung tempo doeloe yang "Bekend tot in de verste hoeken von Java" (terkenal sampai-sampai pojok terjauh Pulau Jawa),sekarang tak dikenal orang lagi seperti tempo doeloe.
-Napak Tilas Jalan Raya Pos Anyer Panarukan BACA BERIKUTNYA >
-Kumpulan Dongeng Sunda Si Kabayan BACA BERIKUTNYA >>
Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu : PSK di Bandung



"FPI" MASIH ANAK BUAH SI-MAMAH KENEH

Seorang Eropa yang datang di Bandung tempo doeloe pada tahun 1903,Setelah meninggalkan Bandung selama 15 tahun,begitu terperangah melihat perubahan besar dari wajah kota yang berlangsung demikian cepat.

Ia mengeluh bahwa tak ada yang tinggal dari Dusun Bandung tempo doeloe yang ramah-tamah . Sekarang telah menjadi sebuah kota dengan sifat-sifatnya yang kaku dan angkuh, sebagaimana sifat yang di miliki kota besar.
Dalam catatannya ditulis,bahwa dalam tempo 15 tahun telah dikeluarkan biaya sebesar f.70.000,-untuk perbaikan jalan dan penebangan pohon. Namun sungguh disayangkan,bahwa tepian aliran sungai,got dan selokan,malahan lupa dibenahi. Akibatnya jalan-jalan jadi banjir.(Tahun 1903 pun Bandung sudah ada banjir).

"Ini adalah suatu contoh dari kurangnya kerjasama antara berbagai badan pemerintahan kota ",begitu tulis si Pelancong dari Eropa tadi.
  
Tentu saja urusan pengelolaan Kota Bandung kurang ' KISS' Koordinasi,Integrasi,Sinkronisasi dan Simplicity) pada waktu itu,mengingat kota dikemudikan oleh dua orang Pemimpin: Bupati dan Asisten Residen Priangan.
Oleh sebab itu,pemberian status Gemeente 21 Pebruari 1906 dan kemudian ditingkatkan menjadi Staatsgemeente pada tanggal 1 oktober 1926 bagi Kota Bandung,paling tidak,bisa menyelesaikan dualisme dalam pengelolaan kota.

Selanjutnya Si Pelancong bule mencatat: Bandung ditahun 1903 perawatan kesehatan penduduk kotanya sangat buruk. Sebuah rumah sakit kecil dari bilik bambu yang terletak disamping kiri Kantor Pos Alun-Alun Bandung. Pasien penyakit menular seperti,kolera,cacar,bahkan penyakit kelamin dicampur dalam satu ruangan yang sama. Tak ada pemisahan ruang perawatan untuk pasien laki-laki maupun pasien wanita. Rumah sakit paling buruk yang pernah aku saksikan ..!! (kota-kota Indonesia dari abad-ke abad Str weekly 1960).Apa yang dikeluhkan oleh si Pelancong tadi,pada akhirnya secara bertahap bisa ditanggulangi dan diatasi oleh Bupati R.A.A Martanagara.
  
Lewat penuturan M.A.Salmun (1966) dan R.Moech.A.Affandi(1969) diceritakan oleh mereka,tentang kelakuan para wanita nakal yang jadi pasien dari Rumah Sakit di dekat Kantor Pos Alun-Alun.
Mereka berdiri berjajar dibalik pagar berduri sambil melambai-lambaikan sapu tangan kepada lelaki yang sedang lewat,diseretai teriakan dan rayuan mautnya. Hingga membuat malu orang yang lewat di tempat itu.

   (Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto)


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Perkembangan Ekonomi Kota Bandung Tempo Dulu




bandung tempo dulu
BANDUNG TEMPO DULU 1920-1926

Setengah awal abad ke-19,perkembangan dan kemajuan ekonomi daerah Priangan,khususnya kota Bandung ,terasa amat lamban. Semua itu akibat isolasi yang dikenakan terhadap wilayah, sebagai akibat Surat Perintah  Gubernur Jendral G.A. Baron van der Cappellen,tgl 19 Januari 1821( Staadblad No.6/1821),yang menyatakan Wilayah Keresidenan Priangan tertutup bagi semua orang Eropa dan Cina,kecuali bagi mereka yang telah mendapat izin dari Residen Priangan.

Setengah awal abad ke-19,perkembangan dan kemajuan ekonomi daerah Priangan,khususnya kota Bandung ,terasa amat lamban. Semua itu akibat isolasi yang dikenakan terhadap wilayah, sebagai akibat Surat Perintah  Gubernur Jendral G.A. Baron van der Cappellen,tgl 19 Januari 1821( Staadblad No.6/1821), yang menyatakan Wilayah Keresidenan Priangan tertutup bagi semua orang Eropa dan Cina,kecuali bagi mereka yang telah mendapat izin dari Residen Priangan.

Meski ada pembatasan,Kota Bandung di bawah pemerintahan Bupati Bandung tempo doeloe R.A.A. Wiranatakusumah IV(1846-1873) banyak mengalami kemajuan. Sehingga tidak ada lagi alasan kuat bagi Pemerintah Hindia-Belanda untuk tetap menutup dan mengisolasi Wilayah Priangan dari kunjungan orang luar. 

Apalagi desakan dari berbagai pihak termasuk Dr.Ir, R.Van Hoevell telah disampaikan kepada Pemerintah Hindia-Belanda ,agar segera mencabut dan membatalkan aturan pembatasan terhadap para pelancong dari luar daerah yang ingin berkunjung ke Wilayah Priangan.

Maka pada tahun 1852,Keresidenan Priangan dinyatakan terbuka bagi siapapun. Pengumuman resmi dari dari pemerintah Hindia-Belanda Telah disampaikan oleh Residen Priangan Van Steinmetz dan dimuat dalam lembaran berita  " Java bode 18 ." tgl 11 Agustus 1852.

Bandung yang telah menjadi "kota terbuka",makin bertambah ramai dan maju. Apalagi setelah Gubernur jendral Van der Moore pada tahun 1864, bertepatan dengan meletusnya Gunung Gede yang menggoncangkan kota Cianjur.

Menurut penuturan Opa Buitenweg(1976) rombongan Kantor Keresidenan Priangan yang pindah dari Cianjur ke Bandung ,terdiri dari kepala Kantor yaitu Residen Van der Moore sendiri,seorang sekertaris,seorang komis,seorang Mantri kesehatan,seorang Guru dan Notaris.Hanya 6 orang 
(sumber:wajah Bandoeng Tempo Doeloe.alm. Haryoto Kunto)


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Masjid Agung Bandung Dari Masa ke Masa



Masjid Agung
MESJID AGUNG BANJARAN.1880an
                

      Mesjid Agung Bandung pada mulanya (1812) hanya berbentuk bangunan tradisional yang sederhana. Bangunannya terbuat dari bambu dan beratap rumbia. Pada tahun 1826 dipugar dari bangunan bilik dan bambu diganti menjadi bangunan kayu dan atap genting. Pada tahun 1950 dirombak,bangunan menjadi tembok batu dan atap genting.

Pada tahun 1900 bangunannya dilengkapi dengan denah empat persegi,mihrab,pawestren,bedug dan kentongan,atap susun tiga,kolam,bangunan menghadap ketimur tepat,terdapat makam,benteng dan tidak bermenara. Pada tahun 1930 bangunan dilengkapi dengan menara serambi depan dan menara di kanan kiri banggunan. Pada tahun 1955 Mesjid Agung mengalami perombakan besar,tampak dengan di ubah,kedua menara kecil di bongkar,serambi diperluas,ruang panjang kiri-kanan dijadikan satu dengan bangunan induk,dan sebuah menara didirikan di halaman mesjid sebelah selatan dengan di atasnya kubah bawang (kecil) mendampingi kubah bawang (besar).

Pada tahun 1970 mengalami perombakan lagi,yaitu diperluas lantainya dan dibangun bertingkat. Atapnya diganti menjadi atap joglo,dan sebuah jembatan beton yang menghubungkan mesjid dengan Alun-alun. Pada tahun 1980 Mesjid Agung mengalami perombakan lagi hingga bentuknya yang sekarang.
Mesjid yang berdiri di Pusat Kota Kembang ini bahkan hingga sekarang terus dipercantik. 



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Andreas De Wilde
Tuan Tanah Di Bandung
Tempo Dulu




ANDREAS DE WILDE  
               

Dr. Andreas de Wilde,adalah seorang tuan tanah pertama di daerah priangan. Ia adalah seorang ahli bedah (Chirurg) berdinas pada pasukan altilerrie. kemudian diangkat menjadi pembantu utama "Mas Galak" alias maarschalk, (Hermann Willem Daendels) yang menjadi Gubernur Hindia-Belanda .

pada masa pemerintahan Inggris di Hindia-Belanda (Indonesia), Andreas de Wilde sempat mengikat persahabatan dengan Luitenant Gouveneur Thomas Stamford Raffles,yang kemudian menempatkannya sebagai"Assistant to The resident at Bandong" pada tanggal 10 Agustus 1812 jabatan sebagai Asisten residen di Bandung tidaklah lama dipegangnya,disebabkan " bentrok " pendapat dengan Residen Macqupid yang kemudian memecatnya.

Namun kemudian Raffles mengangkatnya kembali sebagai pengawas penanaman kopi(Koffie Opziener)berkedudukan di Tarogong-Garut,(Priangan Timur). 

Pada masa pemerintahan Daendels, Andreas de Wilde telah memiliki tanah yang luas di daerah Jasinga-Bogor dan Cimelati Sukabumi (Jawa-Barat). Maka dalam kedudukannya sebagai"Koffie Op Ziener", de Wilde mengajukan surat permohonan kepada Pemerintah Belanda, agar ia diperkenankan menukar tanah miliknya di Bogor dan Sukabumi,dengan sebidang tanah di Bandung Utara.
 

Adapun tanah pengganti meliputi wilayah yang sangat luas memanjang,dari Cimahi di barat sampai Cibeusi di timur. Sebelah utara dibatasi Gunung Tangkubanparahu,sedangkan di selatan dibatasi Jalan Raya Pos (Groote Postweg). Dapat dibayangkan,setengah dari luas kabupaten Bandung sekarang,dimiliki oleh Andreas de Wilde seorang (hal yang sangat luar biasa). Selain bertanam kopi,di atas tanahnya,de Wilde berternak sapi,dengan puluhan"Budak Belian" sebagai pekerja kebunnya.
 

Andreas de Wilde menikah dengan seorang Mojang Priangan dan mendirikan sebuah Villa indah di kampung "Banong"(?) di daerah Dago atas, mungkin nama kampung "Banong"ini,asal-usul nama kota Bandung(Dr.F. de Haann) yang kemudian berubah menjadi Bandung yang kita kenal sekarang.
  

Di tanah bekas "Gudang Kopi" milik Andreas de Wilde,kemudian orang mendirikan"Gedong Papak" yang sekarang kita kenal sebagai kantor Walikota Pemda Bandung.

Perjalanan hidup Andreas de Wilde tidaklah berjalan mulus. Di bawah pemerintahan Gubernur jenderal "Ban der Capellen", kepemilikan tanah Andreas de Wilde dibatalkan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Dalam keadaan bangkrut ia pun pulang ke negeri Belanda, untuk mengadukan nasibnya kepada Raja Willem.(kebo mulih pakandangan).
                                         
   sumber:wajah Bandoeng Tempo Doeloe.alm. Haryoto Kunto


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Julukan Bandung Kota Kembang




PARA  PENGUNJUNG JAARBEUR BANDUNG

         
         SEKARGAMBIR
    Angsana ligar ku mangsa
    malati lingsir ku wantji
    ganda puspita ermawar
    sesekaring tamansari
    mun teu seungit mo sari
    lamun laju moal luju
    ligar teu maruragan
    seungitna teu daek leungit
    sapaosna seungitna angin-anginan.

                                                                    (tina:Kandaga-1957)

Bagaimana mungkin Bloemhandel(Toko Kembang)" Abundatia" di jalan Braga bisa menjadi langganan,yang musti mengirim bunga segar setiap pagi ke istana Gubernur Jendral Hindia-Belanda di
Batavia,kalau Bandung kala itu memang bukan lautan kembang.
 

Tak mungkin seorang George Clemence,perdana menteri Prancis atau bintang film Charlie Chaplin dan Paulette Goddard bisa terpukau oleh pesona indah Taman kota Bandung, kalau memang karena taman bunganya yang cantik menarik itu!?.

Bandung Tempo Doeloe banyak memiliki jenis bunga yang langka. Pada tahun 1915,Dr.W.D. van Leewen menemukan sejenis bunga anggrek yang langka di wilayah Kota Bandung,sehingga bunga temuannya itu dinamakan "Micristylis Bandongensis". Selain bunga tadi,kota Bandung tempo doeloe dihiasi pula oleh jenis anggrek "Nervilles Aragona" yang sekarang tidak semua pekarangan rumah memilikinya.
 

Data sejarah cukuplah membuktikan,bahwa sekali tempo kota ini memang pantas disebut sebagai "Kota Kembang". Bukanlah sebuah ilusi atau upaya memutar balik roda sejarah, bila masa kini terlintas keinginan pada sebagian warga Bandung untuk mengembalikan citra kota ini sebagai "Kota Kembang".

Mustahil Bandung tempo doeloe mendapat julukan "Kota Kembang", kalau tidak ada kembangnya yang berserakan tumbuh subur di segenap penjuru kota.
 

Bagaimana kita bisa menyebut Bandung "Kota Kembang", bila kesan kembang,yang memukau para pengunjung kota tidak bisa ditemukan?. Tanpa semerbak mewangi bunga disegenap pelosok kota Bandung,maka julukan "Kota Kembang akan terasa hampa.
 

Nah,jadi kalau warga Bandung beserta aparat pengelola kotanya masih berhasrat untuk menyandang gelar Bandung "Kota Kembang" kambali, mari kita kobarkan semangat menanam bunga di seluruh kalangan warga kota. Sehingga pekarangan rumah kita, lahan tepi jalan, apalagi taman-taman kota Bandung yang tersia-siakan tanpa ditanami aneka macam bunga-bungaan.

 (sumber:wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto)
                                        


    
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Daya Tarik Kota Bandung Tempo Dulu



Bandung Tempo Dulu
GADIS-GADIS PANGALENGAN
SEDANG MENYORTIR BIJI KINA
                        

Orang bilang ada empat unsur sarana penunjang yang bisa memancing datangnya wisatawan.
Dalam dunia pariwisata Internasional ke-4 unsur tersebut dikenal dengan " 4-S " yaitu: " Sun " (matahari)" Sea " (laut) " Sand (pasir atau pantai nan permai) dan " Sex " (wanita).


Akan tetapi sudah barang tentu,daya tarik wisatawan tersebut,sekalipun bersifat universal,tidak setiap negara bisa menjamin penyediaanya secara lengkap.
Apalagi bagi negara-negara yang kuat latar belakang agamanya,maka unsur sex dikesampingkan (Harian,Sinar Harapan 1984).

Kota Bandung yang nongkrong di gunung,jauh dari pasir pantai lautan,pada masa lalu sukses mengundang wisatawan tanpa perlu kelewat perduli pada patokan " 4S " tadi. Meski tak pelak lagi,bahwa Mojang Priangan nan rupawan,merupakan daya tarik tersendiri.
Kalaupun ada wiasatawan yang menguber-nguber " Sanggul " Mojang priangan nan molek-jelita,mereka cuma mencari seuntai bunga melati yang tersisip di rambutnya. Seuntai puisi Belanda mengungkapkan.
 

Ik denk aan duku,durian en kopi
Monyet,nyamuk,sapien kerbau
ik ruik de geur van melati
in de kondeh van een vrouw

Artinya: 

Kuingat akan duku,durian dan kopi
Monyet,nyamuk,kerbau dan sapi
kucium semerbak mewangi melati
terselip disanggul sang putri
 

Kalau mau cari matahari (Sun) di Kota Bandung,asal tidak mendung dan malam hari,pasti mudah dicari.
Bukankah motto Kota Bandung Tempo Doeloe  yang  " Ex Undis Sol " berarti: Mentari bersinar di atas gelombang "...?
 

Keberhasilan pariwisata Bandung tempo doeloe tidak ditopang unsur " 4S " tadi. Bentuk turisme di kota ini yang dikembangkan oleh organisasi " Bandoeng Vooruit " betul-betul merupakan " Clean Turisme ". Tak perlu neko-neko pakai suguhan Sex segala.
 

pesona panorama indah dari Gusti Allah yang terhampar di Bumi Priangan ini,lebih cukup buat mengeruk keuntungan dari sektor pariwisata.
 

Sebuah kesan pujian tentang pengembangan dan penyelenggaraan turisme di Kota Bandung tempo doeloe,telah disampaikan oleh seorang pembesar Kerajaan Belanda lewat Harian : Nieuwe Rotterdamsche Courant ",15 Februari 1937.
 

Di situ dikatakannya,bahwa kesan perjalanannya ke Wilayah Kota Bandung yang kaya akan panorama indah permai begitu dalam terpateri di hati. Bayangan pesona alami Bandung yang bergunung,tak akan hilang dari ingatanku.   Bandung bagaikan " Geneva " di Timur Jauh,katanya. Sebagaimana kita ketahui,Geneva adalah tempat peristirahatan di Swiss yang terkenal dengan danau dan pemandangan alamnya yang indah asli.
 

Panorama alami tanah bumi Siliwangi yang indah asli lestari adalah modal pokok pengembangan turisme di Kota Bandung tempo doeloe. Dengan bermodalkan ini," Bandung Vooruit " di tahun 1941 berhasil menarik 200.000 wisatawan ke kota ini yang penduduknya baru mencapai 2226.8777 jiwa. Apa bukan sukses besar ini namanya ..?
Keaslian panorama alami tersirat secara puitis dalam untaian kata gubahan Redaktur majalah " Mooi Bandoeng  " :




Bandoengsche Holandsche Wangen
Geef geerust een zoen op een Bandoengsche wang 
En wees voor rood-afgeven daar heusch niet bang, 
Zoo'n rose wangetje is je reinste natuur 
En belist geen resultaat van een Schoonheidskuur.
 
Lewat terjemahan Kang S. Soepari,sebaris puisi ini jadi berbunyi :
 
Pipi Belanda dari Bandung.
Ciumlah suka hati pipi Bandung,silahkan 
Kelunturan pemerah tak perlu dikhawatirkan 
Pipi merah Bandung sungguh asli alami 
Bukan pulasan salon mempercantik diri
 
Untuk menjaga kelestarian alami asli Kota Bandung dan sekitarnya,para bijak bestari pendiri kota ini,pagi-pagi telah mendirikan " Bandoengcshe Comite tot Natuurbescherming " ( Komite Bagi Perlindungan Alam di Bandung). Komite yang didirikan pada tahun 1917 di Bandung ini,dipimpin oleh.Dr.Doters van Leewen sebagai ketua. Dengan anggota pengurusnya terdiri dari Meneer: K.A.R. Bosscha,F.W.R. Diemont,P.Holten dan W.H.Hoogland.
 

Komite berhasil mengumpulkan dana sebesar f.3.000,- sebagai modal dasar bagi menjaga kelestarian lahan hijau di dalam Kota Bandung.
Komite merencanakan,koservasi seluruh Wilayah Bandung Utara,khususnya daerah sekitar air terjun: Curug Dago.
Daerah sekitar " Dago Waterval " ini direncanakan menjadi " Soenda Openlucht Museum " atau dalam bahasa kita " Museum Alam terbuka Sunda ". Salah satu kenang-kenangan dari Komite ini buat generasi sekarang adalah " huize Dago " atau kemudian biasa disebut " Dago Thee huis ".
 

Sayang,sejarah kemudian membuktikan,bahwa manusia-manusia penghuni Kota Bandung yang datang kemudian,cuma bisa mewarisi bangunan kota beserta segenap isinya,tanpa sanggup meneruskan semangat dan kearifan dari para pendiri " Komite Bagi Perlindungan Alam di Bandung.
 

Tidak banyak hal yang bisa kita ketahui tentang hasil upaya kerja dari komite ini,selain sejenis tanaman anggrek yang ditemukan oleh Dr. W.D. van Leewn dkk di wilayah Kota Bandung yang kemudian mereka menamakan " Microstylis Bandoengensis ". Sejenis anggrek kecil yang langka di dunia. Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.Haryoto Kunto




 
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Bandung Tempo Dulu
Tempat Wisata




JAARBEUR BANDUNG 1920-1926
      
Menurut cerita Pak Kunto (ayah penulis Wajah Bandoeng Tempo Doeloe)yang pernah menjadi Kepala Stasion Cimahi, Cibatu,Bandung pada tahun 1930'an,berpergian dengan kereta api pada jaman baheula merupakan aktraksi wisata lokal bagi penduduk pedesaan di sekitar Kota Bandung,dengan istilah " nyaba ka dayeuh " (pergi ke kota) mereka berbondong pergi ke dayeuh Bandung. 

Dayeuh adalah sebutan populer masa itu untuk Bandung.
Jadi bila ada calon penumpang K.A. yang mengatakan " Dayeuh " di depan loket karcis sebuah halte kecil sekitar Bandung,jelas kota tujuan yang dimaksud adalah Kota Bandung.

Adapun jalur kereta api yang dibangun di wilayah hinterland Kota Bandung pada awal abad-20,bukan hanya berfungsi sebagai sarana angkutan penumpang dan hasil perkebunan saja,akan tetapi juga telah dapat mengintegrasikan perekonomian ke wilayah Dataran Tinggi Bandung. Kota kecil yang dihubungkan oleh jalan kereta api ke Kota Bandung tempo doeloe,meliputi trayek sebagai berikut :
tanggal 23 Pebruari 1918 dibangun jalur rel K.A.: Bandung-Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Citali.Yang direncanakan terus ke Sumedang,namun tak pernah terlaksana.
Trayek Trem Bandung ke Kopo pada tanggal 1 Juni 1918 dan diteruskan ke Ciwidey 18 maret 1921.

Lintas K.A. dari Bandung ke Citeureup-Majalaya 6 juni 1919 pada jalur sama dibangun pula lintasan rel K.A. Citeureup-Banjaran-Pangalengan,yang rampung dikerjakan pada tanggal 18 Maret 1921. (Lihat :BLMC.Perquin,Nederlansche Indisch Staatspoor en Tramwegen,1921). 

(Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.1984.Haryoto Kunto)



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Almanak voor Bandoeng


        

tangkuban parahu
BEREKREASI DI GUNUNG TAKUBAN PARAHU TEMPO DULU
FOTO DIBUAT TAHUN 1950'AN


Kota Bandung yang terletak diketinggian 721 meter diatas permukaan laut,memiliki angka rata-rata curah hujan pertahun 1.961 mm, lama hujan 143,9 hari dengan temperatur 22,5 derajat C. Sehingga hawa Kota Bandung terasa nyaman,segar dan sehat.

Dengan kondisi alamiah seperti ini,apalagi tanahnya yang subur,maka Bandung sangat cocok dan ideal buat bertanam bunga dan pohon-pohonan.

Hampir segala macam tumbuhan,bisa ditanam dengan baik di wilayah dataran Bandung. Sampai-sampai Tuan P.Dakkus,seorang Hortulanus (Ahli Tanaman) menulis, ' Gelukkig werkt het Indische Klimaat erg mee en al is de uitdrukking-Als je hier een wandelstok in de grond steek,groei hij ook..!'

Artinya: Untunglah iklim di Indonesia sangat baik-serasi. Sesuai dengan Siloka: ' Bila engkau tancapkan sebatang tongkat di tanah,pastilah ia tumbuh bersemi..! (P.Dakkus,Planten en Bloemen in Nederlancsh-Indisch,1924).
  
Orang Eropa pernah menulis:Bandung layak disebut sebagai tempat pemukiman yang cantik dan paling sehat di Hindia-Belanda. Letak ketinggian kota lebih kurang 730 meter di atas permukaan laut,menyebabkan kotanya memiliki iklim udara yang segar nyaman.(Almanak voor Bandoeng 1920). 

  (Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.1984.Haryoto Kunto)

     
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!