Bandungku sayang Bandungku yang malang |
Napoleon III yang agak sentimen pada orang Inggris ingin membuat taman "Bols de Boulogne" di Paris meniru "Style Hyde Park London,tapi gagal. Baru setelah Napoleon mengangkat seorang perancang kota yang hebat,yang bernama Eugene Haussman(1809-1891),maka usaha untuk" menyulap" Paris menjadi sebuah Kota Dunia yang gemerlapan nan indah permai berhasil menjadi kenyataan (S.Giedion,Space Time and Architecture",1959). Nah,seperti Kota Paris di Eropa sana,maka Parijs van Java pun memberi makna dan perhatian khusus pada fungsi "Taman" dalam perencanaan kotanya.
Perencanaan Kota Bandung tempo doeloe yang meniru Tata Kota Renaissence(terutama Bandung-Utara),memiliki jaringan jalan yang paralel-melingkar,dengan Alun-Alun sebagai titik pusatnya. jaringan jalan semacam itu,sama sekali tidak mendukung kelancaran lalu-lintas,sebagaimana dialami sekarang.
Di Parijs van Java (Bandung)yang berbau gaya Renaissence itu,bisa ditemui taman-taman(Park),lapang terbuka(plein) dan Boulevards yang menghiasi wilayah kota Paris beneran.
Kalau " Oude garde " Bandung tempo doeloe, memuji keindahan " Taman" dikotanyaitu sih tidak aneh.
Akan tetapi,bila yang kagum dan mengeluarkan pujian adalah seorang George clemenceau,perdana menteri Perancis yang sekali waktu mampir di Bandung dan sempat jalan-jalan di salah satu taman yang sejuk-indah-bersih,barulah kita percaya akan pujian itu( Menurut penuturan Opa Buitenweg).
Namun bagaimanakah nasib dari Park,Plein dan Boulevards yang pernah dibanggakan oleh Kota Bandung dulu ?
Entahlah,silahkan warga Bandung sendiri yang menilainya.
Dari 12 taman milik Gemeente Bandoeng,sekarang ini telah rusak,tidak utuh lagi,terdesak oleh bangunan-bangunan yang didirikan di atasnya. Semua itu disebabkan "lapar lahan kota" yang tidak terkendali.
Prof.Dr. Otto Soemarwoto,kampiun pelestari lingkungan di Indonesia,sangat menyayangkan pembangunan Kota Bandung yang membabat habis taman-taman sebagai paru-paru kota untuk dijadikan gedung Pemerintah. " Saya bukannya tidak setuju dengan gedung itu,tetapi harus dipikirkan,apakah air bisa meresap ke dalam tanah sehingga tak menimbulkan banjir ", kata Otto Soewarsono (Majalah Tempo: 21 Mei 1983).
Dengan rusak dan hilangnya sebagian besar Park,plein dan Boulevards yang ada di kota Bandung,maka otomatis gugurlah (buat sementara ?) gelar-gelar yang paling mentereng,seperti "Bandung the Garden of Allah"(Almanak voor Bandoeng,1941) atau " Bandoeng de Bloem der Indische Bergsteden"(Bandung Kembangnya Kota di Pegunungan Hindia, Majalah " Mooi Bandoeng, Maret 1935").
Mampukah warga kota bersama-sama membantu aparat Pemda Kodya Bandung membenahi kembali kota yang acak-acakan ini, sehingga layak dan patut menyandang kembali " gelar kehormatannya"? Sigana mah hese...tapi teuing ketang...kumaha anu ditonggoh we....(sumber:Wajah Bandoeng tempo Doeloe.Haryoto Kunto)
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.