BANDUNG GUDANGNYA BUKU ANTIK
Selain museum ,sebuah perpustakaan yang dikelola oleh 'Departemen van Verkeer en Waterstaat' di Gedong Sate Bandung merupakan gudang khasanah ilmu pengetahuan " yang tiada taranya di Indonesia.
Jumlah koleksi buku di 'Centrale Bibliotheek'(Perpustakaan Pusat) di Gedong Sate sedikit di bawah jumlah buku koleksi 'Bataviaashc Genootschap' (Perpustakaan museum Jakarta) yang sekarang dikenal sebagai Perpustakaan nasional.
Namun untuk jumlah ilmu tehnik,Centrale Bibliotheek di Bandung paling terkemuka di Hindia-Belanda.
Sebagaimana dikatakan oleh D.M.G. Koch (1934), Bibliotheecaris dari Centrale Bibliotheek Bandung:
" Zij is op haar
gebied-dat der techniek-de grootste bibliotheek van Indie: de boekerij van het
Bataviaasch Genootschap heeft een veel grooter aantal deelen,maar is van meer
algemeen karakter.
gemetten naar
het aantal boeken is de Bandoengsche bibliotheek de tweed hier te lande (Mooi
Bandoeng,1934).
Artinya: Dalam bidangnya-yaitu Ilmu
Tehnik-perpustakaan ini paling besar di Nusantara;jumlah koleksi dari
Perpustakaan Museum Nasional di Jakarta terbilang lebih banyak dalam
jumlah,namun buku-bukunya bersifat lebih umum. Diukur dari jumlah koleksi buku
perpustakaan Pusat di Bandung tempo doeloe tergolong nomer dua di negeri ini.
'Centrale Bibliotheek Bandoeng' yang diresmikan pada tahun 1924,adalah gabungan dari koleksi buku Perpustakaan Jawatan Kereta Api (SS),dan Post Telegraafen Telefoondienst (PTT) dan Jawatan Pertambangan(Mijnbouw). Penggabungan dari ketiga perpustakaan itu disebabkan oleh langkah penghematan Pemerintah Kolonial Belanda di tahun 1922-1923.
Koleksi buku tua langka berharga tergolong Antiqueriat yang menjadi milik Perpustakaan Pusat Bandung antara lain; terbitan pertama buku Raffles yang berjudul," The History of java", 1817 dan buku yang berjudul " Amboinsche Rariteitkamer (buku kotak keajaiban Pulau Ambon) karya Georg Eberhard Rumfhius (1628-1702).
Buku "Amboinsche Rariteitkamer" yang
dirampungkan pada tahun 1699,penuh dengan panorama indah segala jenis tumbuhan
dan binatang laut seperti siput dan kerang yang terdapat di pantai dan perairan
Pulau Ambon. Semua dilukis dengan cat air berwarna cerah hidup dan mendetil.
Begitu langka buku "Amboinsche Rariteitkamer" dari Rumfhius,karena memang dibuat hanya 3 copy. Salah satu copy asli dari buku Antiqueriat ini sempat menjadi milik Kota Bandoeng Tempo doeloe. Entah ke mana gerangan buku-buku ini sekarang.
Yang jelas setelah Perpustakaan Pusat di Gedung Sate menjadi milik Bangsa Indonesia,keadaanya kurang terawat. Koleksi bukunya banyak yang hilang,atau jatuh ke tangan tukang loak.
Pada gilirannya tak terhindarkan lagi,sejak
awal tahun 1960 bubu-buku antik tentang Indonesia,kemudian berpindah tangan
menjadi koleksi milik pribadi atau Perpustakaan Asing di luar negeri.
Tanpa terasa disadari,tak terbilang lagi harta budaya bangsa yang telah diboyong orang asing ke luar negeri. Bukan suatu hal yang mustahil bila dimasa mendatang,untuk mengenal bangsa-bahasa-budaya-bumi-alam Indonesia,orang harus belajar ke luar negeri.
sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe-Haryoto Kunto.1984.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.