PERKEMBANGAN SASTRA MODERN |
Bila pada saat munculnya sastra Indonesia modern, pengaruh baarat sudah menjadi bagian daripadanya, maka kehidupan kesusastraan dalam beberapa bahasa daerah pun tidak luput dari rembesan kebudayaan Barat.
Sikap masyarakat Indonesia terhadap sastra pada dasarnya berbeda daripada apa yang kita lihat di dunia Barat. Sastra tradisional bukanlah suatu yang diresapi dengan membacanya seorang diri, ia dinikmati dengan membaca dan mendengarkannya bersama orang lain. Praktek ini masih dilakukan dalam berbagai masyarakat hingga saat ini. Maka tidaklah mengherankan jika masih banyak dikeluhkan tentang kurangnya minat baca yang agaknya tidak sesuai lagi dengan perkembangan buku sebagai alat komunikasi yang utama di dunia modern.
bentuk-bentuk kesusastraan barat yang pertama-tama dikenal di Indonesia seperti roman atau novel biografi, kisah perjalanan, esai dan lain sebagainya merupakan hasil dari pada masa perkembangan yang panjang, didukung oleh masyarakat pembaca tertentu oleh sarana penerbitan yang khas, yang tidak ada di Indonesia (Ras,1979:10).
Ketika timbul minat orang Belanda untuk belajar bahasa daerah, penulisan karangan-karangan prosa gaya Eropa digalakkan. Maka lahirlah suatu ragam sastra baru yang mencontoh Barat dan samam sekali menyimpang dari kesusastraan tradisional yang sudah mapan, baik dalam bentuk,bahasa maupun isinya.
Sastra gaya baru ini berkembang pesat dengan dukungan Balai Pustaka : tetapi di luar badan itu berkat kegiatan para editor majalah, sempat juga terbit sejumlah besar karya sastra (Ajip,1966:31).
Sesudah kemerdekaan surat kabar dan majalah merupakan saran utama yang memberi kesempatan hidup kepada sastra daerah. karena tempat yang terbatas, periode permulaan lahirnya sastra daerah dalam bentuk baru, khususnya Sunda dan Jawa terpaksa tidak dibicarakan disini (lihat Ajip, 1966;Ras,1979).
Seperti halnya dalam sastra Indonesia ragam-ragam utama sastra modern, yaitu novel,cerita pendek, dan puisi bebas, berkembang sepenuhnya setelah kemerdekaan. Pada umumnya dapat kita lihat bahwa sastra daerah modern dan sastra Indonesia modern memiliki banyak persamaan. Sejumlah penulis menyalurkan ilham kepengarangannya dalam dua bahasa. Pasang surutnya juga mengikuti garis yang sama, karena sama-sama ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi di Indonesia.
Timbul serta meluasnya sastra daerah gaya modern bukan berarti lenyapnya sastra tradisionalnya. Ternyata penghargaan terhadapnya tetap tinggi, walaupun bahasanya makin sulit dipahami generasi-generasi pembaca setelah 1945. Minat terhadap sastra lama ini kelihatan dalam majalah-majalah yang selalu menyediakan ruangan untuk terjemahan atau sadurannya dalam bahasa sehari-hari.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.