RAFFLES |
Pendudukan Belanda di Jawa, akhirnya runtuh juga diserang Inggris lewat pantai Batavia pada tgl 10 Agustus 1811 dan melalui kota Semarang. Sehingga 'Janssens' pengganti Daendels,terpaksa menyerah kepada Inggris di Tuntang, pada 18 September 1811.
Maka selama tahun 1811-1816,buat sementara waktu bendera " Union Jack " berkibar menggantikan "Si Tiga Warna" (rood-wit-blauw)di pulau Jawa, dan Letnan Gubernur Sir Thomas Stampord Raffles memegang tampuk pimpinannya.
Tidak jauh berbeda dengan Daendels, pemerintah Inggris dibawah Raffles banyak memerlukan uang,untuk menutupi biaya operasi militer maupun pengeluaran-pengeluaran lainnya.
Untuk mengisi kas negara, Raffles telah menjual tanah milik negara di Wilayah Priangan,Karawang,Semarang dan Surabaya. Selain orang-orang China,salah seorang pembeli tanah di Priangan adalah Dr.Andreas de Wilde,seorang Dokter bekas pembantu pribadi Daendels.
Untuk mengisi kas negara, Raffles telah menjual tanah milik negara di Wilayah Priangan,Karawang,Semarang dan Surabaya. Selain orang-orang China,salah seorang pembeli tanah di Priangan adalah Dr.Andreas de Wilde,seorang Dokter bekas pembantu pribadi Daendels.
Andreas de Wilde sempat mengikat persahabatan dengan keluarga Raffles,kemudian terkenal sebagai "Tuan Tanah" di daerah Jasinga Bogor,Cimelati,Sukabumi. bahkan pada akhir pemerintahan Raffles di Jawa,Andreas de Wilde sempat menukar tanahnya dengan sebidang lahan di tatar Bandung yang meliputi setengah dari Kabupaten Bandung sekarang. Ia dapat kita golongkan sebagai"cikal-bakal" Kota Bandung tempo doeloe.
Selain berjualan tanah,untuk pemasukan, Raffles mengadakan monopoli pembuatan garam dan minuman keras,sampai perjudian pun dimonopoli dan dikuasai oleh Inggris.
Sehingga pada masa penjajahan Inggris di Indonesia itu, sering para penjudi mabuk sambil bersenandung menggambarkan kesulitan masa itu :
"Tis impossible daily to drink
port,madeira,brandy,Beer:
Tis impossible to eat beef and curry,
Stinking fare,English Sir!"
(Lea.E.Williams," Indonesia's Chinese Educate
Raffles,"1956).
Lewat mulut Melayu "Nyonyah Toewa" lirik lagu diatas menjadi:
Tra tou mineom sari hari
Port,madeira,brandi,Beer:
Tra tou makan beef en carry,
Makanan boesoek English heer,
(Dr.H.J.DE graaf," geschiedenis van Indonesia"(1949).
Setelah Inggris angkat kaki dari pulau Jawa, maka Bumi Priangan yang subur-makmur dan jadi daerah perkebunan, kemudian bertambah penting artinya,terutama dalam upaya menanggulangi kesulitan ekonomi dan finansial Pemerintah Kolonial di Hindia-Belanda. mengingat hal itu Andreas de Wilde pada tahun 1819 telah mengajukan saran kepada Pemerintah Belanda, agar Ibukota Keresidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke Ibukota Bandung. Dengan pengalihan Ibukota Keresidenan ke Bandung, diharapkan dampaknya akan mempermudah usaha pengembangan wilayah pedalaman Priangan.
Sehingga pada masa penjajahan Inggris di Indonesia itu, sering para penjudi mabuk sambil bersenandung menggambarkan kesulitan masa itu :
"Tis impossible daily to drink
port,madeira,brandy,Beer:
Tis impossible to eat beef and curry,
Stinking fare,English Sir!"
(Lea.E.Williams," Indonesia's Chinese Educate
Raffles,"1956).
Lewat mulut Melayu "Nyonyah Toewa" lirik lagu diatas menjadi:
Tra tou mineom sari hari
Port,madeira,brandi,Beer:
Tra tou makan beef en carry,
Makanan boesoek English heer,
(Dr.H.J.DE graaf," geschiedenis van Indonesia"(1949).
Setelah Inggris angkat kaki dari pulau Jawa, maka Bumi Priangan yang subur-makmur dan jadi daerah perkebunan, kemudian bertambah penting artinya,terutama dalam upaya menanggulangi kesulitan ekonomi dan finansial Pemerintah Kolonial di Hindia-Belanda. mengingat hal itu Andreas de Wilde pada tahun 1819 telah mengajukan saran kepada Pemerintah Belanda, agar Ibukota Keresidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke Ibukota Bandung. Dengan pengalihan Ibukota Keresidenan ke Bandung, diharapkan dampaknya akan mempermudah usaha pengembangan wilayah pedalaman Priangan.
Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.