Sejarah Sunda : Kerajaan Pajajaran Dalam Kesenian Ludruk
Bagian 2


Bagian ke-1nya klik disini ...
Selanjutnya ia menuju ke kerajaan Pajajaran, Sang Prabu Cilihawan dimasukkan kedalam tirai besi(kerangkeng,Jawa), lalu dikunci dari luar dan kemudian dibakar. Ciung Wanara merebut tahta Pajajaran, dengan sebutan Harya Banyak Wide (Supriyanto,1948: 82-83).
  
Versi cerita Ciung Wanara tersebut banyak persamaannya dengan cerita Ciung Wanara dalam buku Poenika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi Ing Taun 1647 yang diusahakan oleh W.L. Olthof bernama Sri Pamekas, pendeta bernama Ajar Cepaka, nama sang dewi dan patih tidak disebutkan.
  
Versi cerita ini juga tak jauh berbeda dengan cerita yang berjudul " Lalampahanipun Siyung Wanaran "  yang terdapat dalam buku Babada tanah Jawi, jilid I, aksara jawa, terbitan balai Pustaka, 1939. Buku ini ditulis dalam bentuk puisi tembang macapat. Bagian yang mengandung cerita Ciung Wanara ditulis dalam mentrum Dhandanggula. aturannya : i (10i), II (10a), III (8e), IV (7u), V (91), VI (7a), VII (6u), VIII 98a), IX (12i), x (7a). 
Maksudnya angka Romawi menunjuk nomer baris, angka lainnya menunjuk jumlah suku kata setiap baris, dan huruf menunjuk bunyi akhir setiap baris. Adapun pembukaan bagian cerita ciung Wanara berbunyi sebagai berikut : 

  Datatita jenenging narpati,
  Pajajaran nenggih kang winarni,
  wonten kang tinutur maleh,
  winten jenengan wiku,
  atatapa ana ing ngardi,
  kilen ing Pajajaran,
  prenahe dhudhukuh,
  nama Ki Ajar Wacaka,
  patapane ler kilen saking ngardi,
  gunung ing Pajajaran.

  Pan uwus kaloking praja salwir,
  jwan Ki Ajar tasdik ing paningal,
  wruh sadurunging binadhe,
  pan wus katur sang prabu,
  yen ki Ajar kuncara tasdik,
  samana sri narendra,
  ngandika sru bendu,
  dateng rekyana apatya,
  heh apatih ingsun akarsa nyetenni,
  mring si Ajar Wacana (1939: 39)

Kutipan di atas dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti sebagai berikut : " begitulah nama sang raja, tersebutlah di Pajajaran, ada yang perlu diceritakan lagi, adalah seorang pendeta, bertapa di gunung, di sebelah barat Pajajaran, tempat tinggalnya, adapun sang pendeta bernama Ki Ajar Wacana, dan tempat bertapanya di sebelah barat laut, di gunung negara Pajajaran. // sudah terkenal di seluruh negara, bila Ki Ajar seorang yang waskita, mengerti apa saja yang belum terjadi, dan sudahlah disampaikan pada sang raja, bila ki Ajar terkenal waskita, maka tersebutlah sang raja, berkata agak sedih dan murka, kepada patihnya, wahai patih cobalah kau selidiki, akan si Ajar Wacaka. Oleh:Suripan Sadi Hutomo.

Sumber:SEMINAR SEJARAH DAN TRADISI TENTANG PRABU SILIWANGI. Bandung:20-24 maret 1985.



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.