Bandung Tempo Dulu : PSK di Bandung



"FPI" MASIH ANAK BUAH SI-MAMAH KENEH

Seorang Eropa yang datang di Bandung tempo doeloe pada tahun 1903,Setelah meninggalkan Bandung selama 15 tahun,begitu terperangah melihat perubahan besar dari wajah kota yang berlangsung demikian cepat.

Ia mengeluh bahwa tak ada yang tinggal dari Dusun Bandung tempo doeloe yang ramah-tamah . Sekarang telah menjadi sebuah kota dengan sifat-sifatnya yang kaku dan angkuh, sebagaimana sifat yang di miliki kota besar.
Dalam catatannya ditulis,bahwa dalam tempo 15 tahun telah dikeluarkan biaya sebesar f.70.000,-untuk perbaikan jalan dan penebangan pohon. Namun sungguh disayangkan,bahwa tepian aliran sungai,got dan selokan,malahan lupa dibenahi. Akibatnya jalan-jalan jadi banjir.(Tahun 1903 pun Bandung sudah ada banjir).

"Ini adalah suatu contoh dari kurangnya kerjasama antara berbagai badan pemerintahan kota ",begitu tulis si Pelancong dari Eropa tadi.
  
Tentu saja urusan pengelolaan Kota Bandung kurang ' KISS' Koordinasi,Integrasi,Sinkronisasi dan Simplicity) pada waktu itu,mengingat kota dikemudikan oleh dua orang Pemimpin: Bupati dan Asisten Residen Priangan.
Oleh sebab itu,pemberian status Gemeente 21 Pebruari 1906 dan kemudian ditingkatkan menjadi Staatsgemeente pada tanggal 1 oktober 1926 bagi Kota Bandung,paling tidak,bisa menyelesaikan dualisme dalam pengelolaan kota.

Selanjutnya Si Pelancong bule mencatat: Bandung ditahun 1903 perawatan kesehatan penduduk kotanya sangat buruk. Sebuah rumah sakit kecil dari bilik bambu yang terletak disamping kiri Kantor Pos Alun-Alun Bandung. Pasien penyakit menular seperti,kolera,cacar,bahkan penyakit kelamin dicampur dalam satu ruangan yang sama. Tak ada pemisahan ruang perawatan untuk pasien laki-laki maupun pasien wanita. Rumah sakit paling buruk yang pernah aku saksikan ..!! (kota-kota Indonesia dari abad-ke abad Str weekly 1960).Apa yang dikeluhkan oleh si Pelancong tadi,pada akhirnya secara bertahap bisa ditanggulangi dan diatasi oleh Bupati R.A.A Martanagara.
  
Lewat penuturan M.A.Salmun (1966) dan R.Moech.A.Affandi(1969) diceritakan oleh mereka,tentang kelakuan para wanita nakal yang jadi pasien dari Rumah Sakit di dekat Kantor Pos Alun-Alun.
Mereka berdiri berjajar dibalik pagar berduri sambil melambai-lambaikan sapu tangan kepada lelaki yang sedang lewat,diseretai teriakan dan rayuan mautnya. Hingga membuat malu orang yang lewat di tempat itu.

   (Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto)


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.