Sejarah
Pembuatan Kapal Phinisi Di Sulawesi



" ORANG SULAWESI TEMPO DULU "

Sejarah tentang kapan orang-orang Sulawesi membuat kapal ada beragam versi. Ada yang menyebutkan bahwa di masa lalu seorang berdarah Perancis-Jerman bernama Martin Perrot yang menikahi gadis melayu menjawab tantangan Raja Trengganu untuk membuat kapal yang menyerupai kapal di negeri Eropa. Versi lain menyebutkan bahwa kapal phinisi telah ada sejak abad ke-14 atau 16-Masehi.

Seorang tokoh bernama Saweri Gading yang terdapat dalam cerita legenda yang ditulis dalam La Galigo disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat kapal tersebut. Dalam babad tersebut dikisahkan, suatu hari saat Saweri Gading pulang dari pengembaraannya, ia melihat saudara kembarnya bernama Watenri Abeng. Saweri Gading serta-merta jatuh hati. Tentu saja hal ini membuat marah ayahnya, Raja di Kerajaan Luwu. Untuk menghibur hati Sawerigading, Wetenri Abeng memintanya pergi ke negeri Tiongkok. Konon, ada seorang puteri yang wajahnya mirip Watenri Abeng bernama We Cudai.

Namun, tidak mudah untuk mencapai Tiongkok. Dibutuhkan kapal yang tangguh dan kuat untuk mengarungi samudera. Untuk membuatnya diperlukan kayu terbaik yang berasal dari pohon welengreng atau pohon dewata yang tumbuh di daerah Mangkutu. Akan tetapi, pohon tersebut dianggap keramat, sehingga tidak ada yang berani menebangnya.

Untuk itu, diadakan upacara adat besar-besaran yang bertujuan agar sang penunggu pohon bersedia pindah ke tempat atau pohon lain. Upacara tersebut dipimpin langsung oleh nenek Sawerigading yang benarna La Toge Langi atau Batara Guru. Setelah pohon keramat itu tumbang, Sawerigading membuatnya menjadi perahu, dengan bantuan neneknya.

Pembuatan kapal dilakukan di dalam perut bumi, secara magis. Dengan perahu itu, Saweri Gading berangkat ke Tiongkok.Akhirnya ia berhasil mempersunting Puteri We Cudai dan tinggal di negeri Tiongkok. Lama tinggal di Tiongkok, Saweri Gading rindu tanah kelahirannya. la pun memutuskan pulang, meskipun pada awalnya telah bersurnpah tidak akan kembali ke Luwu. Saweri Gading pun berlayar menuju Luwu.

Ketika hendak berlabuh di pantai Luwu, tiba-tiba ada gelombang besar yang menghantam kapal dan memecahkannya. Kepingan-kepingan kapal terserak ke beberapa tempat. Sebagian badan kapal terdampar di pantai Ara, tali temali dan layar perahu terdampar di daerah Tanjung Bira, dan tunas perahu terdampar di daerah Lemo-Lemo. Oleh penduduk yang tinggal di ketiga daerah tersebut, kepingan-kepingan tadi disatukan kembali. Di daerah tersebut kemudian berkembang kepercayaan bahwa nenek moyang rnerekalah yang merekonstruksi kapal milik Sawerigading, yang kemudian dikenal sebagai phinisi.



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.