SITU CIBURUY JAMAN BELANDA |
TANAH PRIANGAN DARI MASA KE MASA
Catatan sejarah menunjukan gambaran bahwa wilayah di Pulau Jawa bagian
barat (Jawa-Barat) pernah ada sekelompok masyarakat yang bermata
pencaharian utamanya berladang. Perikehidupan masyarakat tersebut masih
sederhana. Keadaan alam Jawa-Barat yang memiliki aliran sungai,seperti
Ciliwung,Cisadane,SungaiBekasi,Ciherang,Citarum,Cimalaya,
Ciparage dan Ciaruteun banyak menunjang sarana lalulintas pada jaman itu. Di samping itu ada Danau Bandung dan Situ Cangkuang di Leles,Garut. Menurut cerita Danau dan Situ tersebut sebagai sumber kehidupan karena merupakan ladang menangkap ikan. Penangkapan ikan pada jaman itu mempergunakan tombak,yang ujungnya mempergunakan mikrolit dan artefak yang terbuat dari batu obsidian.
Bukti cerita jaman prasejarah itu ditemukan situs dan artefak di daerah-daerah dataran tinggi Bandung,di Pasir Angin,di daerah utara Tanggerang,di Rengas Dengklok,di Kalapa Dua,di lembah Leles Garut,dan di Kuningan. Animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan masyarakat jaman prasejarah,yang merupakan cikal bakal masyarakat Jawa-Barat sekarang.
Ciparage dan Ciaruteun banyak menunjang sarana lalulintas pada jaman itu. Di samping itu ada Danau Bandung dan Situ Cangkuang di Leles,Garut. Menurut cerita Danau dan Situ tersebut sebagai sumber kehidupan karena merupakan ladang menangkap ikan. Penangkapan ikan pada jaman itu mempergunakan tombak,yang ujungnya mempergunakan mikrolit dan artefak yang terbuat dari batu obsidian.
Bukti cerita jaman prasejarah itu ditemukan situs dan artefak di daerah-daerah dataran tinggi Bandung,di Pasir Angin,di daerah utara Tanggerang,di Rengas Dengklok,di Kalapa Dua,di lembah Leles Garut,dan di Kuningan. Animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan masyarakat jaman prasejarah,yang merupakan cikal bakal masyarakat Jawa-Barat sekarang.
Priangan Masa Hindu
Masyarakat
Sunda pertamakali hadir dalam catatan sejarah diawali dengan berdirinya
Kerajaan Tarumanagara dengan rajanya Purnawarman,kira-kira pada
pertengahan abad ke-5 Masehi. Ibukota Negara ini kira-kira berada
sekitar tepi sungai daerah Karawang-Bekasi (sekarang). Animmisme
merupakan kepercayaan masyarakat zaman itu,menganut agama Hindu aliran
Wisynu. Sumber yang menerangkan mengenai kerajaan ini yaitu sebuah
prasasti di Batavia,sebuah prasasti yang terdapat di Kota Kapur
bangka,dan sebuah prasasti di Banten,serta 5 prasasti yang terdapat di
Bogor. Sedangkan sumber lain telah ditemukan dua buah area Cibuaya,yang
merupakan pelengkap bukti cerita Kerajaan Tarumanagara.
Ketika Tarumanagara mengalami kemunduran,di daerah Sunda berdiri beberapa kerajaan kecil,yaitu,Kuningan,Galuh ,dan Sunda. Kerajaan-kerajaan tersebut bergabung,dan disebut kerajaan Sunda. Ibukota kerajaan ini berpindah-pindah sejak dari Galuh (sekitar Ciamis sekarang) pada awal abad ke 8 Masehi,sampai di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang)tahun 1579 Masehi. mata pencaharian masyarakat jaman itu berladang. Pada masa perkembangan Sri Baduga Maharaja,kerajaan ini mengalami perkembangan dalam bidang pertanian,dan perniagaan. Adanya beberapa kota pelabuhan seperti Banten,Pontang,Cikande,Tanggerang,Sunda Kalapa,Karawang,dan Cimanuk,merupakan bukti hal tersebut. Keratonnya diberi nama Sri Bhima Untarayana. Ibukota Pakuan pada masa itu dapat dicapai dari Sunda Kalapa dengan menggunakan kapal menyusuri Sungai Ciliwung.
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Sunda adalah : Sanjaya (memerintah sekitar tahun 732 Masehi,Maharaja Sri jayabhupai (tahun 1030),Prabu Raja Wastu (tahun 1357),Wastu Kancana (tahun 1371-1475 M),Tohaan (selama tujuh tahun),Sri Baduga Maharaja (1482-1521 M),prabu Suriawisesa (1521-1535 M),Prabu Rajadewata (1543-1551 M),dan Tohaan Dimajaya (1551-1567).
Priangan Masa Sentuhan Islam Pertama
Salah
seorang putera Prabu Buni Sora ialah Bratalegawa yang lahir pada tahun
1350 M. Sebagai saudagar besar,ia sering berlayar ke Sumatra,Semenanjung
Cina,Campa,India,Sri Langka,Parsi sampai ke Negri Arab.
Bratalegawa
bertemu dengan dengan wanita muslim dari Gujarat yang bernama Farhana
binti Muhammad yang kemudian menjadi istrinya. Bratalegawa kemudian
memeluk agama Islam dan berhaji,kemudian ia beroleh nama Haji Baharudin
al Jawi atau lebih dikenal Haji Purwa Galuh. Hasil perkawinannya
dikaruniai anak yang bernama Ahmad dan atau Maulana Saifudin. Maulana
Saifudin menikah dengan Rogayah dan dikaruniai puteri yang bernama
Khodijah.Kelak Khodijah diperisteri oleh Syech Datuk Kahfi.
Haji Purwa bersama keluarganya merupakan penyebar Agama Islam pertama di wilayah Jawa-Barat.
Pesantern
pertama didirikan pada tahun 1416 M. Di Pura Dalem Karawang,dan
Pesantern yang kedua didirikan oleh Syech Datuk Kahfi di Amparan Jati.
Pada masa itu armada Cina mengadakan perjalanan keliling dipimpin oleh
Panglima Cheng Ho yang beragama Islam. Armada ini singgah di Karawang.
Di daerah ini turun Syeh Hasanudin yang berasal dari Campa yang iku
bersama Cheng Ho. Armada Cina melanjutkan perjalanannya ke timur
dipimpin oleh Ki Gedeng Jumajan.
Syech Hasanudin menikahi Ratna Sondari puteri Ki Gedeng Karawang. Hasil perkawinannya lahir Syech Ahmad yang menjadi penghulu pertama di Karawang. Cucu Syech Ahmad yaitu Syech Musanudin yang kelak menjadi lebe di Cirebon dan mempunyai tajung Sang Cipta pada masa Susuhunan Jati. Pesantern Karawanr terkenal denga Pesantren Kuro,yang di antara muridnya terdapat Subanglarang puteri Ki Gedeng Tapa,juru labuh di Muara Jati Cirebon. Puteri ini kelak menjadi permaisuri Kerajaan Pajajaran.
kesimpulannya
bahwa sentuhan Islam di Jawa-Barat terjadi dalam waktu pemeerintahan
Wastu Kancana. Di mulai oleh Bratalegawa alias Haji Purwa yang kemudian
bermukim di Dukuh Pasambangan. Kemudian oleh Syech Hasanudin dari Campa
yang mendirikan pondok Kuro di Karawang pada tahun 1416 M.
Priangan Masa Penjajahan
Konflik
yang terjadi antara Mataram dan Kompeni dapat diselesaikan yang
berbuntut,Mataram menghadiahkan Tanah Sunda (Priangan) menjadi daerah
kekuasaan Kompeni. Berangsur-angsur Belanda menanamkan kekuasaanya di
Tanah Sunda. Sehingga kemudian di akhir abad ke 19 daerah yang kemudian
disebut Jawa-Barat jatuh seluruhnya kepada kekuasaan Kolonial
Hindia-Belanda.
Seperti orang Indonesia lainnya,pada awal abad ke-20 orang Sunda-pun mempunyai organisasi untuk meningkatkan kesadaran Nasioan. Hal ini di Jawa-Barat dipelopori oleh Paguyuban yang didirikan tanggal 22 September tahun 1914. Pada awalnya paguyuban ini aktif dalam bidang sosial dan budaya,tetapi seterusnya bergerak dalam bidang ekonomi,politik,kepemudaan,kewanitaan,dan pendidikan.
Bangsa Indonesia memasuki era baru,juga bagi orang Sunda. Kemakmuran asia Timur Raya yang diprogramkan membawa masyarakat Indonesia mendukung perang Jepang. Pada masa itu nama Indonesia untuk sebutan bangsa kita disebut dengan terang-terangan. Kegiatan lain yang dilakukan bangsa Indonesia (termasuk orang Sunda)antara lain Kyoren (latihan baris-berbaris),Seinendran (kepemudaan),Keibodan (semacam L.B.D.),hinrihosi (semacam kerja paksa),Tonarigemi(semacam Rw dan RT),Fujikan (organisasi wanita),Romusha(kerja paksa),dan Heiho (tentara Jeapang terdiri dari orang-orang pribumi). Jepang yang datang ke Indoneasia dipandang sebagai saudara tua oleh bangsa kita,tetapi pada akhirnya jelas sebagai penjajah.
(Sumber:Bunga Rampai Jawa-Barat.Manispal Mashun 1991)
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.