LUKISAN KARYA RADEN SALEH |
Gambaran mengenai pendidikan pada waktu zaman penjajahan Belanda sangat menyedihkanbagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pada waktu itu jumlah pelajar bangsa Indonesia yang menuntut pelajarannya di perguruan tinggi sangat dibatasi.
Data yang mengungkapkan bahwa jumlah pelajar Indonesia di Sekolah Dasar yang memungkinkan mereka dapat meneruskan pelajarannya ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama adalah 2.051 pada tahun 1900, 56.335 pada tahun 1925, dan 88.023 pada tahun 1940. Jumlah pelajar Indonesia di sekolah Menengah Tingkat Pertama yang memungkinkan mereka dapat melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Menengah Tingkat Atas adalah 0 pada tahun 1900, 3.864 pada tahun 1925 dan 8.294 pada tahun 1940. Sedangkan jumlah pelajar Indonesia di Sekolah Menengah Tingkat Atas yang memungkinkan mereka dapat melanjutkan pelajarannya ke perguruan tinggi adalah hanya 13 pada tahun 1900, 178 pada tahun 1925,dan 1.681 pada tahun 1940. Perlu diketahui bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 1905,1930, dan 1940, adalah masing-masing 40,4 juta,60,7 juta,dan 70,5 juta.
Usul untuk mendirikan suatu Universitas di Indonesia telah diajukan oleh Dokter Abdul Rivai pada tahun 1918 dalam rapat Volksraad. Meskipun usul ini didukung oleh beberapa anggota Volkstraad lainnya dan diajukan dalam rapat pada tahun-tahun berikutnya, namun usul ini tetap hanya merupakan usul belaka sampai pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Pimpinan Tentara jepang yang menduduki Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942. Alasan yang diberikan oleh Pemerintah Kolonial belanda untuk tidak membuka Universitas di Indonesia, adalah waktunya belum memungkinkan adanya perguruan tinggi di Indonesia serta tamatan Sekolah Menengah Atas masih rendah.
Meskipun demikian pada tanggal 3 Juli 1920 di Bandung dibuka " Technische Hoogeschool" atas prakarsa badan swasta. Perguruan Teknik Tinggi ini yang dikenal dengan singkaatan T.H.S. statusnya dinegerikan pada tanggal 18 Oktober 1924. Di Jakarta dibuka "Rechtschoogeschool" ( perguruan Tinggi HUkum yang dikenal R.H.S.). Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1927 juga di Jakarta dibuka "Geneekundige Hoogescholl (Perguruan Tinggi Kedokteran yang dikenal dengan singkatan GHS)
Meletusnya perang dunia II dan didudukinya Negeri Belanda oleh tentara Nazi Jerman, memaksa pemerintah kolonial belanda membuka perguruan tinggi di Indonesia yang bukan bersifat yaitu pada tanggal 1 Oktober 1940 di Jakarta di buka "Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte" (Fakultas Sastra dan Falsafat). Akhir pada tanggal 1 September 1941 di Jakarta (hanya tingkat propadeuse) dan di Bogor dibuka "Landbouwkundige Faculteit (Fakultas Pertanian) yang pendiriannya telah diperjuangakn sejak 1926 di Volktraad.
meskipun kedua perguruan tinggi yang dibuka pada tahun 1940 dan tahun 1941 diberi nama Faculteit dan bukan Hoogeschool, tetapi wujud suatu universitas di Indonesia pada waktu itu belum ada.
Sumber:Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia.1986.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.