Showing posts with label Kebudayaan Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Kebudayaan Indonesia. Show all posts

Agama Dan Adat Istiadat Suku Mentawai




suku mentawai
SUKU MENTAWAI

Salah satu dari “suku-suku bangsa yang terasing” yang ada hingga saat ini adalah suku Mentawai. Orang Mentawai mendiami empat pulau besar yakni Siberut, Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. Mereka tinggal di hutan tropik yang lebat yang belum pernah atau sudah sejak lama tidak ditebang manusia. Dari deretan pegunungan yang membujur ditengah-tengah ke empat pulau tadi, mengalirlah puluhan air sungai dengan derasnya. Jika kita tengok dari laut, maka kepulauan Mentawai seolah tak berpenghuni karena hanya pantai kosong dan deret pohon-pohon kelapa.

Mayoritas orang Mentawai memeluk agama Katolik, dan sebagian beragama Protestan, Islam, atau Bahai. Namun demikian, sebagaian penduduk Mentawai masih tetap memegang teguh religinya yang asli, yaitu Arat Sabulungan. Arat berarti adat, Sa berarti seikat dan bulungan berarti daun. Disebut Sabulungan karena dalam setiap acara ritualnya selalu menggunakan daun-daun yang dipercaya dapat menghubungkan manusia dengan Sang Maha Kuasa atau disebut sebagai Ulau Manua (Tuhan). Pada dasarnya sabulungan mengajarkan keseimbangan antara alam dan manusia. Kepercayaan itu mengjarkan bahwa manusia harus memperlakukan alam, tumbuh-tumbuhan, air, dan binatang seperti dirinya.

Dalam kepercayaan suku Mentawai tentang daun atau lebih luasnya lagi pohon atau hutan merupakan tempat bersemayam bagi para dewa-dewa yang harus dihormati. Jika tidak, maka malapetakalah yang akan ditemui. Ada tiga dewa yang dihormati dalam ajaran Sabulungan. Pertama Tai Kalelu, yakni dewa hutan dan gunung. Pesta adat sebelum berburu selalu dipersembahkan kepada dewa ini. Kedua adalah Tai Leubagat, yang merupakan dewa laut. Ketiga yaitu Tai Kamanua, yang merupakan dewa langit sang pemberi hujan dan kehidupan.

Dahulu Arat Sabulungan dijadikan sebagai norma dalam penentuan segala hubungan manusia dengan alam dan dalam hubungan batin khusus dengan Tuhannya. Alam sangat dihormati oleh suku Mentawai bgitu juga dengan hewan karena mereka percaya bahwa semua itu ada pemiliknya yang mempunyai kekuatan yang sangat besar yang jika diganggu akan mendatangkan bencana. Rasa persaudaraan ketika masyarakat Mentawai masih menganut Arat tersebut sangatlah dekat. Bagi siapa saja yang melanggar Arat akan dijatuhi hukuman yang ditentukan dalam  musyawarah Uma. Mereka berkeyakinan bahwa jika ada salah satu yang melanggar maka semua akan terkena dampaknya.




DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah
Pembuatan Kapal Phinisi Di Sulawesi



" ORANG SULAWESI TEMPO DULU "

Sejarah tentang kapan orang-orang Sulawesi membuat kapal ada beragam versi. Ada yang menyebutkan bahwa di masa lalu seorang berdarah Perancis-Jerman bernama Martin Perrot yang menikahi gadis melayu menjawab tantangan Raja Trengganu untuk membuat kapal yang menyerupai kapal di negeri Eropa. Versi lain menyebutkan bahwa kapal phinisi telah ada sejak abad ke-14 atau 16-Masehi.

Seorang tokoh bernama Saweri Gading yang terdapat dalam cerita legenda yang ditulis dalam La Galigo disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat kapal tersebut. Dalam babad tersebut dikisahkan, suatu hari saat Saweri Gading pulang dari pengembaraannya, ia melihat saudara kembarnya bernama Watenri Abeng. Saweri Gading serta-merta jatuh hati. Tentu saja hal ini membuat marah ayahnya, Raja di Kerajaan Luwu. Untuk menghibur hati Sawerigading, Wetenri Abeng memintanya pergi ke negeri Tiongkok. Konon, ada seorang puteri yang wajahnya mirip Watenri Abeng bernama We Cudai.

Namun, tidak mudah untuk mencapai Tiongkok. Dibutuhkan kapal yang tangguh dan kuat untuk mengarungi samudera. Untuk membuatnya diperlukan kayu terbaik yang berasal dari pohon welengreng atau pohon dewata yang tumbuh di daerah Mangkutu. Akan tetapi, pohon tersebut dianggap keramat, sehingga tidak ada yang berani menebangnya.

Untuk itu, diadakan upacara adat besar-besaran yang bertujuan agar sang penunggu pohon bersedia pindah ke tempat atau pohon lain. Upacara tersebut dipimpin langsung oleh nenek Sawerigading yang benarna La Toge Langi atau Batara Guru. Setelah pohon keramat itu tumbang, Sawerigading membuatnya menjadi perahu, dengan bantuan neneknya.

Pembuatan kapal dilakukan di dalam perut bumi, secara magis. Dengan perahu itu, Saweri Gading berangkat ke Tiongkok.Akhirnya ia berhasil mempersunting Puteri We Cudai dan tinggal di negeri Tiongkok. Lama tinggal di Tiongkok, Saweri Gading rindu tanah kelahirannya. la pun memutuskan pulang, meskipun pada awalnya telah bersurnpah tidak akan kembali ke Luwu. Saweri Gading pun berlayar menuju Luwu.

Ketika hendak berlabuh di pantai Luwu, tiba-tiba ada gelombang besar yang menghantam kapal dan memecahkannya. Kepingan-kepingan kapal terserak ke beberapa tempat. Sebagian badan kapal terdampar di pantai Ara, tali temali dan layar perahu terdampar di daerah Tanjung Bira, dan tunas perahu terdampar di daerah Lemo-Lemo. Oleh penduduk yang tinggal di ketiga daerah tersebut, kepingan-kepingan tadi disatukan kembali. Di daerah tersebut kemudian berkembang kepercayaan bahwa nenek moyang rnerekalah yang merekonstruksi kapal milik Sawerigading, yang kemudian dikenal sebagai phinisi.



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Kesenian Ketoprak Surakarta





KERETA KENCANA SUSUHUNAN SURAKARTA
FOTO DIBUAT ANTARA TAHUN 1910-1930


Sejarah Ketoprak Surakarta.
Menurut  sejarahnya, ketoprak lahir dari daerah klaten
(Surakarta), tetapi dikembangkan di Yogyakarta. Bahkan sampai sekarang orang ,masih menganggap bahwa induk ketoprak adalah Yogyakarta. jenis ketoprak dari daerah ini mempunyai gaya khas yang dinamakan ketoprak Mataram, lawannya adalah ketoprak pesisir yaitu, ketoprak yang tumbuh di luar Yogyakarta.

Di Klaten (Surakarta) orang mulai mengenal ketoprak pada abad ke-20. Lahirnya ketoprak di ilhami oleh permainan gejogan dan kotekan, yaitu permainan oleh gadis-gadis desa di waktu bulan purnama. dengan lesung yang mempunyai ritme. Bunyi lesung ini biasanya juga diiringi oleh nyanyian-nyanyian. Dari gejogan dan kotekan inilah lahir ketoprak, yang peralatan musiknya ditambah dengan kendang dan seruling, dan dibubuhi cerita pendek di sekitar tempat ini.

Pada tahun 1908 ketoprak lesung itu dibawa ke Surakarta oleh Ki Atmocendono, seorang pejabat pemerintah kesunanan di Klaten. Di Solo, ketoprak disempurnakan oleh R.M. T. Wreksodiningrat, dan dikenal sebagai ketoprak di sekitar tempat itu.

Menurut tradisi, struktur pertunjukan ketoprak mempunyai tujuh macam adegan, yang tidak dipakai sekaligus semua di dalam satu malam pertunjukan. Ketujuh macam adegan tersebut adalah adegan keraton atau kadipaten, adegan taman, kesatriaan, pertapaan atau padepokan, pedesaan dan adegan alun-alun.

Adegan keraton atau kadipaton menggambarkan seorang raja atau adipati yang sedang dihadap oleh patihnya. Pembicaraan dalam adegan ini tidak ada sangkut pautnya dengan cerita, pembicaraan berkisar di sekitar kehidupan sehari-hari di kaputren yaitu tugas-tugas ke rumah-tanggaan. Adegan kesatriaan pada dasarnya sama dengan taman, hanya pelakunya adalah putra-putra raja yang dikelilingi oleh para pembantu.
Pembicaraan pada mulanya menyangkut kehidupan disekitar kesatriaan (pemeliharaan hewan piaraan, biasanya kuda dan burung). Latihan prajurit, ronda, berburu dan sebagainya.

Adegan pertapaan atau padepokan menggambarkan seorang pendeta dengan pura-putrinya atau murid-muridnya. Pembicaraan yang dilakukan sama dengan dalam keraton, taman dan kesatriaan.

Adegan pedesaan menggambarkan seorang petani yang sedang mengadakan pembicaraan dengan istri atau anaknya, di rumah atau di sawah.Adegan ini bisa juga menggambarkan seorang kepala desa yang sedang dihadap atau di sawah.Adegan ini bisa juga meng-
gambarkan seorang kepala desa yang sedang dihadap oleh para perabot desa.

Adegan alun-alun menggambarkan punakawan yang sedang menunggu tuannya di alun-alun, di halaman istana atau padepokan, tapi bisa di tengah hutan, di lapangan, dan sebagainya.
Disini para punakawan itu berdialog dan melucu.

Cerita-cerita ketoprak meliputi cerita-cerita rakyat (misalnya Joko Kendil, Joko Bodo) atau cerita-cerita babad. Cerita babad adalah cerita yang paling digemari. Sebagian besar cerita berasal dari Babad Tanah Jawi, yang berisi sejarah kerajaan Demak, Pajang dan Mantaraman.

Cerita mantraman biasanya dipertunjukan dalam bentuk fragmen-fragmen. Misalnya cerita Raden Said dan Jaka Tarub. Fragmen dari periode kerajaan Demak,misalnya Jaka Tingkir dan ario Penangsang.

Fragmen yang paling populer adalah cerita sejarah dari Panembahan Senopati, Trunojoyo, Sultan Agung. Bentuk lain adalah cerita yang diambil dari babad setempat seperti "Siung Wanoro" daribabad Pajajaran, "Banyak Wide" dari babad Banyumas, "Menakjinggo" dari Banyuwangi "Baron Sakander" dari Babad Patu "Warok Suromenggolo" dari babad Trenggalek,dan sebagainya.

Cerita ketoprak juga banyak mengambil cerita Panji,seperti ande-ande lumut,Panji Laras,dan sebagainya. Cerita menak,cerita 1001 malam,cerita dari negeri Cina, misalnya Sampek Ingtai dan Sie Jin Kui.

Sumber:Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia 



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Pendidikan Indonesia Dimasa Penjajahan Belanda





LUKISAN KARYA RADEN SALEH


Gambaran mengenai pendidikan pada waktu zaman penjajahan Belanda sangat menyedihkanbagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pada waktu itu jumlah pelajar bangsa Indonesia yang menuntut pelajarannya di perguruan tinggi sangat dibatasi.

Data yang mengungkapkan bahwa jumlah pelajar Indonesia di Sekolah Dasar yang memungkinkan mereka dapat meneruskan pelajarannya ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama adalah 2.051 pada tahun 1900, 56.335 pada tahun 1925, dan 88.023 pada tahun 1940. Jumlah pelajar Indonesia di sekolah Menengah Tingkat Pertama yang memungkinkan mereka dapat melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Menengah Tingkat Atas adalah 0 pada tahun 1900, 3.864 pada tahun 1925 dan 8.294 pada tahun 1940. Sedangkan jumlah pelajar Indonesia di Sekolah Menengah Tingkat Atas yang memungkinkan mereka dapat melanjutkan pelajarannya ke perguruan tinggi adalah hanya 13 pada tahun 1900, 178 pada tahun 1925,dan 1.681 pada tahun 1940. Perlu diketahui bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 1905,1930, dan 1940, adalah masing-masing 40,4 juta,60,7 juta,dan 70,5 juta.

Usul untuk mendirikan suatu Universitas di Indonesia telah diajukan oleh Dokter Abdul Rivai pada tahun 1918 dalam rapat Volksraad. Meskipun usul ini didukung oleh beberapa anggota Volkstraad lainnya dan diajukan dalam rapat pada tahun-tahun berikutnya, namun usul ini tetap hanya merupakan usul belaka sampai pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Pimpinan Tentara jepang yang menduduki Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942. Alasan yang diberikan oleh Pemerintah Kolonial belanda untuk tidak membuka Universitas di Indonesia, adalah waktunya belum memungkinkan adanya perguruan tinggi di Indonesia serta tamatan Sekolah Menengah Atas masih rendah. 

Meskipun demikian pada tanggal 3 Juli 1920 di Bandung dibuka " Technische Hoogeschool" atas prakarsa badan swasta. Perguruan Teknik Tinggi ini yang dikenal dengan singkaatan T.H.S. statusnya dinegerikan pada tanggal 18 Oktober 1924. Di Jakarta dibuka "Rechtschoogeschool" ( perguruan Tinggi HUkum yang dikenal R.H.S.). Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1927 juga di Jakarta dibuka "Geneekundige Hoogescholl (Perguruan Tinggi Kedokteran yang dikenal dengan singkatan GHS)

Meletusnya perang dunia II dan didudukinya Negeri Belanda oleh tentara Nazi Jerman, memaksa pemerintah kolonial belanda membuka perguruan tinggi di Indonesia yang bukan bersifat yaitu pada tanggal 1 Oktober 1940 di Jakarta di buka "Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte" (Fakultas Sastra dan Falsafat). Akhir pada tanggal 1 September 1941 di Jakarta (hanya tingkat propadeuse) dan di Bogor dibuka "Landbouwkundige Faculteit (Fakultas Pertanian) yang pendiriannya telah diperjuangakn sejak 1926 di Volktraad.
meskipun kedua perguruan tinggi yang dibuka pada tahun 1940 dan tahun 1941 diberi nama Faculteit dan bukan Hoogeschool, tetapi wujud suatu universitas di Indonesia pada waktu itu belum ada.   

Sumber:Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia.1986.



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Seni Lukis Indonesia Zaman Penjajahan Jepang


 

             
lukisan zaman jepang
LUKISAN JAMAN JEPANG
                  
Pada masa ini ada Pusat Kebudayaan " Keimin Bunka Sidhojo" Banyak pelukis terkenal menjadi anggota dalam perkumpulan ini, seperti Kusnadi, Nashar, Trubus, Zaini dan Sjahrir.

Tujuan perkumpulan ini sebenarnya untuk propaganda Jepang, tetapi beberapa anggotanya tidak setuju. Misalnya Affandi : Ia melukis Romusha yang sangat menderita dan kelihatan kurus.
Tentu saja lukisan ini tidak disukai pemerintah.
Pada tahun 1943 ia melukis "Peniup suling Bali" yang mempunyai bentuk (khususnya jenggotnya) orang Jepang.

Pada tahun 19443 berdiri "Putera" (Pusat tenaga Rakyat) yang mempunyai seksi-seksi, antara lain seksi seksi seni lukis yang diketuai oleh Sudjono. Kemudian timbul kelompok pelukis-pelukis modern termasuk di sisni Affandi, Hendra dan Sudjono sendiri, tetapi juga pelukis-pelukis muda seperti Sudjono Yudhokusumo, Mochtar Apin dan Henk Ngantung .


SETELAH KEMERDEKAAN

Pada masa ini seniman-seniman banyak terorganisir di dalam perkumpulan-perkumpulan. Antara lain di Yogya berdiri " Pusat Tenaga Pelukis Indonesia" , yang diketuai oleh Djajengasmoro ; di Madiun berdiri perkumpulan Seniman Indonesia Muda yang diketuai oleh Sudjono. Di Yogya masih pula ditemui perkumpulan Seni Rupa Masyarakat dengan ketuanya Affandi dan perkumpulan Pelukis Rakyat, di mana Affandi bergabung dengan Sudjono.


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Seni Lukis Indonesia





 Seni Lukis Indonesia
LUKISAN PEMANDANGAN JAWA
KARYA RADEN SALEH


SENI LUKIS
Dalam perkembangannya, seni lukis Indonesia bisa dibagi dalam tiga tahap yaitu dari zaman sebelum kemerdekaan,zaman jepang dan masa setelah kemerdekaan.

Sebelum kemerdekaan
Mulai pada tahun 1511, ketika Portugis menduduki Malaka, datang delegasi Majapahit dengan membawa kain panjang yang  di dalamnya terdapat lukisan peperangan, arak-arakan raja dengan diiringi kuda dan gajah, serta raja sendiri yang dikelilingi empat buah bendera.

Kemudian kidung Sunda (abad ke-16) menceritakan bahwa kerajaan Majapahit mengirimkan pelukisnya ke Jawa Barat untuk melukis putri Sunda (Pajajaran) . Tentang potret ini tidak bisa disebutkan gaya dan tekniknya, dan tidak bisa ditarik analogi dengan lain, bali misalnya.

Setelah VOC menginjakkan kakina di bumi Indonesia pengaruh barat dalam lukisan dibawanya serta masuk. Misalnya lukisan dari tokoh-tokoh dalam buku testamen, lukisan perahu, orang menunggang kuda, dan orang telanjang, muncul pada zaman ini. Pada tahun 1637 ada lukisan tentang perahu Belanda yang sedang berlabuh di Batavia. Pada masa ini Belanda juga menghadiahkan lukisan-lukisan : Lukisan perahu Belanda dihadiahkan kepada raja Bali, lukisan pemandangan pelabuhan Jendral Jan Peterzoon Coen.

Pada masa Raffles perhatian hanya pada lukisan Jawa saja.
Seni lukis Bali, daerah-daerah lainnya atau Islam, tidak mendapat perhatiannya.

Sejak abad 19 mulai muncul pelukis-pelukis dengan pendidikan Barat. Misalnya Raden Saleh (1816-1910). Selama masa tinggalnya diEropa ia banyak  dipengaruhi oleh Delacroix, pelukis Prancis dengan aliran romantik dan warna-warni baru.
lukisan-lukisan binatang banyak dipengaruhi oleh Vernet.
 Sekembalinya ke Indonesia Raden Saleh banyak pula melukis pemandangan, juga melukis potret Sultan dan keluarganya.

Setelah Raden Saleh meninggal muncul beberapa pelukis pemandangan alam , antara lain Abdullah Surio Subroto (1878-1941). Ia adalah Ayah dari pelukis terkenal Basuki Abdullah.
Selain Abdullah Surio Subroto, pada masa ini juga dikenal Mas Pringadie (1875-1936), ia banyak melukis pemandangan alam dari tipe rakyat. Wakidi yang mendapat pendidikan Barat tinggal di Sumatra Selatan, dan banyak melukis gunung, air dan gelombang.

Tahun 1922 berdiri Taman Siswa. Pada perguruan yang memberi pelajaran melukis ini, muncul pula beberapa nama pelukis terkenal. Seperti Mochamad Syafei, Sudjojono, Basuki Resobowo, Rusli dan Alibasjah. Patut diketahui bahwa Sudjojono banyak membawakan gaya Indonesia.

Pada tahun 1937 Sudjojono dan Agus Djajasuminta mendirikan " Persagi" (PErsatuan Ahli Gambar Indonesia). Tahun 1939 Sudjojono menghasilkan lukisan yang dikenal sebagai lukisan terbaik yaitu " before the open Kelambu" (Claire Holt,1967).

Tahun berikutnya ia melahirkan "Cap Go Me" yang dalam hal gaya dan tema kelihatan baru.
Sumber:Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia.1986.




DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Museum Pertama di Indonesia




  BUKU KARYA G.E. RUMPHIUS
              

MUSEUM  PERTAMA  DI HINDIA-BELANDA
Dikatakan oleh para pakar sejarah bahwa museum di Indonesia di rintis oleh G.E. Rumphius pada tahun 1648. Pada waktu itu ia menjadi ia menjadi pegawai Kompeni Belanda di Ambon. Untuk melengkapi museum yang didirikannya,ia banyak mengangkut buku dari Nederland pada tahun 1663. Konon ia mengusai beberapa bahasa asing dan diduga sebagai perintis pembuatan kamus Bahasa Melayu.
 

Rumphius meninggal di Ambon pada tanggal 15 Juni 1702. Hingga kini namanya dilestarikan dalam kegiatan ekspedisi kelautan di Indonesia. Ia sangat berjasa dalam mengawali ilmu pengetahuan tentang kelautan, khususya di Indonesia bagian Timur.
 

Bangunan museum yang didirikannya telah lenyap,dulu bernama " Het Amboncshe Rariteiten Kabinet " (Ruangan penyimpanan Benda-benda Aneh atau Langka dari Ambon) yang tinggal hanyalah buku-buku hasil karyanya. Buku-buku itu diterbitkan pada tahun 1700'an, dan kini orang dapat membacanya diperpustakaan yang besar,antara lain di Perpustakaan Nasional Jakarta. Bukunya yang terkenal berjudul " Her harium Amboinense.
 

Perpustakaan Nasional itu tergolong perpustakaan tertua di Indonesia. Pada tahun 1778,perpustakaan ini didirikan bersama-sama dengan museum Jakarta. Semula terletak di Kota lama,didirikan atas sponsor  J.C.M. Radermacher,anggota teras dari Koninklijk Bataviaasch genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Lembaga Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Batavia) dibantu mertuanya, R.de Klerk,Gubernur Jenderal Nederland Oost Indie.
.





                                                   STAMFORD RAFFLES


Pemerintah peralihan Inggris ketika berkuasa di Jawa telah menempatkan Stamford Raffles,berpangkat Letnan Gubernur Jeneral sebagai wakilnya di Indonesia. Meskipun hanya sekitar lima tahun ia tinggal di Jawa,namun telah banyak yang dilakukannya dibidang kebudayaan. Antara lain diperintahkannya dipindahkan museum dan perpustakaan itu ke Harmoni. Kini bekas gedung Harmoni terkena pelebaran jalan protokol,untuk mengatasi kemacetan lalu-lintas. Namun namanya tidak pernah berubah letaknya di jalan majapahit.

Pada tahun 1814 Raffles memerintahkan pegawainya yang bernama Cornelius,seorang ahli percandian untuk menyingkirkan puing-puing yang menutupi Candi Borobudur di Jawa-Tengah. Ratusan pekerja dikerahkan untuk membersihkan Candi Borobudur yang ditinggalkan pemeluknya berabad-abad. Sejak itulah kemegahan Borobudur dapat dinikmati kembali.

 Raffles memperoleh banyak bahan dari museum Jakarta untuk menyusun bukunya yang terkenal " The History of Java". Dan setelah bukunya terbit pada tahun 1817,maka kemegahan Candi Borobudur diketahui pula oleh negara-negara asing, baik Eropa, Amerika maupun Asia.

 Perang antara Inggris-Belanda berlangsung dari tahun 1795-1814, pulau Jawa jatuh pada tahun 1811 dan dikembalikan kepada Belanda pada tahun 1814, Raffles mendirikan kota Singapura pada tahun 1819,setelah meninggalkan Indonesia pada tahun 1816.

 Jawa kembali dijajah oleh Belanda. Bangunan Museum Jakarta dipindahkan dan dibuat lebih besar untuk menyimpan koleksi yang lebih banyak,bangunan museum itu terletak ditengah kota Jakarta,sekarang terkenal dengan nama Museum Nasional. Museum ini terletak di jalan Medan Merdeka barat 12,Jakarta pusat. Orang sering menyebutnya Gedung Gajah. Bentuk bangunannya bergaya Neocorintic,seperti bangunan Mesir Kuno. Pada tahun 1826,museum itu dibuka untuk umum. 


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Naskah-Naskah Bali Kuno





NASKA-NASKAH BALI KUNO


Bali merupakan gudang naskah kuno terkaya di Indonesia. penyelamatan naskah-naskah rontal (daun lontar) telah dilakukan secara teratur oleh para pemiliknya.
Di Bali diadakan peringantan Saraswati,tiap 210 hari. Pada hari itulah para pemilik naskah rontal membersihkan naskahnya beramai-ramai. Selain itu,rontal-rontal tertentu disalin oleh para agamawan dan budayawan.
 

Pada tahun 1928 telah didirikan Gedung Kirtya di Singaraja. Tujuanya untuk mencari dan menyelamatkan naskah-naskah rontal,baik yang berbahasa Jawa Kuno,Jawa-Tengah,bahasa Bali,maupun bahasa Sasak. Pada waktu ini Lembaga rontal Fakultas Sastra Universitas Udayana memiliki koleksi rontal sekitar 750 buah. Beberapa Universitas di luar negeri seperti Australia dan di India sering mengirimkan penelitinya ke Bali. Begitu pula peneliti dari Belanda.
 

Belum lama berselang Prof.Dr, I Gusti Ngurah Bagus telah menemukan rontal Negarakertagama,yang usianya lebih tua dari naskah yang ditemukan oleh A.Brandes pada tahun 1894 di puri Cakranegara,Lombok. Diketahui bahwa sampai saat ini telah ditemukan sebanyak lima buah naskah rontal Negarakertagama.
 

Sejak masa lalu para ilmuwan sangat tertarik pada naskah-naskah lama. Diperkirakan bahwa Dr. Hookaas telah memproduksi 2500 teks naskah rontal. Sekalipun demikian orang masih mengharapkan penemuan naskah penting yang diperkirakan belum terjamah tangan.
 

Gedung Kirtya,misalnya pernah mengumumkan penemuaanya tentang naskah pembuatan "racun". Kini tengah dicari sejumalah naskah yang isinya sejenis dalam masyarakat. Sesungguhnya isi naskah-naskah itu sangat luas jangkauannya. Mencakup ilmu pengetahuan seperti, Arsitektur, Ilmu Perbintangan dan Ilmu hukum. Kita dapat membaca naskah Asia Bumi,Astakosala dan Wismakarma serta lain-lain. Atau naskah arsitektur tradisional berjudul:  "Darmaning Sanging".
 

Naskah-naskah hukum yang lebih banyak bercorak Bali,antara lain bejudul" Kertasima,Paswara,Awig-awig dan kartasima Subak. Sedang naskah yang memuat Astronomi biasanya memakai judul: Wariga dan Sundari. naskah yang banyak adalah berkaitan dengan pertanian dan penentuan hari-hari baik untuk upacara keagamaan. naskah keagamaan tak terbilang banyaknya. Umumnya memakai judul" Wehda,mantra dan Puja". Menurut Dr.Yuynboll,saat ini di Universitas Leiden-Belanda, terdapat ratusan naskah ini. Tahun 1935 dan 1937 telah terbit daftar naskah Lontar,yang dimiliki Gedong Kirtya di Singaraja oleh R.Goris.
 

Naskah kesustraan yang berupa kakawin,kidung,guguritan serta cerita rakyat telah banyak digarap oleh ilmuwan, misalnya prof.Dr. I Gusti Ngurah Bagus, Dr.C.Hooykaas, Prof.Dr.Zetmulder. bahkan ada seorang pakar asing yang dengan teliti telah mengaitkan sastra kidung dengan musik Bali R.H. Wallis telah meraih gelar Doktor berkat penelitian tersebut. Dalam naskah-naskah yang berjudul "Usada dan Budha Kecapi,nenek moyang kita telah meninggalkan ilmu tentang pengobatan dan penyembuhan.   

Sumber:Menimba Ilmu dari 
 Museum-oleh.Pratameng Kusumo
Balai Pustaka1989.



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Musik di Indonesia


          

GROUP KERONCONG TEMPO DOELOE

Boleh dikatakan bahwa musik Indonesia dimulai dengan lagu-lagu keroncong,dengan pernyataannya yang baru, milieu yang berlainan dengan musik asli, apa yang disebut musik daerah. Disini telah dipergunakan bahasa Indonesia dengan susunan nada dan alat-alat yang tak dikenal sebelumnya. irama2 yang bebas telah berpindah keirama tiga perempat.

Kalau kita bisa mempercayai sejarahnya, lagu2 itu mula2 dibawakan oleh orang2 Portugis yang datang menjajah kepulauan kita pada kira permulaan abad ke-17, jadi sebelum kedatangan orang-orang Belanda. 

Sebagai rangkaian dari pada bukti-buktinya dikemukakan perkampungan orang-orang portugis didekat Tanjung Priuk, dimana mula2 orang mendengarkan orang-orang Portugis menyanyikan lagu-lagu " keroncong "nya. Seperti biasanya orang-orang  Indonesia yang tinggal disekitarnya yang tertarik pada lagu-lagu itu dan bercampur-gaul dengan kaum pendatang mulai turut main dan menyanyi dan lama kelamaan mereka sendiri terbiasa dengan memainkan dan menyanyikan lagu2 tersebut. 

Ada yang mengemukakan bahwa kata keroncong itu berasal dari bunyi " crong crong " ialah ialah bunyi iringan ukulele pada permainannya. Tapi betapapun juga kita harus melihat kenyataannya bahwa lagu-lagu keroncong kini sudah merata diseluruh Indonesia, sudah ingeburgerd pada masyarakat Indonesia.
Pada mulanya lagu keroncong lama mempunyai sifat-sifat untuk dimasukkan dalam jenis-jenis lagu2 rakyat (volksliederen), umpamanya Keroncong Kemayoran dan Keroncong terang Bulan. Lagu-lagu ini masih segar spontan, lagunya pendek-pendek tidak bertele-tele. Kalau ada beberapa syairnya, maka semua melodi sama. Alat pengiringnya hanya sebuah ukulele dan kemudian gitar. betapa spontan lagu-lagu keroncong lama nin, kalau kita denganrkan penyanyi yang melagukannya, dengan hati terbuka dan sungguh-sungguh menikmati atau hidup dalam nyanyiaannya.

Seperti selamanya ada bahaya mempasarkan lagu-lagu rakyat seperti terjadi juga terhadap lagu2 keroncong lama. Orang makin banyak menulis lagu2 keroncong, tapi biasanya hanya mengambil pokok romantik dangkal.  Iramanya tak segar lagi, tapi telah terikat terpaut pada mat tiga perempat yang membosankan. Pada lagu-lagu romantis yang dangkal ini menjadi soal adalah Sapu tangan yang harum baunya, Terkenang-kenang di hati, Dibawah sinar bulan purnama, yang demikian bertele-tele dan lambannya, semua isi yang dipaksakan dan bersifat sleur. Pernyataan jiwa lainnya seperti kegembiraan tak terdapat dan kalau ada kata-katanya yang hendak menyatakan demikian maka iramanya bersedih-sedih, hal yang tak sejalan pada lagu rakyat tulen.

Ada yang mengemukakan, bahwa sebabnya lagu2 keroncong jatuh pada jiwa lamban ialah karena pengaruh penjajahan,dimana jiwa orang Indonesia terutama kaum bawah terktekan, sehingga tak bisa bergembira. Dikatakan bahwa orang yang hidup dengan sebenggol (harga uang tempo doeloe) tidak dapat membawakan irama bebas dalam lagunya. Dan kalau kita tilik selama penjajahan hanya demikian hasil dari pada lagu-lagu keroncong.

Kecuali itu timbul pula lagu anak-anak seperti yang telah ditulis oleh madong Lubis. Disini milieu lagu-lagu inipun adalah typis dari jaman penjajahan, isinya kecuali tidak spontan sering orientasinya tidak dilingkungan sendiri, lingkungan Indonesia.

kemajuan bangsa Indonesia dalam cita-citanya untuk mencapai kemerdekaan mempengaruhi dunia musiknya pula. pada tahun-tahun dekat kemerdekaan muncul pengarang lagu ibu Sud atau nyonya Bintang Sudibyo, yang terkenal karena kumpulan lagu anak-anaknya bernama ketilang. Disini sudah terdapat lagu-lagu yang sungguh bisa digolongkan dalam lagu-lagu rakyat.

Pun penulisannya cakap untuk mengambil bahan untuk lagu-lagunya yang biasanya berkisar pada pada milieu anak-anak itu sendiri. banyak pula yang bersifat mendidik. banyak lagu anak-anak yang muncul kemudian dan yang makin banyak dizaman kemerdekaan tak dapat menyamai mutu dari pada lagu2 ibu Sud.

Ada pula lagu rakyat yang tak dapat dilupakan dalam pertumbuhan musik Indonesia, ialah lagu rakyat Indonesia Raya yang telah diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Segala kesalahan typis yang terdapat pada disi. Melodi lagu ini ada yang sampai setengah oktaf tingginya, sehingga ada orang yang susah menyanyikannya. Kalimat-kalimat banyak yang tidak sesuai deangan jalannya melodi dan ada kalimat-kalimat yang sebetulnya tidak tepat mengenai maksudnya. Dizaman Jepang  telah dicoba memperbaiki lagu ini.

Zaman kemerdekaan memberikan banyak kesempatan pada penulis-penulis musik Indonesia untuk berkembang juga bagi penulis2 lagu2 keroncong. lagu-lagu langgam yang sudah dimulai dekat2 kemerdekaan mendapat jalannya yang subur setelah penyerahan kedaulatan. kesempatan dan pertumbuhan ini mencapai puncaknya pada Syiful Bahri dan Iskandar umpamanya dari R.R.I. Jakarta kemajuan2 ini tidak bisa dilepaskan daripada genre yang dibawakan oleh penulis musik Belanda seperti Jos Cleber mempunyai orkes besar yang ketika  itu bernama Orkes Cosmopolitan. Sesudah perginya penulis-penulis musik belanda ini, peranan berpindah pada pemuka-pemuka keroncong di R.R.I. jakarta seperti Syaiful Bahri diatas yang kemudian mendapat pimpinan atas Orkes Studio Jakarta dengan anggota yang daripada 50 orang, yang dicontoh Orker Jos Cleber.

Mulai syaiful Bahri, Iskandar dan ismail Marzuki menulis aransemen2 untuk O.S.D. juga dari lagu-lagu keroncong. Tapi sebetulnya kemajuan kemajuan disini bukanlah kemajuan dalam arti yang baik. 

Berbedea dengan Jos Cleber yang mampu bekerja dengan orkes besar, maka tak demikian dengan Syaiful Bahri. kemajuan mereka tidak banyak, karena ilmu musik untuk mencipta,mengaransir dan memimpin orkes besar rata-rata tidak dipunyai oleh musikus kita. Dapat dikatakan bahwa orkes-orkes besar maasih jalan buntu bagi kita. 

Salah satu sebab yang menjadi biangkeladinya ialah karena tidak adanya bimbingan yang baik dari R.R.I. terhadap para musikusnya. lagu-lagu keroncong yang jatuh nilainya dizaman penjajahan makin jatuh dizaman kemerdekaan.Akhirnya menjadi suatu karikatur musik,dimana segala hukum-hukum musik telah ditinggalkan.    

                   Sumber:Almanak Seni.1957.



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!