Prabu Siliwangi Raja Pajajaran
Bagian 2



Sejarah Prabu Siliwangi
TRADISI NASKAH ABAD XVII DAN XIX

- Halaman Pertamanya DISINI >>

Sebutan 'Siliwangi' logikanya baru akan muncul setelah peristiwa tersebut. Itulah masalah sehubungan dengan catatan perjalanan 'Tohaan Bujangga Manik'.

Hal pertama yang kita lihat ialah: Bujangga Manik baru menyusun naskahnya beberapa waktu setelah ia tiba kembali dari perjalannya di 'Pakuan' karena ia pun mengisahkan pula bagai mana dirinya dielu-elukan oleh ibunya pada saat tiba dirumah. Hal kedua yang juga menarik perhatian ialah isi surat Dr.Noorduyn kepada penulis yang memberitakan bahwa dalam bagian akhir naskahnya terdapat kisah 'Perjalanan Bujangga Manik ke Surga'. Jadi ada indikasi bahwa 'Bujangga Manik' menyusun naskahnya lebih kemudian dari masa perjalanan yang telah dilakukannya. Namun berapa lama ?

Seandainya naskah ini  ditulis setelah tahun 1482 atau setelah sebutan Siliwangi untuk 'Sribaduga Maharaja 'populer', maka keterangannya tidak bertentangan dengan kesimpulan'Wangsakerta' karena dapat saja ia menyisipkan nama 'Silih Wangi' dalam naskahnya. Dalam hal ini dapat dimaklumi bahwa 'Sri Baduga Maharaja' dilahirkan di 'Ibukota Kawali',pernah tinggal dan menjadi penguasa di kerajaan 'Sindangkasih'karena perkawinnnya dengan 'Ambetkasih' lalu menikah dengan 'Subanglarang' puteri Ki Gedeng Tapa raja Singapura. Kepindahannya ke Pakuan baru terjadi setelah pernikahannya dengan 'Kentring Manik Mayang Sunda puteri Prabu Susuktunggal (kakak seayah Dewa Niskala) raja Sunda di Pakuan. Jadi,mungkin saja ia memiliki 'sasakala' di wilayah timur.

Namun seandainya nama'Silih Wangi' itu telah dicatat oleh 'Bujangga Manik' sebelum 'Sri Baduga' dinobatkan muncul persoalan berikut:pertama. Ada kemungkinan nama'Siliwangi' itu telah dipopulerkan untuk 'Sri Baduga' (nama kecilnya:Pamanah Rasa alias 'Jayadewata') sebelum ia menjadi Susuhunan Pajajaran karena posisinya sudah jelas menjadi putra mahkota Galuh dan Pajajaran (atas nama isterinya)karena Amuk Murugul putera sulung Susuktunggal yang menjadi ratu Japura tidak ditetapkan sebagai penerus tahta. Dalam hal ini keterangan 'Bujangga  Manik'masih sejalan dengan keterangan ' Wangsakerta ' .Kedua,seandainya hal yang pertama itu tidak terjadi,maka tokoh ' Silih Wangi 'yang disebut oleh 'Bujangga Manik' jelas berlainan dengan tokoh 'Siliwangi' yang dimaksudkan oleh 'Wangsakerta'. BERSAMBUNG >>
  

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.