Sejarah Telekomunikasi di Bandung



JALAN BRAGA TEMPO DULU


Pada tanggal 23 Mei 1923 Mei dengan resmi di buka hubungan Radio Telepon dari kepulaun Nusantara ke Belanda. Hubungan lewat udara antara dua negeri,dipisahkan oleh jarak yang membentang lebih dari 12.000 Km.Fantastik buat ukuran jamannya.
Ini benar-benar merupakan peristiwa bersejarah dalam bidang telekomunikasi yang mencengangkan pada saat itu.
"verbinding INDIE -HOLLAND door de Lucht" ( Hubungan Indie-Holland lewat udara). telah berhasil mendekatkan kedua negeri.

Sebelum  hubungan Radio-Telepon terjalin antara Hindie-Holand, pengiriman lewat surat yang diangkut dengan kapal laut,memakan waktu sampai 1 bulan. Karena hubungan dengan pesawat terbang antara kedua negara belum ada pada waktu itu.

Dengan Radio-Telepon,orang cukup menunggu barang satu jam,maka pembicaraan cas cis cus antara sanak keluarga yang telah lama tak bersua, satu di Indonesia yang lain di Negeri Belanda, dapat dilangsungkan.
Tentu saja dalam peristiwa emosionil semacam ini,isak tangis tak bisa dicegah,deraian air mata tak bisa dibendung.
Adapun orang yang berjasa dalam merintis dan merancang Instalasi Radio-telepon itu adalah Ir.G.J.de Groot (groot dalam Bahasa Belanda berarti " besar"). Begitu besar jasa Insinyur elektro itu hingga namanya diabadikan oleh Gemeente Bandoeng sebagai nama jalan di kota ini-Dr.de Grootweg(Jalan siliwangi sekarang).

Hampir 5 tahun waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan instalasi Pemancar Radio Telepon usaha yang tak sia-sia bagi Ir.G.J. de Groot,karena proyek itu kemudian menjadi bahan Desertasi untuk mengambil gelar Doctor di Delf,Negeri Belanda.
Stasion Pemancar Radio dibangun pada lereng Gunung Malabar,Studio Pemancar itu kemudian dinamakan " Radio Malabar ".

Untuk hubungan Radio Telepon didalam negeri,sebutan stasion pemancar didirikan di Rancaekek.
Peristiwa besar itu tidak berlalu begitu saja.
Bertepatan dengan peresmian hubungan Radio Telepon antara Indonesia dengan Negeri Belanda tanggal 5 Mei 1923 itu,sebuah upacara telah dilakukan di Tjitarum Plain (Taman Citarum).

Untuk mengabdikan peristiwa bersejarah itu,Gemeente Bandoeng telah mendirikan sebuah Monumen Peringatan berupa sebuah kolam air dengan setengah bulatan bola dunia (Globe) ditengahnya.

Pada kedua belah sisi bola dunia berdiri berhadapan dua patung laki-laki bugil.Sebuah patung menggambarkan orang lagi berteriak dengan telapak tangan disisi mulutnya. Sedangkan patung lainnya, memperlihatkan orang yang lagi mendengarkan suara dari arah kejauhan. Patung-patung itu sangat realistis dan mengesankan. Dilihat dari jauh,bagian patung yang paling menonjol adalah...pantatnya yang bugil.

Itulah sebabnya kata Opa Buitenweg (1976),taman tempat monumen itu berada,dijuluki orang "Bloote Billen Plain" alias "Taman Pantat Bugil". 





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


2 comments:

  1. Wah Bandung tempo dulu menyimpan kisah yang sangat bagus. Kalau pekalongan tempo dulu gimana yaa? hehehe

    oh iya salam nyong dari pekalongan. jangan lupa kunjungi blog nyong yaa..
    ruangbatik.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Hehe .. Semua kota-kota di Indonesia pasti menyimpan kenangan.Salam kembali. Akan nyong kunjungi..trims untuk kunjungan dan komentarnya

    ReplyDelete

Note: only a member of this blog may post a comment.