Showing posts with label Depok Tempo Dulu. Show all posts
Showing posts with label Depok Tempo Dulu. Show all posts

Depok Tempo Dulu Sejarah Asal-Mula Belanda Depok Bagian 1






BELANDA DEPOK DAN TANTANGANNYA
Bila baru sekali mendengar istilah "Belanda Depok" Anda tentu bertanya-tanya. Siapa mereka? Berikut catatan lapangan BUSOS Ternyata mereka benar-benar ada dan memiliki pola hidup yang khas. Satu hal lagi, mereka tidak menyukai julukan tersebut.

Pioneer Tradisi Depok

Syahdan, para pedagang yang kebetulan melewati kawasan yang kini bemama Pancoran Mas menemukan sebuah pancuran yang airnya berwarna keemas-emasan pada pagi dan
sore hari. Mereka minamai tempat itu Pancoran Mas. Beberapa waktu kemudian para pertapa menganggap tempat itu cocok untuk melakukan samadi. Lalu mereka mendirikan padepokan bagi para murid yang ingin menimba ilmu di situ. Dan kata padepokan itulah Depok menjadi nama yang dipakai hingga saat ini. Namun cerita itu hanya salah satu dongeng yang tidak harus dipercaya, karena tidak ada bukti yang menunjukkan kebenarannya.

Tiga abad yang lalu, seorang muda belia dari Belanda mendarat di pulau Jawa. Usianya belum 20  tahun. Ia datang bersama kapal VOC (Kongsi Dagang Belanda) yang jaringan dagangnya sudah mencapai kepulauan Nusantara. Beberapa waktu kemudian ia sudah bisa bekerja di kantor dagang VOC di Batavia dengan jabatan sebagai pemegang buku. Prestasi kerjanya tinggi, sehingga jabatannya cepat menanjak.


Tetapi sejak pembubaran VOC ia mengundurkan diri dari jabatannya. Penganut reformis gereja Calvin ini tidak bisa menerima sistem kolonial yang dilaksanakan bangsa Belanda terhadap kepulauan Nusantara. Lalu, dengan kekayaan yang diperoleh selama mengabdi VOC ia membeli tanah di beberapa tempat. Ia membuka usaha pertanian dan mempekerjakan para budak belian yang didatangkan dari pulau Bali dan Sulawesi.



Akhirnya,peranakan Prancis-belanda yang bernama Cornelis Chastelein itu menjadi tuan tanah yang sangat disegani. Pemerintah kolonial Belanda pun menghormatinya, sehingga tanah dan usahanya tidak pernah diganggu gugat.


Di Depok,salah satu areal tanah yang dibeli terakhir kali ia mempekerjakan 200 orang budak. Ia membentuk sistem kerja yang menjadikan orang patuh, namun tidak membencinya.Budak-budak tidak ditindas, melainkan diberi perlindungan dan penghidupan yang layak.


Ia bukan tipe orang yang gila kekuasaan. Didikian Kristen yang kental mengusik hati kecilnya untuk ikut dalam karya misi gereja. Maka, kepada para budak belian yang dipekerjakan di Depok diajarkan agama Kristen.


Menjelang akhir hidupnya,Chastelein membuat surat wasiat yang menyatakan bahwa para budak belian tersebut dimerdekakan dengan syarat mau memeluk agama Kristen. Selain itu, para budak belian itu juga menerima warisan berupa tanah garapan dengan tanda pemilikan yang sah. Sehingga pemerintah kolonial tidak akan berani mengganggu gugat.

Bersambung ke bagian 2 klik disini ...



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Depok Tempo Dulu Sejarah Asal Mula Belanda Depok Bagian 2

Stasion Kreta Api Depok Jaman Dulu



Belanda Depok bagian 2
Kepada para budak itu Chasterlein juga mewariskan, nama-nama fam yang jumlahnya sama dengan dengan 12.suku Israel dan sama juga dengan jumlah murid Yesus. Ke duabelas nama itu adalah:Jonathans,Leander,Baas,Loen,Samuel,Jakob,Laurens,Joseph,Tholense,Isakh,Soedira, dan Zadokh.

Pewarisan kebebasan,penghidupan dan nama-nama sungguh dirasakan sebagai rahmat oleh para budak tersebut. Dan mereka itulah generasi pertama dari orang-orang yang dimasa-masa berikut tersebut Belanda Depok,masyarakat asli Depok.

Tradisi Masyarakat Depok
Kata-kata wasiat Chastelrein benar-benar dilaksanakan oleh masyarakat asli Depok.
Chasterlein memberlakukan tiga larangan yang harus dipatuhi yaitu:

1. Tidak boleh bergaul dengan orang-orang di seberang kali Ciliwung,termasuk dengan para pedagang Cina.
2. Tidak boleh berjudi (dalam segala bentuk).
3. Tidak boleh mengedarkan dan mengisap candu.

Mereka membentuk masyarakat yang eksklusif. Segala pengaruh yang mungkin datang dari luar dibendung dengan peraturan-peraturan. Para pedagang Cina ataupun kelompok masyarakat lain yang bukan anggota klan tersebut diperbolehkan bekerja di dalam lingkungan Depok hanya pada siang hari. Di malam hari, para pekerja harus keluar. Keteraturan dan kenyamanan di wilayah Depok saat itu dilirik oleh pejabat-pejabat Belanda. Maka, banyak orang-orang Belanda yang memanfaatkannya.

Dari situlah, bahasa dan kebudayaan bangsa Belanda mulai mengakar. Untuk keperluan masyarakat Belanda di situ didirikan sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak Belanda dan beberapa orang pribumi yang sudah mendapatkan persamaan hak. Untuk masyarakat setempat juga didirikan sekolah khusus. Bahasa sehari-hari yang berlaku di kawasan Depok waktu itu memang bahasa Belanda.

Kebiasaan itu juga dibawa saat mereka berada di luar lingkungan, misalnya pada saat berbelanja di pasar.Hal inilah yang dipandang aneh oleh lingkungan sekitar. Orang tidak berkulit putih bertemu dengan orang yang juga hitam kok memakai bahasa Belanda. Mulanya, mereka menyebut dengan Belanda Item (Belanda berkulit hitam). Lama-lama mereka tahu bahwa kebanyakan orang hitam yang berbahasa Belanda tinggalnya di Depok, maka mereka menjuluki mereka Belanda Depok. Itulah asal mula mereka disebut Belanda Depok. Selain itu, kehadiran beberapa pejabat Belanda yang tinggal di kawasan itu membuatnya memiliki kedudukan istimewa.

Kemudahan dan fasilitas-fasilitas yang biasanya hanya dinikmati oleh bangsa kulit putih sedikit-sedikit mereka dapatkan juga. Hal ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial. Lalu muncul semacam tingkatan-tingkatan dalam masyarakat. Bangsa Belanda totok ditempatkan pada peringkat pertama, kemudian para Sinyo (keturunan) menempatkan dini pada peringkat kedua, baru yang lain berada di bawahnya. Warga asli Depok yang nota bene adalah pribumi, hanya karena menggunakan bahasa Belanda dan mendapat fasilitas sedikit lebih menjadi alasan adanya kecemburuan sosial.

Bersambung ke bagian 3 klik disini ...


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Asal Mula Belanda Depok | Bagian - 3




 Depok Tempo Dulu
STASION KERETA API
DEPOK TEMPO DULU


Kini,dikawasan Depok masih ada bangunan-bangunan tua yang bisa menunjukkan bahwa tempat itu pemah menjadi pemukiman yang sangat nyaman. Gedung Gereja yang dibangun pada tahun 1854 hingga kini masih tampak bentuk aslinya, meskipun ada penambahan-penarnbahan ruangan. Bahasa Indonesia dalam logat Belanda masih bisa ditemukan di kawasan itu, meskipun tidak dilakukan oleh orang yang berkulit putih dan berhidung  mancung.

Kenyataan itu menjadi pertanda bahwa adat-istiadat Belanda pernah tertanam di wilayah itu. Mau tidak mau harus diakui, kebudayaan Barat memang pernah singgah dan menjadi ciri khas rnasyarakat Depok. Pendidikan ala Eropa pun sudah sejak dini dirasakan oleh kawasan itu. Karena sejak zaman penjajahan Belanda di tempat itu sudah didirikan sekolah-sekolah.


Arus de-urbanisasi tak dapat dihindari. Warga Depok ash i yang punya pola tradisi kuat berbenturan dengan pola hidup modern yang dibawa dari kota. Pola tradisional yang alon-alon waton kelakon dilawankan dengan kebudayaan metropolitan yang sangat agresif.


Letak geografis kawasan Depok memang strategis. Dan menjadi lebih nyaman dengan kelengkapan-kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai sebagai tempat pemukiman. Pembangunan jalan raya dan sarana-sarana lain sangat mendukung pengembangan wilayah tersebut.Sejak tahun di kawasan Depok didirikan unit-unit perumahan yang tentu saja dimanfaatkan oleh "orang-orang Jakarta".


Saat inipun kawasan tersebut masih diincar oleh orang-orang Jakarta untuk dikembangkan menjadi perumahan dan perumahan mewah.


Arus de-urbanisasi tak dapat dihindari. Warga Depok asli yang punya pola tradisi kuat berbenturan dengan pola hidup modern yang dibawa dari kota. Pola tradisional yang alon-alon waton kelakon dilawankan dengan kebudayaan metropolitan yang sangat agresif.


Lalu terjadi saling menuduh. Orang modern menganggap yang lain malas, sedangkan orang yang berpola tradisional menganggap yang lain ngoyo (terlalu memforsir). Itulah gambaran penduduk yang bermukim di perbatasan antara Jakarta dengan Bogor. Antara modern dan tradisional. Selesai


FOTO-FOTO BANDUNG TEMPO DULU baca disini ...
HIBURAN ANAK-ANAK DI BANDUNG TEMPO DULU baca disini ...
JALAN-JALAN DI BANDUNG TEMPO DULU baca disini ...

Sumber:BUSOS No.216-Thn.XX/1/-1994 


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!