Showing posts with label Kebudayaan Suku Dayak. Show all posts
Showing posts with label Kebudayaan Suku Dayak. Show all posts

Motif Tatto Suku Dayak
Bagian - 1



Suku Dayak Iban
SUKU DAYAK IBAN
Di kalangan suku Dayak Iban, Murut,Kaya,Kenyan,Bahau dan Ahoeng, tatto pada tubuh kaum lelaki memang merupakan simbol kejantanan. Tatto pada tubuh itu merupakan tanda konkret tentang keterlibatannya dalam ekspeclisi perang men gayau kepala. Juga menandai tentang jumlah kepala yang pernah dikayaunya dalarn peristiwa perang yang mereka ikuti.

Dalam kata lain, seorang lelaki Dayak belum diperbolehkan merajah tubuhnya bila yang bersangkutan belum pernah ikut adat mengayau. Dengan demikian selain mengandung lambang kejantanan, tradisi tatto juga mengandung status sosial seseorang dalam lingkungannya.

Namun dalam tradisi orang Dayak Kenyah, Aoheng dan juga Kayan, alasan utama kaum perempuan merajah tubuhnya adalah untuk mempercantik Artinya, merupakan bagian dari seni kecantikan perempuan Dayak.

Maka biasanya tatto pada kaum perempuan Dayak dibuat pada jari tangan, pergelangan tangan dan juga kaki. Motif gambarnya pun berbeda dengan kaum lelaki. Motif rajahan perempuan Dayak selain dimaksud untuk bersolek, juga sekaligus menunjukkan status sosial yang bersangkutan.

"Dalam tradisi kami, seorang perempuan yang belum merajah tubuhnya, belum diperbolehkan menikah", ungkap Petrus Hanyeq Majai (56), tetua suku Dayak Aoheng di desa Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai, Kaltim. Untuk itu menurutnya aktivitas merajah tubuh pada perempuan Dayak Aoheng dilaksanakan dalam suatu upacara khusus untuk itu. Hal itu sekaligus membuktikan bahwa Tatto: simbol kejantanan semata-mata,ungkap Hanyeq lebih lanjut.

Mengomentari perkembangan seni tattto yang mulai surut, Hanyeq mengatakan, "Seharusnya motif-motif gambar tatto itu tetap dilestarikan, meski tidak lagi digunakan untuk merajah tubuh. Misalnya, motif itu digunakan sebagai salah satu hiasan pada ukiran atau lukisan Dayak". Tatto memang merupakan bagian dari tradisi seni budaya Dayak. Namun tradisi seni yang monumental itu tak lagi dapat ditemukan pada orang Dayak yang berumur 30 tahun ke bawah, saat Pengaruh masuknya budaya dan nilai-nilai baru hasil interaksi dengan dunia luar, menjadi pangkal sebab surutnya tradisi merajah tubuh di kalangan suku  Dayak.
Bersabung ke bagian 2 klik disini ...

Sumber : Bosus.No. 216 -1994






JASA TOUR & TRAVEL DI KOTA BANDUNG



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Motif Tatto Suku Dayak
Bagian - 2



Suku Dayak
PEREMPUAN DAYAK

Bagian pertamanya klik disini ...
Motif Tatto pada suku Dayak senantiasa mengandung makna tertentu. Terdapat motif-motif khas yang memiliki arti untuk menangkal pengaruh roh jahat, sebagaimana terdapat pada suku Dayak Iban. Selain itu, terdapat pula motif-motif yang berfungsi sebagai penolak bala atau penyembuh penyakit. Namun pada hakekatnya,motif-motif termaksud di dalamnya terkandung makna sosio-religius.

Motif tatto pada suku Dayak Ngaju di kalimantan Tengah memiliki arti tentang simbolisasi alam semesta. Sedangkan pada orang Dayak Kenyah dan Kayan, motif tatto dikaitkan dengan kepercayaan mereka pada alam baka. Motif tatto pada suku Dayak pada umumnya berkisar pada gambar kepala naga (dragon) yang pada orang Punan dan Iban dirajahkan di leher sebagai lambang kejantanan. Sedangkan motif burung Enggang (Hornbil), juga lazim dirajahkan. Pada pada suku Dayak Aoheng, selain motif naga dan Enggartg juga terdapat motif binatang lain, seperti anjing dan kalajengking. Selain itu juga terdapat motif bunga bakung atau bunga terong. Sedangkan motif yang dirajahkaan pada perempuan Dayak Kenyah dan Aoheng, bermotif garis datar/lengkung dan motif bunga. Di mana motif itu merupakan manifestasi dari simbol kecantikan para dewa.

Tatto Kehilangan Makna
Realita yang  tidak dapat dipungkiri,de facto saat ini seni merajah tubuh tak lagi diminati generasi muda Dayak. Meskipun mereka paham bahwa hal itu merupakan bagian dari tradisi mereka. Kalau toh masih tersisa, biasanya telah terjadi pergeseran makna. Motif gambarnya tak lagi khas Dayak, melainkan motif modern, seperti jantung hati, palang salib atau inisial nama kekasihnya, gambar jangkar, tengkorak yang menunjukkan motif kekinian. Itupun dilakukan untuk sekadar gagah-gagahan,ungkap Hipoq jaw (74), seorang kepala adat suku Dayak Bahau Busang Di Loong Hubung, Kecamatan Long Iram, Kutai,Ironisnya tradisi tatto itu telah tersebar sebagai bagian khas kehidupan suku Dayak. Untuk itu, tak jarang para turis manca negara mengungkapkan kekecewaannya, karena tak lagi menemukan sosok orang Dayak yang penuh tatto.

Hal yang sama,dengan kian sulitnya ditemukan orang Dayak bertelinga panjang, sebagaimana terdapat pada brosur-brosur pariwisata. Mereka kecewa, menurutnya orang Dayak yang tak bertatto telah kehilangan identitas ke-Dayak-annya. Sehubungan dengan pendapat sang turis manca negara ada pernyataan menarik dari seorang tetua adat Dayak Kenyah di Apo Kayan, Amai Pebilung (68), "Tatto pada suku Dayak tak perlu dilestarikan, bila semata-mata untuk keperluan menarik wisatawan". Ini sungguh pernyataan yang menarik.*** (Penulis adalah pekerja sosial pada Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Samarinda dan Koordinator Forum Aksi Solidaritas Untuk Masyarakat Adat Dayak (FASUMAD),tinggal di Samarinda.)
Selesai ... 

Sumber : Bosud. No. 216 - Thn. XXIV- 1994





JASA TOUR & TRAVEL DI KOTA BANDUNG



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!