Showing posts with label Sejarah Tanah Sunda. Show all posts
Showing posts with label Sejarah Tanah Sunda. Show all posts

Sejarah Bekasi Jaman VOC Bahasa Sunda




bekasi tempo dulu
PENDUDUKAN TENTARA INGGRIS
DI BEKASI TEMPO DULU 


Sacara De Facto taun 1705 sakuliah Jawa Barat geus kaasup jadi daerah VOC nu mangrupa kakawasaan tunggal di Jawa Barat nu milu nangtukeun gerak politik jeung ekonomi di Jawa Barat.
Kamerdekaan VOC di Jawa Barat dina taun 1705 dijadikeun ku sababaraha wilayah nya eta:

- Batavia jeung sabudeureunana kaasup Bekasi.

- Sukabumi jeung Cianjur.
- Priangan
- Banten.

Dina mangsa Kumpeni dipingpin ku Hendrik Swaar De Croon, daerah-daerah Muara saperti Kampung Bugis,Cabang Bungin jeung Balubuk dipasrahkeun ka hiji jelema nu ngaran Johannes,keur kapentingan ekonomi Kumpeni.


Salahsahiji usaha nu minangka tulang tonggong ekonomi,nya eta ku lancarna patalimarga. Ku jalan ngeprak ratusan rayat sina milu kerja paksa,jalan gede ti Cikarang nepi ka Tanjungpura Karawang dijarieun.


Tarekah Walanda keur ngajaga kaamanan jeung ekonomina, dilakukeun ku jalan nyewa-nyewakeun tanah kiduleun walungan Cikarang jeung Muara Gembong ka urang Walanda jeung Cina. Nya harita tanah milik rayat di Bekasi dibikeun ka urang asing keur kama mu'ran Kumpeni,nepi ka rayat Bekasina sorangan jadi salangsara,pinuh ku pangorbanan jeung katalangsaraan.


Ku kituna henteu aneh mun kiwari Cina-Cina di Bekasi rea keneh nu ngawasa kana tanah jeung sawah anu lalega keur kaperluan pribadi make hak guna usaha. *** Tina.Mangle.No.1030.Peb.1986.










DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Budaya Bahasa Dan Seni
" Suku Baduy"
Di Lebak Banten Jawa Barat




adat urang baduy
BUDAYA SUKU BADUY


Di kabupaten Lebak Propinsi Banten Jawa Barat terdapat satu kelompok masyarakat yang sangat unik yaitu masyarakat Kanekes (Orang Baduy) di Kecamatan Leuwidamar, masyarakat ini sangat kuat memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Budaya dan tradisi tersebut mereka praktekan dalam sistem bermasyarakat,Yang kemudian dijadikan sebagai cagar budaya oleh pemerintah.

Masyarakat Baduy terbagi dalam dua golongan,yaitu Baduy Jero Baduy Dalam) dan Baduy Luar. Setiap golongannya mempunyai ciri-ciri baik dalam hal menjalankan adat tradisi maupun cara berpakain. Baduy dalam masih kuat memegang adat istiadat dibandingkan dengan Baduy Luar. Dalam hal berpakaian Baduy dalam menggunakan pakaian warna serba putih,sedangkan Baduy luar menggunakan pakaian serba hitam.

Masyarakat Baduy dalam terbagi dalam tiga kepuunan yaitu : Cibeo,Cikeusik, dan Cikertawana,yang masing-masing
"Kapuunan" dipimpin oleh seorang pemimpin adat yang disebut "Puun". Baduy luar tersebar di beberapa Desa di lingkungan pinggiran Baduy Dalam,desa-desa tersebut di antaranya  disebut desa Panamping,artinya "pembuangan" karena desa tersebut merupakan tempat tempat pembuangan orang-orang Baduy Dalam yang telah melanggar Buyut atau pantangan,oleh sebab itu dihukum atau dalam bahasa Baduy disebut " Ditamping ". 

Masyarakat Kabupaten Lebak umumnya mengggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasi dalam kehidupan sehari-harinya. Bahasa Sunda asli (buhun) yang tidak terpengaruh oleh budaya luar seperti undak-usuk basa,masih tetap digunakan oleh masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Jenis seni tradisional Kabupaten Lebak seperti halnya daerah lain di wilayah Banten adalah Debus,Dogdog Lojor,dan Angklung Rawayan.

Kesenian tersebut merupakan seni tradisional masyarakat Baduy. Seni tradisional Debus tumbuuh dan berakar dari budaya masyarakat yang bernafaskan Islam. Seni Debus ini pada awal kelahirannya bukan sebagai seni,namun sebagai penguji kekuatan mental,fisik,dan kepercayaan diri. Di samping itu,sebagai media untuk mendekatkan diri kepada "Tuhan Yang Maha Esa". Seni Debus yang ada sekarang ini permainannya sama halnya dengan yang ada di daerah Kabupaten Serang.

Sedangkan seni "Angklung" dimainkan setelah mereka penat bekerja. Akan tetapi fungsi yang khususnya dipergunakan pada upacara-upacara khusus seperti pada waktu menanam padi (ngahuma).

kesenian lainnya yang tergolong masih tradisional (buhun) di Kabupaten Lebak ini,ialah Bedug Lojor dan Calung Rantay di daerah Baduy Desa Kanekes,Kecamatan Leuwidamar dan di Kampung Cinagrang Desa Cikeusik Kecamatan Banjarsari.

- Kumpulan Dongeng Sunda Si Kabayan BACA BERIKUTNYA >>
- Dongeng Sunda Legendaris Rusdi Jeung Misnem Baca Nu Ieu >>
- Sejarah Tatar Sunda BACA BERIKUTNYA >>


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Priangan Tempo Dulu Pada Masa Penjajahan



priangan tempo doeloe
MASA PENJAJAHAN

Priangan Masa Penjajahan Konflik yang terjadi antara Mataram dan Kompeni dapat diselesaikan yang berbuntut,Mataram menghadiahkan Tanah Sunda (Priangan) menjadi daerah kekuasaan Kompeni. Berangsur-angsur Belanda menanamkan kekuasaanya di Tanah Sunda. Sehingga kemudian di akhir abad ke 19 daerah yang kemudian disebut Jawa-Barat jatuh seluruhnya kepada kekuasaan Kolonial Hindia-Belanda. Seperti orang Indonesia lainnya,pada awal abad ke-20 orang Sunda-pun mempunyai organisasi untuk meningkatkan kesadaran Nasional. 

Hal ini di Jawa-Barat dipelopori oleh Paguyuban yang didirikan tanggal 22 September tahun 1914. Pada awalnya paguyuban ini aktif dalam bidang sosial dan budaya,tetapi seterusnya bergerak dalam bidang ekonomi,politik,kepemudaan,kewanitaan,dan pendidikan. Bangsa Indonesia memasuki era baru,juga bagi orang Sunda.

Kemakmuran asia Timur Raya yang diprogramkan membawa masyarakat Indonesia mendukung perang Jepang. Pada masa itu nama Indonesia untuk sebutan bangsa kita disebut dengan terang-terangan. Kegiatan lain yang dilakukan bangsa Indonesia (termasuk orang Sunda)antara lain Kyoren (latihan baris-berbaris),Seinendran (kepemudaan),Keibodan (semacam L.B.D.),hinrihosi (semacam kerja paksa),Tonarigemi(semacam Rw dan RT),Fujikan (organisasi wanita),Romusha(kerja paksa),dan Heiho (tentara Jepang terdiri dari orang-orang pribumi). Jepang yang datang ke Indoneasia dipandang sebagai saudara tua oleh bangsa kita,tetapi pada akhirnya jelas sebagai penjajah. 


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Jawa Barat
Dimasa Hindu



garut tempo dulu
GARUT TEMPO DULU
Masyarakat Sunda pertamakali hadir dalam catatan sejarah diawali dengan berdirinya Kerajaan Tarumanagara dengan rajanya Purnawarman,kira-kira pada pertengahan abad ke-5 Masehi. Ibukota Negara ini kira-kira berada sekitar tepi sungai daerah Karawang-Bekasi (sekarang). Animmisme merupakan kepercayaan masyarakat zaman itu,menganut agama Hindu aliran Wisynu. Sumber yang menerangkan mengenai kerajaan ini yaitu sebuah prasasti di Batavia,sebuah prasasti yang terdapat di Kota Kapur bangka,dan sebuah prasasti di Banten,serta 5 prasasti yang terdapat di Bogor. Sedangkan sumber lain telah ditemukan dua buah area Cibuaya,yang merupakan pelengkap bukti cerita Kerajaan Tarumanagara.

Ketika Tarumanagara mengalami kemunduran,di daerah Sunda berdiri beberapa kerajaan kecil,yaitu,Kuningan,Galuh ,dan Sunda. Kerajaan-kerajaan tersebut bergabung,dan disebut kerajaan Sunda. Ibukota kerajaan ini berpindah-pindah sejak dari Galuh (sekitar Ciamis sekarang) pada awal abad ke 8 Masehi,sampai di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang)tahun 1579 Masehi. mata pencaharian masyarakat jaman itu berladang. Pada masa perkembangan Sri Baduga Maharaja,kerajaan ini mengalami perkembangan dalam bidang pertanian,dan perniagaan. Adanya beberapa kota pelabuhan seperti Banten,Pontang,Cikande,Tanggerang,Sunda Kalapa, Karawang,dan Cimanuk,merupakan bukti hal tersebut. Keratonnya diberi nama Sri Bhima Untarayana. Ibukota Pakuan pada masa itu dapat dicapai dari Sunda Kalapa dengan menggunakan kapal menyusuri Sungai Ciliwung.

Raja-raja yang memerintah Kerajaan Sunda adalah : Sanjaya (memerintah sekitar tahun 732 Masehi,Maharaja Sri jayabhupai (tahun 1030),Prabu Raja Wastu (tahun 1357), Wastu Kancana (tahun 1371-1475 M),Tohaan (selama tujuh tahun),Sri Baduga Maharaja (1482-1521 M), prabu Suriawisesa (1521-1535 M), Prabu Rajadewata (1543-1551 M),dan Tohaan Dimajaya (1551-1567).



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Jawa Barat Dimasa Islam





garut tempo dulu
SEBUAH PERKAMPUNGAN 
DI GARUT TEMPO DULU


Salah seorang putera Prabu Buni Sora ialah Bratalegawa yang lahir pada tahun 1350 M. Sebagai saudagar besar,ia sering berlayar ke Sumatra,Semenanjung Cina,Campa,India, Sri Langka,Parsi sampai ke Negri Arab.
Bratalegawa bertemu dengan dengan wanita muslim dari Gujarat yang bernama Farhana binti Muhammad yang kemudian menjadi istrinya. Bratalegawa kemudian memeluk agama Islam dan berhaji,kemudian ia beroleh nama Haji Baharudin al Jawi atau lebih dikenal Haji Purwa Galuh. Hasil perkawinannya dikaruniai anak yang bernama Ahmad dan atau Maulana Saifudin. Maulana Saifudin menikah dengan Rogayah dan dikaruniai puteri yang bernama Khodijah.Kelak Khodijah diperisteri oleh Syech Datuk Kahfi.
  
Haji Purwa bersama keluarganya merupakan penyebar Agama Islam pertama di wilayah Jawa-Barat.
Pesantern pertama didirikan pada tahun 1416  M. Di Pura Dalem Karawang,dan Pesantern yang kedua  didirikan oleh Syech Datuk Kahfi di Amparan Jati. Pada masa itu armada Cina mengadakan perjalanan keliling dipimpin oleh Panglima Cheng Ho yang beragama Islam. Armada ini singgah di Karawang. Di daerah ini turun Syeh Hasanudin yang berasal dari Campa yang iku bersama Cheng Ho. Armada Cina melanjutkan perjalanannya ke timur dipimpin oleh Ki Gedeng Jumajan.
  
Syech Hasanudin menikahi Ratna Sondari puteri Ki Gedeng Karawang. Hasil perkawinannya lahir Syech Ahmad yang menjadi penghulu pertama di Karawang. Cucu Syech Ahmad yaitu Syech Musanudin yang kelak menjadi lebe di Cirebon dan mempunyai tajung Sang Cipta pada masa Susuhunan Jati. Pesantern Karawanr terkenal denga Pesantren Kuro,yang di antara muridnya terdapat Subanglarang puteri Ki Gedeng Tapa,juru labuh di Muara Jati Cirebon. Puteri ini kelak menjadi permaisuri Kerajaan Pajajaran.
  
kesimpulannya bahwa sentuhan Islam di Jawa-Barat terjadi dalam waktu pemeerintahan Wastu Kancana. Di mulai oleh Bratalegawa alias Haji Purwa yang kemudian bermukim di Dukuh Pasambangan. Kemudian oleh Syech Hasanudin dari Campa yang mendirikan pondok Kuro di Karawang pada tahun 1416 M. 
Sumber Bunga Rampai Jawa Barat.Musnispal Mashun


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Tanam Paksa Kopi Di Priangan Tempo Dulu



priangan tempo doeloe
TANAM PAKSA KOPI DI PRIANGAN TEMPO DOELOE

  "Seruling berkawan pantun
   tangiskan derita orang Priangan
   selendang merah,merah darah
   menurun di Cikapundung "
         (oleh:Ramadhan K.H. Priangan Sidjelita)

SEJARAH Indonesia telah mengungkapkan,bahwa Daerah Priangan tempo doloe pernah menjadi andalan pemerintah Kolonial Belanda,guna menutupi kebangkrutan finansial akibat "Perang Jawa" (de Java Oorlog). Perang Belanda melawan Pangeran Diponogoro,yang terjadi dari tahun 1825-1839(Dr.H.J. De Graff," Gaeschiedenis van Indonesie".1949).


Persoalan Kolonial Belanda adalah bagaimana upaya mencari uang sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya,guna mengisi kas negara yang kosong melompong.

Menurut De Graff,Perang Jawa telah menyedot kas Pemerintah Hindia-Belanda sebesar 20.000.000 gulden.
Untuk menutupi kebobolan itu,Belanda melirik kepada cara-cara yang telah dilakukan oleh pemerintah Inggris di bawah Raffles yang terbukti sukses dalam mencari uang.
usaha itu meliputi dua hal :
 

1. Mendirikan perkebunan pemerintah di wilayah Priangan. untuk bertanam kopi,sebagai mana telah dilaksanakan sejak awal abad ke-18.
 

2. Menerapkan sistem " pajak tanah "(Landerentestelsel) yang telah dilakukan Inggris selama penjajahannya diPulau Jawa.
 

Namun ternyata, Pemerintah Kerajaan Belanda lebih tertarik (Raja Willem I) pada rencana yang diusulkan oleh Van de Bosch dengan konsep " Tanam Paksa " (Cultuurtelsel) yang sangat terkenal itu.
 

Tanam paksa terdiri dari 5 pokok aturan yang sepintas lalu aturannya nampak tidak begitu berat. Lebih ringan ketimbang " Pajak paksa " dari Raffles.
 

Namun bagaimana dalam  prakteknya ? semua peraturan yang bagus itu dilanggar oleh para petugas Pemerintah. Baik petugas Belanda maupun petugas kita sendiri.

Mengapa hal ini bisa sampai terjadi ?
Tidak lain karena pemerintah Belanda ingin secepatnya mendapatkan uang sebayak-banyaknya guna mengisi kas negara yang kosong. Untuk mencapai tujuan itu, pemerintah menjajikan premi atau imbalan bagi pejabat yang daerahnya dapat memberi hasil banyak.
 

Dari beberapa tanaman yang diwajibkan seperti: tembakau,gula,nila,kayu manis, kopi dan teh,maka Wilayah Priangan paling banyak menghasilkan dua jenis yang terakhir " kopi dan teh".

Begitu berpaut erat,usaha membudi-dayakan tanaman kopi dengan kehidupan rakyat Priangan,sehingga sering kita mendengar ungkapan dalam bahasa Sunda --- "ngopi". Yang merangkum pengertian luas dari segala macam bentuk "acara makan kecil" (snack). meski pada kesempatan itu "Air kopi" tidak dihidangkan. namun orang tetap menyebutnya-ngopi. 
 

Sebuah lagu Rakyat Priangan yang telah turun-temurun dari abad-abad yang lalu,melukiskan tanaman kopi yang bertangkai-tangakai.
 
  " Dengkleung dengdek,buah kopi raranggeuyan 
    keun anu dewek ulah pati diheureuyan".
 

artinya: 
   Dengkeung dengdek(bunyi tetabuhan),buah kopi  

   bertangkai-tangkai
   biarkan ! itu milikku jangan sering diganggu.

  

Memang tanaman kopi pernah "mewarnai" kehidupan pribumi tanah Priangan pada masa lalu:
Menurut catatan,hasil tanam paksa (cultuurstelsel) selama 40 tahun(1631-1870, Pemerintah Belanda telah menarik keuntungan sebanyak 823 juta gulden. Sedangkan De Louter mencatat,keuntungan yang didapat  Belanda Cultuurstelsel selama tahun 1840-1879 adalah 781 juta gulden setahun 7/9 bagian berasal dari hasil tanam kopi. Lagi-lagi kopi. 
 

- Sejarah Tatar Sunda Baca BERIKUTNYA >>

Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe-1984.Haryoto Kunto


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Kabupaten Sumedang



bupati sumedang aria suria atmaja
BUPATI SUMEDANG:PANGERAN ARIA SURIA ATMAJA 
FOTO DIBUAT ANTARA TAHUN 1915-1921

"Dulunya Sumedang merupakan sebuah kerajaan yang bernama" Sumedang Larang ". kerajaan ini merdeka dan berdaulat setelah runtuhnya Kerajaan Pajajaran pada tanggal 14 syafar tahun Jim Akhir yang bertepatan dengan tanggal 22 April 1576 Masehi. Tanggal itulah ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang ".                  
SEJARAH SINGKAT
Dalam catatan sejarah Indonesia Gubernur Jenderal Daendels (1809) pernah membuat jalan raya dari Anyer (Jawa-Barat) ke Panarukan (Jawa-Timur),dalam pembuatan jalan tersebut melewati kawasan Kabupaten Sumedang sekarang ini,sebagai peringatan atas kepahlawanan Pangeran Kornel yang saat itu menjadi Dalem Sumedang dibuat satu tugu di wilayah Cadas pangeran. Tugu tersebut menggambarkan bagaimana sikap 'pangeran Kornel' terhadap rakyatnya yang tertindas.
  
Sebelum menjadi Kabupaten seperti sekarang ini. Sumedang merupakan sebuah Kerajaan yang bernama 'Sumedang Larang' kerajaan ini menjadi kerajaan yang merdeka dan berdaulat setelah runtuh Pajajaran,yang menurut naskah lama yang disimpan di 'Museum Geusan Ulun' diungkapkan bahwa bubarnya Kerajaan Pajajaran terjadi tanggal 14 Syafar Jim Akhir, kemudian dari berbagai sumber di antaranya,Panitia hari jadi Sumedang menetapkan bahwa tanggal tersebut bertepatan dengan 22 April 1576 M. Yang pertama kali menjadi Nalendra Sumedang larang adalah Geusan Ulun.
  
Bila kita memasuki Kota Sumedang terdapat sebuah tugu yang dikenal dengan Lingga. Lingga tersebut didirikan di tengah alun-alun Kota Sumedang,sebagai pengahargaan rakyat dan pemerintah pada saat itu,atas jasa-jasa 'Pangeran Aria Soeria Atmaja' selama memegang tampuk pemerintahan dari tahun 1882 sampai dengan 1919 hingga diresmikan pada hari Selasa,tanggal 25 April 1992. Di samping itu,Pangeran Aria Soeria Atmadja telah berjasa mendirikan Sekolah Tani,yang kini dijadikan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian dan SPP/SPMA Tanjungsari.

 Masyarakat Sumedang sangat menghormati padi,saking menghormatinya sehinga timbul suatu kebiasaan untuk menghormati padi itu,dalam upacara ritual,yang digelarkan dalam suatu bentuk kesenian bernama " Tarawangsa ".
 Tarawangsa ini bentuk pagelaran musik yang terdiri dari Kecapi dan Tarawangsa (Rebab Jangkung) dengan irama tertentu mengiringai para penari.

     (Sumber:Bunga Rampai Jawa-Barat.Musnipal Mashun 1991)



DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Orang Belanda Tempo Doeloe Yang Mendalami Budaya Sunda

             

karel frederik holle
KAREL FREDERIK HOLLE
           
  Ku taksiran,maraneh geus aya nu nyaba ka Garut.
  Garut teh kakoncara tempat resik,tanah ngagaludra ngupuk,
  kaliung ku gunung-gunung. 
  Belah kidul ngajeger Gunung Cikuray,Kamasur jadi   
  pangirut,matak  wegah matak sungkan, ka sakur nu paturay.

                (tina: Sungkeman-kandaga 1963)

Para 'theeplanters', yang sering disebut "de theejonkers van de prianger" ( para pangeran kerajaan teh dari Priangan),banyak menurunkan sarjana intelektual yang menguasai beberapa aspek kebudayaan Indonesia.
Tercatat beberapa nama pangeran Kerajaan Teh Priangan,seperti keluarga,Van Der Huchts,de Kekhovens,de Holles,Van Motmans,de Bosscha's,Families Mundt,Denninghoff,Stelling dan Van Heeckeren van Walien (Rob Nieuwwenhuys " Tempo Doeloe,Een Verzonken Wereld",1982).
  
Keluarga Preangerplanters yang berjiwa pionir,memilih hidup di daerah pedalaman,di lereng-lereng pegunungan,jauh tersingkir dari pergaulan hidup masyarakat Eropa yang tinggal di kota.Mereka jadi lebih akrab bergaul dengan bangsa pribumi,para koeli perkebunan,ketimbang bergaul dengan bangsanya sendiri.
  
Waktu luang mereka,digunakan untuk menyelami kebudayaan bangsa pribumi. Menyelidiki pesona indah alam Hindia-Belanda. Menelusuri sejarah masa lalu Hindia-Belanda .Mempelajari bahasa dan adat-istiadat orang pribumi. Lewat catatan dari hasil telaah penyelidikan mereka kemudian orang bisa banyak mengetahui sejarah keadaan masa lalu.

Keluarga de Holles sempat melahirkan pribadi-pribadi yang menaruh perhatian dengan minat besar terhadap sejarah, adat kebudayaan,dan bahasa orang-orang pribumi.
Karel Frederik Holle,anak sulung dari 5 laki-laki bersaudara dari keluarga Holle,semula adalah pegawai dengan pangkat Komis di Kantor Keresidenan Priangan di Cianjur, sebagai seorang Ambtenaar di Priangan,ia benar-benar menyelami kehidupan rakyat Priangan.

Begitu fasihnya dia menggunakan Bahasa Sunda,sehingga teman-temannya mengatakan: "Hij sprak het soendaneese als een soendaneese" ( Dia berbicara bahasa Sunda seperti layaknya orang Sunda).

Tahun 1857 Karel Frederik Holle ditunjuk oleh Kolonial Belanda sebagai Tuan Kuasa dari Perkebunan Teh di Cikajang,dikaki Gunung Cikuray,Garut(Priangan Timur).

Adik K.F.Holle yang bernama 'Herman Hendrik Holle' tak kurang seriusnya menelaah Kebudayaan Sunda. Herman Holle yang sehari- hari memakai sarung dan baju kampret(kemeja khas orang Sunda Tempo Doeloe),dengan peci kesempitan yang bertengger di atas kepalanya, sering ditemui orang sedang "klengsoran"di lantai Pendopo Kabupaten Sumedang, sambil menggesek alat musik rebab untuk mendalami musik karawitan Sunda. 

Saking tergila-gilanya ia terhadap alat musik gamelan, hingga terkadang ia lupa untuk beristirahat dan memainkan istrumen dari pukul 8 pagi,hingga larut malam.

(sumber:Wajah Bandoeng Tempo Tempo Doeloe.Haryoto Kunto)


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Kabupaten Bogor



bogor tempo dulu
SEKELOMPOK ORANG BERFOTO BERSAMA 
 LOKASI:BOGOR TEMPO DULU 1900-1940

Tanggal 3 juni 1482 ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bogor. Kelahiran Bogor dihitung sejak penobatan Sri Baduga Maharaja menjadi Susuhunan Padjadjaran. Perhitungan ini berdasarkan tingkat kepastian ilmu sejarah. Perhitungan tahun berdasarkan Carita Parahyangan.

Tanggal 3 Juni 1482 ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bogor.
Kelahiran Bogor dihitung sejak penobatan 'Sri Baduga Maharaja' menjadi susuhunan Padjadjaran. Perhitungan tahun berdasarkan tingkat kepastian ilmu sejarah. Perhitungan tahun berdasarkan nafkah Carita Parahyangan. Diceritakan bahwa Ratu Jayadewata dinobatkan 97 tahun sejarah Banten terjadi dalam tahun Saka 1501 atau 1579 Masehi. Dengan demikian Ratu Jayadewata mulai menjadi Maharaja Padjadjaran tahun 1482. Jayadewata adalah putra Tohaan di Galuh,cucu Wastu Kancana. 

Sedangkan perhitungan tanggal dan bulan berdasarkan sumber cerita tradisional yang ditunjang oleh sumber sejarah dan tradisi musim panen dalam kalender pertanian tradisional almanak mangsa yang selalu jatuh pada bulan Februari-April,dan perhitungan mangsa dimulai tanggal 22 Juni setiap tahun.Dengan demikian upacara " Seren Taun " dan "Kuwera Bakti" akan selalu jatuh antara pertengahan bulan Mei dengan pertengahan bulan Juni. Untuk tahun 1482 upacara "Kuwera Bakti" penghormatan kepada Dewa Kuwera sebagai Dewa Kekayaan dan Kemakmuran,jatuh pada malam purnama tanggal 3 Juni.
  
Padjadjaran dan Prabu Siliwangi yang identik dengan Sri Baduga Maharaja merupakan kebanggaan dan identitas masa silam Jawa-
Barat. Kebanggaan itu terletak di Kota Bogor yang dahulunya menjadi Ibukota Pajajaran sebagai kelanjutan Kerajaan Sunda dan Galuh.

Perkembangan Kota Bogor dimulai sebagai suatu Kota Mesopotamia. Kota ini tumbuh diantara dua aliran sungai Cisadane dan Ciliwung. Kedua sungai ini menjadi batas alam yang sekaligus menjadi batas jalur untuk hubungan ke luar. Daerah Mesopotamia ini menyempit di daerah Bogor kota yang sekarang,khususnya di daerah Empang,Batu tulis,Lawanggintung,dan Pasar Sukasari. Di bagian inilah tumbuh perkampungan yang permanen dan bagian intinya daerah Batutulis dan Lawanggintung. Daerah ini terlindung oleh tebing,lembah dan sungai yang cukup terjal dengan aliran sungai Cipakacilan di tengah-tengahnya.

 Kota Bogor mengalami masa " tidur " sejak memudarnya kekuasaan Pakuan tahun 1579. kedudukan kota sebagai pusat pemerintah hilang dan statusnya lenyap,karena di bekas kota Pakuan hanya terdapat beberapa kelompok perumahan yang terpencar. Masa tidur ini berlangsung selama 150 tahun,bangkit kembali ketika situasi politik di Pulau Jawa berubah,yakni adanya V.O.C yang memiliki hak kontrol sangat luas di bidang perdagangan.
  
Pada jaman Belanda,masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff,tanah di depan Istana Bogor sekarang merupakan tempat peristirahatan yang diberi nama " Buitenzorg " yang artinya " tanpa kesibukan ". Tanah ini dipilih sebagai tempat peristirahatan karena keadaannya dengan batas " Leuwi Sipatahunan ",tempat rekreasi keluarga Kerajaan Padjadjaran.

Secara menyeluruh Kota Bogor dikembangkan ke arah suatu kota " Residenticlux " yang berarti:" rumah besar ",halaman yang luas dan pertamanan. Pada tahun 1881 Kota Bogor termasuk kota pertama yang memperoleh " ordonasi " mengenai kebersihan,kesehatan,keindahan,dan ketertiban,bersama-sama dengan Jatinegara dan Tanggerang. Pembangunan Kota Bogor ke arah kota yang bersih,sehat,tertib dan indah berlangsung pesat karena fungsinya yang istimewa sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Jenderal.
  
Pada tahun 1924 Kota Bogor diperluas ke daerah sebelah timur sungai Ciliwung,hingga tercapailah batas-batas Kota Bogor sebagaimana yang ada sekarang.
 Semasa revolusi antara tahun 1929 sampai dengan tahun 1942 kota ini pernah menjadi tempat musyawarah para pemimpin Pergerakan Nasional untuk mengatur strategi perjuangan kemerdekaan Tanah air.

Sejak masa kemerdekaaan kota Bogor mengalami perubahan ststus kota,mulai dari  Stadgemente (1905-1949) Kota Besar (1950-1957) lalu ke Kota Praja (1958-1964) dan kemudian sejak 1965 menjadi Kotamadya. Sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki sekarang,maka Kota Bogor dengan memperhatikan karakteristrik pertumbuhan dan perkembangan kota,diarahkan menjadi kota pemukiman,kota Pendidikan ,kota pariwisata dan kota perdagangan.

      (Sumber:Bunga Rampai Jawa-Barat.Musnipal Mashun 1991)                             
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat




sukabumi tempo dulu
ASRAMA PUTRI DI SUKABUMI
FOTO DIBUAT ANTARA TAHUN 1920-1931


Pada tahun 1872 Pemerintah Kolonial Belanda memberikan kesempatan para penguasa berkebangsaan Belanda yang berdomisili di Sukabumi untuk membuka usaha dibidang perkebunan,terutama teh dan karet. Di wilayah itu ternyata upaya tersebut mendapat perhatian dan mengalami perkembangan yang pesat,sehingga pada tahun 1815 tercatat 160 buah perkebunan.

Seiring dengan berkembangnya jumlah perkebunan,penduduk kota Sukabumi maupun yang berkebangsaan Belanda bertambah pula. pada akhirnya penguasa pada masa itu menganggap perlu mendirikan pemerintahan yang otonom.

Pada Tanggal 1 April 1914 Ibukota Distrik Sukabumi resmi menjadi daerah otonom dengan status Gemeente .
Sekarang daerah itu menjadi Perintah Kotamadya DT II Sukabumi. Luas wilayahnya meliputi 1215 hektar.
  
Sedangkan pemisahan distrik Sukabumi dari Kabupaten Cianjur baru terjadi pada tanggal 1 Juli 1912. Sejak itu wilayah Sukabumi yang semula bernama " Kacutakan Gunung Parang "  mempunyai pemerintahan sendiri yang otonom. Dengan dikuatkan oleh Undand-Undang No.14/1950 tentang terbentuknya daerah-daerah kabupaten di Jawa-Barat,hingga sekarang daerah ini menjadi Kabupaten Tingkat II Sukabumi.
  
Sejak berdirinya pemerintah Kabupaten Sukabumi,tercatat nama-nama Kepala Daerah/Pangreh yang memimpin daerah ini sebagai berikut: Periode Republik: R. Rg.Adiwikarta (1945),Mr.Haroen (1945), M.Soewardi (1946), R.A.A. Hilman Djajaningrat (1947).
Periode Recomba : R.A.A. Soeria Danoe Ningrat(1947-1949).

Periode Rebuplik: R.Widjaja Soeria(1950-1960), R.Hardjasoetisna ( 1960-1963),R.Kurdi Suriadiharja (1963-1967),Kol Polisi H.Anwari (1967-1978), Drs.H.M.a.zainuddin (1978-1983),Drs. H. Ragam Santika (1983-1989). 

- Sejarah Tatar Sunda BACA BERIKUTNYA >>

Sumber:Bunga Rampai Jawa-Barat.
Musnipal Mashun 1991


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!