Showing posts with label Musisi Indonesia tempo doeloe. Show all posts
Showing posts with label Musisi Indonesia tempo doeloe. Show all posts

Biografi Ahmad Albar :
Karir Albar di Negeri Belanda


  Bagian 1-nya klik disini ...
Ahmad Albar
"AHMAD ALBAR"
Di negeri Kincir Angin ini karir musik Ahmad Albar mulai terang-benderang.Ia memenangkan kontes Musik bakat yang diselenggarakan oleh TV Holland pada saat itu.

Kesibukannya sebagai guest vocal "The Tee Set" segera menarik perhatian "Take Five",kelompok musik anak-anak Melayu yang baru saja ditinggalkan penyanyinya,'Willy Malakusea'. Salah satunya personil Belanda "Adrie Voorheijen",drummer yang juga memiliki agensi bernama Rouleutte.

Take Five sebenarnya mempunyai peluang untuk berkembang,sangat disayangkan usianya hanya bertahan sampai tahun 1967.

Albar pun menerima tawaran Eugene den Hoed,gitaris Clover Leaf,sebuah trio Asal Belanda yang gemar memainkan musik keras. Clover Leaf pun berubah formasi menjadi:
 #. Ahmad Albar(vocal).
 #. Eugene Hoed(gitar).
 #. Jack Verbugt (bass).
 #. Marcel Lahaye(organ).
 #. Adrie Voorheijen(drum).

Di bawah penanganan manajer 'Jack van Loon',Clover Leaf berhasil mendapatkan kontrak dari Polidor.
"Adrie"itu personel yang bertubuh paling kecil" cerita Albar. Group ini merilis album singel "Grey Clouds" dan " What Kind Of Man ".

Namun karya yang berhasil melejitkan nama Clover leaf sebagai group yang patut diperhitungkan adalah "Don't Spoil My Day" ciptaan 'Jack V' dan Albar,lagu pop berirama riang yang mengandalkan istrumen brass sebagai kekuatan aransemen. Berkat lagu ini Clover Leaf berhasil menembus Australia,Belgia,Luxemburg,Jerman dan beberapa negara tetangga Belanda lainnya.

Tahun 1971 Eugene mengundurkan diri.Penggantinya adalah gitaris 'Ludwig Lemans',mantan Group 19th Dimension.
Clover leaf yang berpindah lebel dari Polidor,ke Imperial, semakin mengukuhkan status mereka sebagai band dengan aktraksi panggung sangat memikat.

Ludwig memberikan kontribusinya sebagai penulis berbakat pada "Tell The World" dan "We Love each Others" namun sebenarnya secara popularitas tidak sesukses karya-karya terdahulunya.Setelah merilis singel "Woman/If Meet Her," Clover Leaf,band asal Nederland yang gemar memainkan musik keras atau "ngak ngik nguk" itu(kata Presiden Soekarno) akhirnya membubarkan barisan. Selesai ...

* Mengenang Ucok AKA legenda musik rock Indonesia klik disini
* Petualangan Musikal Eka Sapta bisa dibaca disini ...
*  5 Album Chrisye Terbaik 1976-1979 klik disini ...
* Biografi Ismail Marzuki klik disini ...
* Perjalanan Giant Step Progressive Rock Asal Bandung klik
  disini ...

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Musik Tempo Dulu :
Album-Album Orkes Eka Sapta



 " ORKES EKA SAPTA "
Beberapa Album dari Eka Sapta sepanjang karir perjalanan mereka di musik Indonesia.

Diantara Sekian Album terdapat puluhan piringan hitam Eka Sapta yang mengiringi penyanyi-penyanyi papan atas akhir tahun 1960'an awal tahun 1970'an, sebagaimana piringan-hitam lagu-lagu Natal Eka Sapta Orchestra.

Berikut adalah beberapa album dari Eka Sapta sepanjang karir perjalanan mereka di musik Indonesia.

Orkes "EKA SAPTA" dp. Sapta Tunggal Terbitlah "Tirtonadi", "Gambang Suling", "Euis", "Titian nan Lapuak", "Gadisku", "Herlina", "Kalau Jodoh", "Suling Bambu". Ini adalah piringan hitam pertama Eka Sapta.

Varia Malam Eka Sapta label Bali Records, kode BLM 7002. Berisi 10 lagu dalam beberapa warna musik: "Bingkisan Eka Sapta" (instrumentalia), "Semalam di Kuala Lumpur" dinyanyikan Tetty Kadi, "Django" (Trio Parsito), "Kau Pergi Tanpa Pesan" (Elly M. Harris), "Kasihilah Pak!" (Bing Slamet), "Bingkisan Idris Sardi" (Idris Sardi pada biola), "Ulang Tahun Kakek" (Lilies Suryani), "Bunga Nirwana" (Munif), "Sang Django" (Yanti Bersaudara) dan "Mudiak Arau" (Elly Kasim).

Kerontjong Eka Sapta, yang juga menyanjikan 12 lagu: "Cinta Pertama", "Love Is Blue", "Her Pik Pan Djen Lai Shaw Mei", "You'll Have To Go", "Tze Nien I Djen", "Pesanku", "Pulau Seribu", "Whiter Shade Of Pale", "Pu Liao Then", "Don't Forget To Remember", "Wo Tjai Ni Tjo Jew" dan "Bahtera Laju".

Burung Kurcica diterbitkan dengan label Mutiara dengan kode EP7, berisi 4 lagu. Seperti: "Putih-putih Si Melati", "Burung Kurcica", "Mojang Priyangan", "Zakaria". Lagu-lagu "Putih Putih Si Melati" adalah hit yang menjadi trade-mark Eka Sapta.

The Best of Romantic Keronchong berisi 12 instrumentalia lagu barat yang populer "Nobody's Child", "I Can't Stop Loving You", "For Mama", "Spinning Wheel", "To See My Angel Cry", "Impossible Dream", "Take My Hand For a While", "Song of Joy", "Aquarius", "Bridge Over Trouble Water" dan "If You Go Away".

Eka Sapta Orchestra Conducted & Aranged by Idris Sardi berls112 lawhisti Natal: "Ave Maria" yang dinyanyikan Vivi Sumanti,"Gloria in Excels's" (Clarity /Tanti Josepha), "Jingle Bells" (Erny DJohan), 'VMS Christmas" (Inneke Kusumawati), "I'd so Home For Christmas" (Bing Slamet), "Blue Christmas" (Maya Sopha), "Silent Night" (Bing Slamet), "Adeste Fideles" (Maya Sopha), "Silver Bells" (Erny Djohan), "Mary's Little Boy Child" (Inneke Kusumawati), "0 Little Town of Bethlehem" (Vivi Sumanti), dan "Hark! The Herald Angles Sing" (Tanty Josepha).

Eka Sapta Musical Journey of Three Generations yang diterbitkan Musica Studio's awal 2008 berisi 10 lagu "Kunanti Jawabmu", "Seorang diri", "Permata Bunda", "Janji Kasih", "Menanti Kasih", "Kau Harapanku", "Putih-Putih Si Melati", "Pileuleuyan", lagu "Gambang Suling" klik disini dan "Jauh di Mata", dengan aransemen 40 persen unsur musik masa kini, 60 persen aransemen asli Eka Sapta. 
Perjalanan musikalnya klik disini...

Sumber: Rolling Stone-Special Issue_Edisi 35-Maret-2008.


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Musik Tempo Dulu :
Petualangan Musikal
"Eka Sapta"



Eka Sapta
" PETUALANGAN MUSIKAL EKA SAPTA "
Suasana Jakarta tengah malam bulan Mei 1963 lenggang. Diantara satu dua kendaraan yang melintas,sebuah becak menembus keremangan sinar lampu di jalan Hayam Wuruk,kemudian berbelok ke jalan Juanda menuju jalan Gunung Sahari. Pengemudi becak seakan tidak mendengar obrolan penumpangnya,Bing Slamet dan Idris Sardi. Kalau pun dia mencoba menyimak barangkali  tidak juga mengerti apa yang merka katakan.

Saa itu Bing Slamet dan Idris Sardi sedang ngobrol seru soal mendirikan perkumpulan musik,istilah lazim masa itu sebagaimana sebutan orkes untuk semua kelompok musik. Di piringan hitam terbitan Dimita Moulding Company tahun 1964,Burung Gelatik,penyanyi Ernie dan Liesda Johan diiringi Orkes Medesnasz dibawah pimpinan Dimas Wahab yang saat itu berusia 16 tahun. Dimas Wahab kemudian mendirikan The Pro's,salah satu anggotanya Ronny Mahasuci,sempat bergabung dengan "Eka Sapta".

Kesegaran yang memancar dari lagu-lagu yang ia bawakan melalui biola saktinya, menunjukkan bahwa Idris mempunyai dan interpretasi yang tepat, disertai dengan penguasaan teknik jang sudah mencapai taraf internasional. Kadang suara alun biolanya begitu menggairahkan riang gembira tenang-tenang mesra. Menjerit meninggi menyayat hati mengungkap segala kenangan siapa-siapa yang mendengarnya.

Idris Sardi bagi penulis adalah kawan tapi sayang Idris tidak pernah menceritakan secara pasti tanggal berapa ía dilahirkankan, cuma dapat dikatakan Idris memulai karir musiknja sebagai violist pada umur kurang lebih 15,langsung mendjadi pemain Orkes Studio Djakarta. Pendidikan musiknja yang pertama diperoleh dari ajahnja sendiri Sardi almarhum, juga salah violist terkenal,selanjutnya Idris pernah mengikuti sekolah musik di Djogjakarta.

Dan kini dalam usia 23 tahun, setelah bergaul luas dengan pemain-pemain musik main bersama orkes Mambeta-rumpajonja Bing Slamet, 0rkes Puspa Dewi pimpinan Iskandar, orkes Maya Seroja asuhan Moh. Setioso; akhirnya dengan disertai dorongan semangat dan bantuan kawan-kawan sejawat terutama Bing Slamet dan sdr. Amin, Idris kali ini menunjukan kemampuan bakatnya dalam bidang arransemen dan memimpin orkes besar jang terdiri dari` kurang lebih 40 orang, dibantu oleh delapan dara paduan suara.

Sembilan lagu yang ia arransir sendiri (Angin Mamiri,Jali-jali, Bengawan Solo, Kumbang cari, Restumu Kini Kunantikan, Piso Surit, Sarinande, Kotek-kotek dan Rayuan Pulau Kelapa), dua buah bersama Bing Slamet (Es Lilin Dan Djauh Di Mata), dan sebuah arransemen Miss Mualim (Sue Ora Djamu) menghias L.P jang ada dihadapan anda kini, dengan berjudulkan"JAUH DI MATA'.

Anda akan mengenal Idris lebih dekat, cuma dengan jalan memutar dan mendengarkan album "jauh Di Mata" (setelah mana: Semoga makin dekat di hati), musiknya tenang penuh gaja dan warna, pendapat selandjutnya terserah anda. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, atas  kesempatan yang diberikan untuk sekedar memperkenalkan Idris Sardi pada anda (yang belum mengenalnya)." Piringan hitam berkode produksi ARN — 1002 ini diproduksi CV Ria Nada„ pimpinan produksi Amin dan disalurkan melalui agen tunggal toko radio AMI, di jalan Hayam Wuruk 57, Jakarta kota. 
Album-Albumnya klik disini ...
Untuk lagunya klik disini...

Sumber:Rolling Stone-Special Issue-Edisi 35-Maret 2008


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Mengenang
"Ucok Aka"
Legenda Musik Rock Indonesia



Ucok AKA
UCOK AKA (1943-2009)
Legenda rock Indonesia sekaligus pendiri AKA wafat di usia 66 tahun.Oleh:Nuran Wibisono 
Mendung tampak menggelayut di Makam Kebrabon Tegal, Surabaya, siang itu. seorang legenda rock Indonesia telah berpulang. Andalas Datoe Oloan Harahap atau yang lebih dikenal dengan nama Ucok AKA akhirnya menyerah pada penyakit kanker yang menggerogoti paru-paru bagian kanannya.Usianya 66 tahun.
Selain keluarga, tampak beberapa legenda rock Indonesia juga datang untuk mengantarkan Ucok menuju peristirahatan terakhir pada Kamis (3/12) silam. Achmad Albar,Ian Antono dan Jelly Tobing tampak di antara para pelayat yang hadir.

Tiga anggota AKA yang lain: Syech Abidin. Soenatha Tanjung dan Arthur Kaunang datang belakangan. Begitu datang, Syech Abidin langsung menghambur ke jenazah Ucok yang disemayamkan di balai desa. "Saya ingin bertemu dengan kakak saya. Dia itu kakak saya," kata Syech dengan nada sendu sambil mencium kening Ucok. Maklum, menurut Arul, asisten pribadi Ucok, Syech adalah personel yang paling dekat dengan almarhum.

Bagi Syech Abidin, Ucok bukan hanya sekedar vokalis dan frontman AKA, melainkan juga kakak baginya dan personel lainnya. Para pelayat kompak mengenakan pakaian hitam siang itu sebagai simbol kolektif duka cita. Sayang, kondisi duka itu sempat dirusak dengan beberapa orang yang meminta foto bersama Achmad Albar.

Ray Sri Hartini, istri Ucok yang terakhir, dengan mata sembab menj el as kan b ahwa semasa awal sakit pada medio September hingga tutup usia, Ucok tak pernah bersikap me-nyusahkan. Dan di penghujung umurnya, Ucok mungkin orang tua paling berbahagia di seluruh dunia. Bagaimana tidak, seluruh anak- anak dari sembilan orang istrinya datang menjenguk. Termasuk pasangan kakak adik Sutan Mahayudin Kharisma dan Sutra Kharmelia yang sudah lama tak bertemu dengan Ucok. Semasa hidupnya, Ucok AKA terkenal sebagai vokalis yang atraktif nan garang. Aksi panggungnya terhitung revolusioner pada masanya. Dia berhasil menggabungkan musik rock dengan shocking stage act.

Beberapa aksi yang terhitung legendaris adalah ketika Ucok masuk peti mati dan berakhir dengan kesurupan. Selain itu,aksi dicambuk algojo hingga menggantung dini juga berhasil membuat Ucok dikenang sebagai legenda musik rock hingga sekarang. Penghargaan dari generasi sekarang yakni berupa masuknya lagu AKA yang ber-judul "Do What You Like" pada peringkat 125 dalam 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa versi majalah ini. Lagu tersebut ada pada album Do What You Like yang rilis pada 1970. Pada masa jaya AKA, Ucok, Soenatha, Syech dan Arthur berhasil mengeluarkan beberapa album yang kental dengan nuansa funk dan hard rock, seperti Reflection (1971), Crazy Joe (1973) hingga Cruel Side of Suez War (1974).


" DUO KRIBO - AHMAD ALBAR DAN UCOK HARAPAP "



" DUO KRIBO "
Selain AKA, Ucok sempat beberapa kali membuat side project. Yang cukup fenomenal adalah Duo Kribo,duo yang dibentuknya bersama Achmad Albar. Duo ini sempat menelurkan hit fenomenal "Neraka Jahanam" yang diciptakan Ian Antono. Mereka juga membintangi film berjudul Duo Kribo (1977). Selain itu masih ada band Uhisga, singkatan dari Ucok and His Gank yang dibentuk Ucok pada tahun 1975. Semangat berkesenian Ucok memang seakan tak pernah padam.

Salah satu lagu AKA yang paling terkenal adalah "Badai Bulan Desember". Menurut Jan Djuhana, Senior A&R Director Sony Music Indonesia, lagu ini akan dirilis ulang Andy /rif dalam album solonya. Jan Djuhana sempat bertemu Ucok di RS Darmo beberapa hari sebelum ia tutup usia. Mereka berkomunikasi melalui tulisan, karena Ucok sudah tak sanggup lagi berbicara. Meninggalnya Ucok mungkin menyisakan pertanyaan bagi para penggiat musik rock di Surabaya.

Ucok sendiri pada pertengahan tahun 2009 membentuk komunitas Warrocks yang merupakan singkatan dari "Wadah Arek Rock Suroboyo". "Mungkin dengan meninggalnya Om Ucok, kegiatan Warrocks akan vakum sejenak," kata Arul yang ikut hadir ketika Ucok membentuk komunitas ini. Ucok juga sebuah studio musik di daerah Pagesangan, Surabaya. Usaha ini merupakan usaha patungan Ucok, Hartini dan Agus Suparyono, adik kandung Hartini. Masih belum jelas apakah usaha studio ini akan tetap dijalankan atau tidak.

Hartini sendiri saat ini masih memiliki hasrat untuk meneruskan mimpi Ucok yang masih belum terlaksana. Semasa sehat. Ucok ingin membuat sebuah one stop rock n roll arena. Sebuah tempat yang terdiri dari museum musik, panggung terbuka untuk menampilkan band-band rock muda, serta taman bermain bagi anak- anak. Selain itu akan ada patung-patung para legenda musik Indonesia. Beberapa pemusik yang sudah masuk daftar untuk dibuatkan patungnya antara lain Gombloh, Ahmad Albar, Titiek Puspa hingga Ian Antono.

Sayang Ucok tak sempat melaksanakan mimpi terbesarnya Dia keburu dipanggil oleh sang pencipta. Tapi Hartini berjanji akan berusaha keras mewujud-kan mimpi Ucok tersebut. Selamat jalan dan beristirahatlah dengan tenang.
Sejarah Berdirinya AKA bisa dilihat disini ...
Album_albumnya bisa dibaca disini ...
Sekedar untuk  mengenang beliau sobat bisa dengerin lagu nya disini ...

Sumber:Rolling Stone.Edisi 57.Januari-2010. 


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


" Badai Pasti Berlalu "
Album Terbaik Indonesia Sepanjang Masa



" Badai Pasti Berlalu " Album Terbaik Indonesia Sepanjang Masa
" BADAI PASTI BERLALU "
TERIMAKASIH KEPADA ROLLING STONE yang telah 'menyesatkan' Indonesia dengan memilih Badai Pasti Berlalu sebagai album abadi. Menurut saya it's too early," cetus Eros Djarot dengan nada merendah. Produser Badai Pasti Berlalu dan sutradara yang kini lebih dikenal sebagai politikus mengungkapkan hal tersebut dalam diskusi Soundtrack Film Nasional yang digelar Kineforum di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada hari Minggu (30/3) silam.

Hadir pula sebagai pembicara sore itu Denny Sakrie (pengamat musik), Thoersi Argeswara (penata musik film), Aghi Narrotama (penata musik film), serta David Tarigan (A&R Aksara Records). "Mohon maaf, bukannya saya sok merendahkan diri tapi saya harus jujur kepada diri sendiri karena memang saya bukan musisi. Saya takut nanti kalau disuruh main musik malah bisa berantakan," imbuh Eros yang belakangan tengah sibuk di dapur rekaman kembali bersama Berlian Hutahuruk dan Andi  Rianto.

Sebelumnya pada edisi khusus majalah ini yang terbit Desember 2007 album Badai Pasti Berlalu terpilih menduduki posisi teratas dalam jajaran 150 Album Terbaik di Indonesia Sepanjang Masa.
Eros yang saat memproduksi album itu baru berusia 24 tahun bercerita bahwa dirinya sebenarnya hanya menjawab

Album Badai Pasti Berlalu
" Sergeant Pepper's Lonely Hearts Club-nya "
Indonesia.


Eros Jarot
" EROS JAROT "
Tantangan yang diberikan oleh sutradara film Badai Pasti Berlalu Teguh Karya. "Dulu saya sekadar anak jalanan yang pulang dari luar negeri dan nonton film Teguh Karya terus saya kritik, `kok jelek sih film ini.' Dia marah-marah karena menganggap saya bisanya hanya mengkritik saja," kata Eros, "Waktu itu saya berlagak bisa saja padahal sebenernya nggak ngerti juga gimana caranya membuat musik film." Eros mengaku ketika terinsprasi membuat soundtrack itu ia tengah jatuh cinta pada seorang wanita bertubuh sangat indah yang kemudian ia ekspresikan dalam musik yang disinkronisaikan ke dalam "Kalau disebut Badai Pasti Berlalu itu murni soundtrack film saya rasa nggak fair. Saya nggak mau bohong. Itu soundtrack plus, inspired from a movie," tegasnya. Bahkan ketika musik film tersebut berhasil meraih Piala Citra 1978 pun Eros mengaku sangat tidak layak mendapatkannya. "Yang pantas mendapatkannya itu teman-teman saya tadi. Ber-lian (Hutahuruk), Jockie (Suryo-prayogo), Chrisye, atau pemain keroncongnya," tambahnya.

Pengamat musik Denny Sakrie yang kebetulan menulis review tentang album tersebut di edisi khusus ROLLING STONE sebaliknya menegaskan bahwa Eros Djarot sekadar merendah dan tetap yakin bahwa Badai Pasti Berlalu adalah album yang membuat perubahan besar di industri musik Indonesia karena muncul di waktu yang tepat.

Menurutnya, di tahun 1977 belantika musik Indonesia tengah didera oleh lagu-lagu cinta yang sangat bodoh. Lirik-lirik seperti di lagu "Pelangi," "Merpati Putih," "Semusim," hingga "Serasa" sangat istimewa mendahului jamannya. Bahkan judul lagu "Badai Pasti Berlalu" sempat dikutip dalam pidato resmi bekas Presiden Soeharto di awal krisis moneter menerjang negara ini. "Ketika album Badai Pasti Berlalu baru rilis setahun kemudian Koes Plus mengubahwarna musiknya seperti Bens Leo bilang-musik anak gedongan. Ini kan gila!" ujar Denny, "album itu menjadi album yang memberi inspirasi bagi pemusik bahkan hingga diluar jamannya." Sakrie menambahkan bahwa komposisi yang ditulis Eros Djarot dan kawan-kawan sebenarnya bercerita tentang cinta tapi cara pengungkapannya sangat tidak biasa. "Saya pikir album ini sangat tepat jika dianggap sebagai Sergeant Peppers Lonely Hearts Club-nya Indone-sia," klaim Sakrie yang bercerita kaset asli Badai sekarang telah menjadi rare collectible item yang dijual hingga mencapai Rp.1 juta perkepingnya.(Wendi Putranto. Untuk lagu "Badai Pasti Berlalu" klik disini ... 

Sumber:Rolling Stone.Edisi 37.Mei-2008


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


" Enthem For The Broken Heart "
Album Slank Rekaman Amerika



Slank
" ENTHEM FOR THE BROKEN HEART "

Bimbim
" BIMBIM "
"Track by Track Album Slank serba pertama. Direkam di Amerika. Diproduseri "Blues Saraceno", eks gitaris Poison".

1.Devil in U.
Perubahan lagu yang aslinya berjudul "Gara-Gara Kamu" ini terutama terasa pada pencapaian sound yang lebih modern. Artinya, Slank sebenarnya tak perlu kehilangan aura garage dengan meninggalkan nuansa vintage yang dipertahankannya selama ini.

2.Caricature.
Masih karya lama, juga dart album Satu-Satu. Termasuk lagu yang mengalami perombakan aransemen. Lebih menggigit ketimbang versi original. Absolutely!

3. I Miss But I Hate U.
Kesan nakal lagu ini terletak pada tema "beni tapi rindu" yang dibawakan dalam dua bahasa. Ungkapan cengeng, sebenarnya, tapi di tangan Stank menjadi main-main dan jail. Sayang semuanya lenyap ketika terjadi peng-inggrisan

4.Do Something.
Bimbim memainkan tempo cepat - mungkin tercepat setelah "Missing In Per-son" dalam irama mars. Tema lagu ini berisi ajakan melakukan tindakan positif seperti yang selama ini mereka kampanyekan.

5.Drug Me Up.
Bruce Saraceno membebaskan Abdee Negara untuk melakukan eksplorasi gitar. Abdee pun bermain laksana anak panah, kita hanya bisa mengamati jejaknya yang begitu ekspresif. Bimbim dan Ivanka menyokongnya dengan dinamika. Pencapaian paling konkret yang dibawa Slank sebagai "oleh-oleh" dari Amerika.

6. Love Cursed 
Berirama slow.  Denting gitar elektrik dan akustik bergantian mengambil peran, sehingga kematangan karakter vokal Kaka terdengar menonjol. Duet Abdee - Ridho paling bertanggung jawab menjadikan "Love Cursed" ini sebagai lagu komersil. Salah satu yang potensial menjadi hit.

7.Since `You've Been Gone (new) 
Irama blues bukan barang baru untuk Slank. Namun melalui lagu ini terasa bagaimana westernisasi menyergap mereka. Tak perlu membandingkannya dengan Steve Ray Vaughn atau Johhny Lee Hooker untuk mengatakan bahwa "Since You've Been Gone" adalah nomor blues terbaik yang pernah diciptakan Slank.

8.Wake Up Tonight 
Slank mungkin bukan band yang mendewakan primordialisme. Namun eksotisme Jawa nampaknya demikian hebat memerangkap kreativitas mereka. Bagi yang pernah terpesona oleh "Bocah," "H.A.M. Burger," atau "Punk Java," lagu ini niscaya akan cepat akrab.

9.Virus.
Inilah lagu yang paling membuat Bruce Saraceno tak berkutik. Menyadari "Virus" sangat populer, ia tak melakukan perubahan aransemen radikal kecuali menyempurkan elemen produksinya. Nuansa psychedelic tetap terjaga. Keren.

10.Too Sweet to Forget.
Proses terlama dari pembuatan aransemen lagu ini terjadi ketika Saraceno berupaya keras menggantikan peran snare drum. Bimbim memukul-mukul setiap benda yang terdapat di area studio untuk mendapatkan bunyi perkusif seperti yang diinginkan Saraceno. Pilihan jatuh pada boks ampli bas. Toh di-ganti atau tidak, notasi "To Sweet To Forget" (aslinya berjudul "Terlalu manis") memang sudah gurih.

 Sumber:Majalah Rolling Stone.Edisi 37.Mei.2008.

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Perjalanan "Giant Step"
Progressive Rock Band Asal Bandung tempo Dulu



Giant Step
LIVE "GIANT STEP" DI GEDUNG SAPARUA BANDUNG 1986

Giant Step tergolong band yang paling sering ganti formasi. Dari sejumlah Musisi yang keluar masuk, hanya ada satu nama tetap bertahan, yaitu Benny Subardja, sang pendiri. la mengawali karir musiknya tahun 1966 bersama The peel's yang beraliran pop. Meski cukup dikenal di kawasan Jawa Barat, band ini justru menghasilkan debut albumnya di Singapura, The Peel's By Public Demand in Singapore (1967).

Saat itu The Peels berkesempatan ambil bagian dalam acara Panggung Negara di Negeri Singa tersebut. Berkat penampilannya, Benny dan teman-teman menerima undangan main di berbagai tempat. Antara lain National Theatre, Hotel Singapura tercontinental, Wisma House, dan tentu saja TV setempat. Setelah Soman Lubis bergabung, The Peel's menambah repertoar dengan memainkan lagu-lagu dari Jimi Hendrix dan John Mayall & The Bluesbreaker. Tahun 1968 The Peel's pulang ke Indonesia setelah sebelumnya merampungkan album mini "Selamat Tinggal Singapura".

Di tengah kesibukannya sebagai frontman Giant Step, ia menggagas album solo berjudul Give Me A Peace of Gut Rock (1977). Album ini merupakan kelanjutan kerjasarna Benny Soebardja dengan Bob Dook, seorang warga negara Inggris yang dikenal lewat kakaknya. Kolaborasi Benny-Bob sudah berlangsung sejak debut album Mark I, dan berlanjut melalui Lizzard. 

Ketika pamor Giant Step surut, Benny telah menyiapkan karir solo. la merilis Night Train (1977).
Narnun langkah yang berhasil melambungkan namanya adalah saat mendukung Lomba Cipta Lagu Rernaja Prambors 1978. Karakter vokalnya yang telah menberi napas pada dua buah lagu pemenang lomba, "Sesaat" (Harry Sabar) dan "Apatis" (Inggrid Wijanarko). Sarnpai sekarang, kedua lagu tersebut masih sering terdengar melalui sejumlah radio. Setahun kemudian berturut-turut meluncur "Setitik Harapan" (1979) dan "Lestari" (1980).

la menyelesaikan kuliahnya di fakultas Pertanian UNPAD Bandung, 1979.
Gelar master diraihnya beberapa tahun kemudian disela kesibukan manggung dan rekaman. Nama Benny Soebardja kembali menjadi pemberitaan saat terlibat perseteruan dengan Rhorna Irama. Entah bagaimana muasalnya, tiba-tiba saja ia diisukan telah rnenghina musik dangdut, yang menyebabkan raja dangdut itu murka dan menantangnya duel dalam satu panggung. Belakangan, saat kedua superstar itu akhirnya bertemu, baru ketahuan mereka bersaudara. Sama-sama dari Tasikmalaya, Jawa Barat.Mau dengerin lagunya klik disini aja.
(DENNY MR).

Sumber:Majalah Rolling Stone.Edisi 37.Mei 2008.

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Sejarah Berdirinya AKA Band Rock Asal Surabaya



kaset_lawas_SAS
AKA Band 



AKA DIBENTUK DI APOTEK KALIASIN
Di seruas jalan bernama Kaliasin (sekarang jalan Basuki Rahmat),yang salah satu ujungnya bersinggungan dengan jalan Urip Sumoharjo di salah satu sudut Surabaya yang panas,terdapat Apotek Kaliasin milik Dr.Ismail Harahap. Dibelakang bangunan itu terdapat bangunan ruang tempat latihan band yang sekaligus merupakan markas AKA.
Perangkat musik di situ disediakan oleh Ismail Harahap setelah Ucok merayunya dengan membawa serta gitaris Jerry Soussa. jerry itu gitaris yang  sangat terkenal. " Saya ngajak dia dengan harapan agar saya bersedia membelikan peralatan band." tutur Ucok.

Taktik ini terbukti berhasil, kemudian ia mendirikan AKA pada 25 mei 1967, itulah tanggal dan bulan kelahirannya. Nama AKA (kependekan dari apotek Kaliasin) diberikan oleh " Joe DJauhari Kustaman ",saudara angkat Ucok yang yang tinggal bersama keluarga Harahap dijalan Dr.Supratman No.8, Surabaya. Atas permintaan Fransisca Frederica, ibunda Ucok wanita keturunan Francis, Joe menemani Ucok melanjutkan pendidikan mengambil jurusan Asisten Apoteker di Semarang.

Disana ia berhasil menamatkan pendidikannya,tetapi Ucok tidak. Lelaki kribo itu rupanya sudah kontrak mati dengan dunia pangung.  
Setelah bertemu dengan pemain bass Hengki Wass, Jerry kemudian mengaudisi para calon drummer. Dari dua belas pelamar yang datang, tak satupun yang dianggap memenuhi syarat. akhirnya pilihanya jatuh kepada Syech Abidin yang merupakan drummer ke - 13 yang datang melamar.

Ucok sendiri memainkan organ perkusi dan tentu saja sebagai vocalis utama.
Adapun Dr. Ismail bertindak sebagai manager yang mengurus segala keperluan kontrak panggung dengan promotor.
 Tapi formasi ini tidak bertahan lama. Hengki Wass mengundurkan diri digantikan adiknya, Peter Wass bassis bertangan kidal. Sedangkan Jerry Soussa digantikan Soenatha Tanjung eks gitaris " Ariesta Birawa " yang telah melahirkan nama besar Mus Mulyadi. Tahun 1999 Jerry Soussa yang hidup menyendiri menghembuskan nafas, kepergianya baru diketahui beberapa hari kemudian.  "Saya juga terlambat menerima kabar kematiannya." kata Ucok dengan suara perlahan. 

Tahun-tahun pertama karir AKA ditandai dengan pergantian pemain bass dari'Peter Wass' kepada'lexi Rumangit'.  Entah kebetulan atau tidak, keduanya sama- sama kidal,sama-sama dahsyat.

AKA formasi ini mampu mensejajarkan diri dengan dua nama besar yang tengah menjadi kebanggaan publik Surabaya, Ariesta Birawa dan Yeah Yeah Boys  yang dimotori oleh Eddy Radjab. Sayang, Lexi Rumangit punya masalah dalam soal disiplin. Ia sering mangkir latihan, menurut Soenatha salah satu faktor penyebabnya ketidak mampuan Lexi dalam memisahkan urusan band dengan urusan pacaran. 
Hal yang sebenarnya lumrah ini lama-kelamaan dirasakan menggangu jadwal latihan dan pertunjukan. 
Lexi akhirnya mundur pada tada tahun 1969. Aka pun sibuk mencari penggantinya  karena sudah terkait kontrak dengan sejumlah promotor.
Kabar terkuaknya lowongan  baru sampai ketelinga " Arthur Victor George Jean Aness Kaunang ", melalui seorang teman bernama Rubin.
  
Arthur kaunang yang pernah bergabung dengan Leo Kristi dalam kelompok Muana, seorang penggemar berat AKA. Ia rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menonton AKA berlatih dibelakang apotek Kaliasin tadi.  

kesempatan audisi untuk menggantikan Lexi rumangit langsung membuatnya bingung dan gelisah.
Nama AKA terlampau besar baginya disamping menyadari dirinya tak sehebat Lexi Rumangit. Istrumen yang paling dikuasai dirinya ketika itu ialah piano klasik. Namun pencabik bass mana pun di Surabaya yang akan " rela mati " demi untuk bisa bergabung dengan AKA.

Dan Arthur akhirnya menjajal kesempatan tersebut tanpa dibekali penguasaan bass yang memadai. Ternyata, dari sekian banyak calon bassis yang di audisi, Arthur lah yang terpilih. Padahal saat itu banyak pelamar yang lain lebih bagus darinya.
Sampai sekarang Arthur  tak pernah menanyakan alasan pemilihan dirinya. " Arthur sengaja dipilih karena dia kidal, soal nya dipanggung kami terbiasa dangan format bassis kidal." alasan Soenatha Tanjung.

Selama tujuh hari Arthur tak diperkenankan pulang karena harus ngebut manghapal reportoar  dari Steven Wolf, Tree Dog Night, The Cream dan Jimmy Hendrix untuk memenuhi beberapa kontrak yang terlanjur di tandatangani. " AKA pada saat itu sudah punya nama besar. Bisa bergabung dengan mereka rasanya seperti " dream come true "  kenang Arhur.Sumber:Majalah RollingStone Januari 2008.Oleh:Denny Sakri





DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


5 Album AKA Yang Menakjubkan




AKA Band Asal Surabaya Tempo doeloe Do What You Like
Indra records,1972

 Pengaruh purple Haze nya Jimmy hendrix langsung meruap pada intro " We've Gotta Work It Out " yang ditulis secara keroyokan oleh Ucok,Arthur,Soenatha dan Syeh. Bukan hanya pada notasi vococal,melainkan  juga distorsi yang pada era flowers generation Hendrix-lah penggagasnya. Selain " Do What You Like "., " Akhir Kisah Sedih " adalah hit terbesar album ini. 
Melalui " Bukan Mesiu " terlihat bagaimana eksistensi seniman musik yang masih dipandang sebagai profesi yang layak dicurigai penguasa. Sebuah tema serius untuk sebuah band yang baru merilis album pertama.




AKA band asal surabaya tempo doeloe Reflection
Indra Records,1972

Kemampuan Soenatha Tanjung sebagai seorang multi istrumentalis mencuat di album ini. Ia bermain biola dengan lirih dalam " Jeritan Seniman " namun tampil sangar dalam " Reflection ". Tiupan harmonikanya menjadi soul pada " jatuh Cinta ". Ia juga menulis lagu " Keagungan  Tuhan " yang segera mengingatkan pada cerita Syech Abidin bahwa sejak bergabung dengan AKA bahwa sejak bergabung dengan gitaris pendiam itu sangat alim dan berusaha keras menjauhi sindrom sex,drus and rock 'n roll (soenatha kini menjadi pendeta di Surabaya dan aktif dalam kerohanian). Album Reflection terasa kaya oleh pemilihan tema. Ada cerita tentang alam,jebakan asmara,religiusitas, dan " Akhir kesucian gadis " yang dibawakan secara kompak oleh Ucok dan Syech Abidin.



aka band asal surabaya tempo doeloe   Crazy Joe
 Indra Records,1973

 Begitu populernya " Crazy Joe " , sehingga tidak lama setelah dirilis berhasil memuncaki tangga lagu di Australia selama tiga pekan. Lagu ini menceritakan sosok Joe,saudara angkat Ucok Harahap. lengkingan dan teknik menyanyi Ucok mempertegas dirinya sebagai pengagum berat James Brown . Crazy Joe terdengar liar dan menghentak berkat cabikan bas Athur Kaunang yang nampak larut dalam tema lagu. Meski dalam album ini terdapat lagu menarik lain seperti " Skip Away ", mungkin " Crazy Joe "-lah karya masterpiece AKA yang tak akan pernah bosan untuk didengar sampai sekarang. Kegarangan lagu ini terasa bertolak belakang dengan " Senyum " yang dikemas dalam aransemen yang sederhana.
Soenatha menunjukan kapasitasnya sebagai pemain ritem yang layak  diperhitungkan. lagu ini mungkin dipersiapkan untuk mengulang sukses " Akhir Kisah Sedih ", tapi pesona " Crazy Joe " telah menenggelamkannya.
   

 
                          
aka band asal surabaya tempo doeloe  Sky Ryder
  Indra Records,1974

  Dibuat ketika dunia tengah dilanda genre hard rock, album ini paling banyak menebar hit berbahasa Indonesia, terutama " Badai Bulan Desember " yang sempat dirilis ulang dengan aransemen baru dalam "Puber Kedua" (1997) dengan featuring Ian Antono. Ditulis dan dinyanyikan oleh Ucok, " Badai Bulan Desember " memperlihatkan kematangan AKA dalam menciptakan aransemen. ucok memainkan organ dengan irama terukur. Hit lainnya adalah " karena Dia " dan " Cintaku Kembali " yang memperdengarkan vokal bening Syech Abidin. Bagan lagu " Sky Rider " (interlude gitar yang didahului solo keyboard) sendiri menginformasikan kepada kita bahwa pengaruh Deep Purple merasuk di dalamnya.
Soenatha Tandjung  dan Syech Abidin bersenyawa lewat " Groovy " yang menggelitik. Sky Rider adalah album terbaik yang pernah dihasilkan AKA.



                                        
aka band asal surabaya tempo doeloe Cruel Side Of Suez War 
Indra records,1975

  Lagi-lagi AKA memperlihatkan kefasihannya dalam mengemas lagu berbahasa Inggris .
Kali ini mereka mengangkat isu perang Suez lewat " Suez War " yang saat itu tengah menjadi pusat keprihatinan dunia. Daya tarik lagu ini terletak pada permainan keyboard Ucok Harahap yang berhasil menampilkan nuansa Timur Tengah. Soenatha melengkapinya dengan riff-riff pendek namun bermakna. Sementara " Bertemu Untuk Berpisah " merupakan satu-satunya lirik berbahasa Indonesia yang mampu merebut perhatian. Tak fenomenal seperti " Akhir Kisah Sedih " atau " Badai Bulan Desember ", namun lagu tersebut terpilih sebagai titel untuk album terakhir AKA dengan Indra Records yang mengontrak mereka hingga delapan album.

Sejarah berdirinya klik disini... 


Oleh:Denny MR.
Sumber:Majalah Rolling Stone.EDisi 34 >> Februari 2008.

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Biografi Ahmad Albar - Bagian 1



photo ahmad albar
AHMAD ALBAR
Ahmad Albar (Ahmad Syech Albar) lahir di Surabaya pada 16 Juli 1946.
Ahmad Albar adalah putera ke dua dari pasangan " Farida Alhasni dan Syech Albar," seorang tokoh musik gambus pada zaman sebelum perang (voor de Oorlog-Belanda). Ketika berumur 3 tahun ayahnya (Syech Albar) meninggal dunia.

Setelah suaminya meninggal,'Farida Alhasni' kemudian 'tergoda' oleh tokoh Perfilman Nasional.Yang bernama Jamaludin Malik. Dan Akhirnya menikah. Pernikahan ini melahirkan 'Camelia Malik' (pensiunan Ratu Dangdut).

Albar,sempat bersekolah di Surabaya,masa kecilnya pun sempat berpindah-pindah rumah. Kota Bandung tempo doeloe adalah salah satu kota yang pernah ia singgahi bersama sang bunda tercinta.

Sementara itu diam-diam bakat seni sang ayah (alm.Syech Albar) menurun kepada dirinya. Bukan cuma musik,tapi juga film.

Wajahnya yang lucu muncul pertamakali dalam film "Jenderal Kantjil"(1958).Saat itu usianya baru 12 tahun. Itu ia buktikan dengan keberhasilan bandnya "Bintang Remaja",yang menjuarai festival band bocah di jakarta(1960) sebelum kemudian membentuk band 'Kuarta Nada'.

Ketika di Indonesia muncul peristiwa 'Gestafu',Ibunya Iyek yang merasa khawatir dengan situasi di Negeri bekas Kolonial Belanda ini,saat itu,segera menitipkan kepada seorang kerabatnya yang berada di Nederland (Belanda).

'Kuarta Nada',terpaksa bubar,tidak sampai disitu,hubungan dengan dunia film pun terputus. Sambil meneruskan kiprah musiknya, Albar bekerja di sebuah restaurant dan kursus gitar klasik.
Bersambung ke karir Albar di negeri Belanda klik disini..


DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Chrisye : 5 Album Terbaik Chrisye 1976-1979

GURUH GYPSI 1976

Kaset Guruh Gypsi Guruh Gypsy 
Pramaqua 
1976
Album yang berisi 7 komposisi ini menjadi album paling inovatif. Sebuah langkah yang berani untuk mencoba eksperimen yang di waktu itu belum ada yang melakukannya. sebuah album yang memadukan kultur musik Bali dengan musik art rock yang saat itu menjadi wacana yang banyak mengundang apresiasi."Chopin Larung" serta "Smaradhana" menjadi komposisi paling diminati hingga saat ini. Atau nikmati eksperimen lagu "Indonesia Mahardika" yang berdurasi 15:44 menit serta "Geger Gelgel" dengan durasi 12:16. Album yang muncul saat yang lain belum berani melakukan terobosan seperti mereka. Album ini awal 2007 lalu membuat geger para kolektor karena sebuah label bernama Shaddoks dari Jerman merilis (atau"membajak") album ini secara esklusif dalam format vinyls/piringan hitam.
 Sementara setiap personil Guruh gypsi mengaku tidak  
 mengetahui hal itu. 

JURANG PEMISAH 1977

kaset jurang pemisahJurang Pemisah
Pramaqua
1977
Yockie Surya Prayogo membuat album proyek album yang sarat kental dengan sentuhan musik art-rock melalui album Jurang Pemisah bersama Chrisye. Album yang juga melibatkan dua personil God Bless,gitaris Ian Antono serta drummer Teddy Sujaya. Ada 9 komposisi di album yang dirilis Pramaqua ini. Tujuh lagu dinyanyikan oleh Chrisye. Sementara Yockie-yang mendapat pendidikan musik klasik dari Muchtar Emput dan menulis partitur dari Idris Sardi juga ikut menyanyikan lagu "Harapan" dan "gerutu Menggerutu". Lagu yang menjadi kekuatan utama Chrisye di album ini terletak pada "Jeritan Seberang" serta "Jurang Pemisah" yang memamerkan akrobatik kibor Yokie dibagian intro.
 
BADAI PASTI BERLALU 1977


Badai Pasti Berlalu
Irama Mas
1977
Album soundtrack paling penomenal dalam sejarah musik Indonesia. Album ini menjadi soundtrack film "Badai Pasti Berlalu" dan di bintangi oleh Christine Hakim,Roy Martin
Slamet Raharjo.Film memperoleh piala Citra untuk editing, fotografi,editing suara,dan musik di FFI 1978 yang berlangsung di Ujung Pandang.

Eros Jarot serta Yockie menjadi pilar utama dalam pembuatan album ini. dengan kekuatan lirik serta melodi lagu yang membius akhirnya lagu-lagu yang tertuang dalam "Badai Pasti Berlalu" berhasil dipoles dengan indahnya oleh Yockie. Pula dengan penampilan vocal teduh Chrisye dan vocal memukau Berlian Hutauruk yang berhasil lebur dalam setiap adegan di film ini. Fariz RM ikut membantu proyek album ini sebagai pemain drum. Tahun 1999 album ini kembali dirilis dengan Edwin Gutawa sebagai musik director menggantikan posisi Eros Jarot dan Yockie Suryaprayogo. 


SABDA ALAM 1978


Sabda Alam
musika Studio
1978
Waran Sabda Alam masih banyak terpengaruh oleh nuansa yang dibangun dalam album Badai Pasti Berlalu. Juga dengan kehadiran komposisi "Smaradhana" yang pertama muncul di album Guruh Gypsi. 

Komposisi yang awalnya cuma memiliki durasi waktu sekitar 2:28 menit dibuat panjang menjadi 3:39. juga terdapat lagu "Kala Sang Surya Tenggelam" dan "Anak jalanan" karya Guruh. 

Ada juga Junaedi Salat yang membantu proses kreatif pembuatan lagu di album perdana Chrisye yang secara total menjadi album solonya. Chrisye juga memainkan bass dan gitar di album ini.



PERCIK PESONA 1979


Percik Pesona
Musica Studio
1979
Drummer muda berbakat Fariz RM kembali ikut dalam proyek album Chrisye. Selain Yockie dan Guruh yang masih setia membantu membuat aransemen dan lirik bagi Chrisye.  Mulai terlihat pergeseran dan musik-musik yang banyak dipengaruhi aransemen art-rock menjadi pop romantis yang kelak menjadi kekuatan Chrisye.
Simak bagaimana "Angkuh" "Dewi Khayal "serta "Lestariku" menjadi genre yang terus lekat dengan sosok Chrisye.
                  
 "Sumber:Majalah Rolling Stone.Mei.2007"

 
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Biografi Ismail Marzuki .....



biografi Ismail Marzuki
ISMAIL MARZUKI

Kalau W.R. Supratman adalah anak tangsi,maka Ismal Mz adalah anak kampung. Kwitang pada tahun 1914 adalah kampung dimana gramafon masih jarang terdapat. Ayah Marzuki tergolong orang maju dalam jamannya. Ia memimpin suatu perusahaan reparasi mobil di Senen. Kalau tidak salah,kata orang dialah orang Indonesia pertama dikampungnya yang memakai celana panjang dan mempunyai " mesin ngomong " . Pendidikan Ismail Marzuki sampai HBS itu adalah juga berkat kemajuan ayahnya.
  
Rumahnya terletak kira-kira 30 m dari mesjid Kwitang. Penduduk asli disitu masih bisa menunjuk tempat Ismail berlatih saxofonnya,di Gang Kembang,disamping warung jamu Nyonya A.Sam. Mereka pun tidak lupa  betapa istrumennya itu sering memecah keheningan pagi buta kala mereka sedang asyik sembahyang .
  
Sejak kecil Ismail tertarik pada musik. Berlainan dengan pencipta lagu kebangsaan yang sebagai anak-anak suka berkeliaran dan mandi di sungai, Pencetus Hallo-Hallo Bandung itu lebih cenderung menyendiri dengan buku-bukunya. Dari pada adu jangkerik atau main layang-layang ia lebih suka tinggal di rumah memutar gramafon. Betapa tahan ia menikmati lagu-lagu. Berjam-jam ia memutar dan memutar lagi piringan hitam untuk kemudian tiba-tiba menulis dikertas bersiul-siul dan menulis lagi. Percobaan yang kreatif ... !  Lagu-lagunya mulai lahir sejak ia berusia 17 tahun.
  
Selain belajar saxofon ia juga berlatih lain-lain istrumen seperti mandolin,gitar,klarinet dan seruling. Paling asyik cerita tentang tetangganya,kalau ia menyeruling " Keroncong Kemayoran ". Alat-alat itu dipinjamnya dari H. Dumas,pemimpin orkes Lief Java,dimana Ismail menjadi anggota yang termuda. Rupanya ia kesayangan H. Dumas,yang sering memboncengkannya dengan sepeda motor.
TEtapi kecuali memahirkan diri dengan istrumen ia juga menyanyi,sampai oleh orang Kwitang  dijuluki " Bing Crosby ".
   Pak Marzuki sebenarnya tidak suka anaknya masuk " Lief Java " ,bahkan Ismail dicaci maki habis-habisan . Tetapi dibalik itu bakat Ismail membanggakan hatinya,apalagi setelah laagu-lagunya yang pertama seperti " O Sarinah " ,Olele Kotaraja ' berkumandang diudara.

         Sumber: Majalah Intisari no.52 Nov.1967.
 
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Biografi Bing Slamet



photo bing slamet
 BING SLAMET CROSBY
Oleh:Remy Silado
Rasanya tidak ada lagi sosok dunia hiburan Indonesia - hiburan dalam kasad:menyanyi,melakon,melawak-yang bisa mengembari Bing Slamet. Ketenaran Bing Slamet dibidang seni pertunjukan terpadu itu,begitu melekat dihati masyarakat, sehingga ketika ia pergi untuk selama-lamanya pada 17 Desember 1974,terlihat dijalan-jalan Jakarta tempat dilaluinya iring-iringan mobil yang mengantar jenazahnya ke rumahnya yang terakhir,berbaris-baris khalayak melambai-lambaikan tangan tanda belasungkawa. 

Bing Slamet lahir di Cilegon,kini Propinsi Banten,pada 27 September 1927. Ayahnya Raden Rahmad,seorang mantri pasar,sebenarnya hanya memberinya nama "Slamet" saja. Slamet doang.Slamet thok. Tapi Basoeki Zaelani menyuruhnya menambah nama " Bing"di depan Slamet.
Itu terjadi di Yogyakarta,1948. Alasanya,vocal Slamet persis seperti vocal penyanyi dan bintang film terkenal Hollywood,Bing Crosby.
 

Kadung memakai nama Bing,maka tak heran orang menjuluki Bing Slamet sebagai Bing Crosby from Indonesia. Kebiasaan mengatut-ngatutkan nama bintang Amerika untuk menyeronokkan nama bintang Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Sebelum perang atau zaman " voor de oorlog ": Tan Tjeng Bok disebut-sebut sebagai " Douglas Fairbanks van Java ",dan seterusnya.

Bing Slamet mulai menyanyi di depan publik dengan upah sekadarnya pada waktu baru usianya 12 tahun .Waktu itu seorang penyanyi yang diiringi sebuah orkes disebut " crooner ". Ia merupakan crooner dari orkes "Terang Boelan" pimpinan Hasan Kasimoen dari 1939 samapi 1944.
 

Pada zaman sebelum proklamasi,seorang penyanyi bisa mendapat lebih banyak kesempatan tampil,yang artinya bernafkah,jika ia bergabung dengan kompani sandiwara. Demikianlah,pada 1944 selagi masih berkecamuk Perang Dunia-II,Bing bergabung dengan kompani sandiwara Pantja Warna. Melalui sandiwara ini ia mengalami jam terbang lebih banyak mengasah bakatnya dengan kepandaian-kepandaian improvisasi.
  

Sebagai penyanyi dengan suara bariton yang dipadankan dengan Bing Crosby ,Bing Slamet tertempa lebih matang setelah ia bergabung dalam susunan inti penyanyi Orkes studi RRI Jakarta dibawah dirigen Sjaiful Bahri(orang ini menyeberang ke Malaysia karena alasan politik) serta pemusik-pemusik Indonesia yang menimba pengetahuan musik dari ilmunya Belanda,misalnya Ismail Marzuki dan iskandar.
 

Sementara kebolehan Bing dalam melawak sebagai komedian yang sejati,teruji melalui lomba yang diselenggarakan oleh majalah RIA digedung kesenian Jakarta,20 juli 1953. Di situ dia memenangkan juara utama dengan julukan " Bintang Pelawak ".

           Sumber:Majalah Rolling Stone.Nov.2008
DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!


Deddy Stanzah Pendiri The Rollies Band Bandung Tempo Doeloe


                                

dedy stanzah superkid
DEDDY STANZAH BERSAMA SUPER KID


DEDDY STANZAH PENDIRI THE ROLLIES  
Deddy Sutansjah atau yang lebih dikenal Deddy Stanzah,
kelahiran 14 April 1950. Saat itu Deddy berusia 15 tahun pada tahun 1965 telah membentuk band di lingkungan sekolahnya.
  

Di Kota Bandung tempo dulu pada saat itu jumlah band yang menonjol masih bisa dihitung dengan jari,yaitu Rhapsodia dan Delimas. Bersama sahabat-sahabat SMP nya seperti " Sonson,Emil dan Sukri," Deddy membentuk sebuah kuartet dengan nama the Rollies. Tak jelas apa yang membuat Deddy memilih Rollies sebagai jatidiri bandnya itu.
Diduga,saat itu Deddy tengah keranjingan menyimak album-album milik The Rolling Stones dan The Hollies.

Karena tidak puas dengan musikalitas ketiga sahabatnya, Deddy lalu bergabung dengan Delimas mengisi kekosongan posisi ritem gitar dan vokalis.
Genap Setahun,Deddy bersama dua personil Iwan Krisnawan (Vokal,Drum) kelahiran 16 Juni 1948 dan Tengku Zulian Iskandar Madian (gitar) kelahiran 16 Oktober 1949 sepakat menyatakan diri keluar dari Delimas.


Setelah merekrut Delly DJoko Alipin (gitar,vokal,organ) kelahiran 5 November 1947 yang baru saja mengundurkan diri dari The Venus,merekapun sepakat untuk menggunakan nama The Rollies yang diciptakan Deddy sutansjah sebagai jatidiri band.

Deddy lalu menyebut bahwa Rollies itu merupakan jenis rambut dari para personilnya, " Roll" itu berarti ikal dan Lies berarti lurus,jadilah The Rollies," ucap Deddy ketika saya wawancarai di kisaran tahun 1997 silam,ketika rezim pemerintahan berganti menjadi Orde Baru.
 

The Rollies memang berembrio pada era manakala katup kran musik rock mulai terbuka lebar,seiring bergesernya situasi politik negeri ini dengan dibungkamnya gerakan PKI.
Sebelumnya musik rock yang kerap disebut 'ngak ngik nguk' dianggap dekaden dan wujud budaya kapitalis.
Beruntung Deddy Sutansjah memiliki orang tua yang mau memahami keinginan musikal putranya.


Orang tua Deddy yang memiliki hotel akhirnya menjadi tulang punggung keberadaan The Roliies sebagai penyandang dana.
"Seingat saya orang tua Deddy Sutansjah yang menyediakan peralatan band yang komplit," tutur 'Iskandar' yang kini dikenal sebagai pengusaha. Untuk Video Deddy Stanzah klik
Disini.  

Oleh:Denny Sakrie
(Sumber:Majalah RollingStone Januari 2008)
   

DIJUAL BUKU-BUKU KUNO / LAMA ... !!!